AI melampaui "standar emas" peramalan cuaca

AI telah melampaui metode peramalan tradisional dalam melacak kualitas udara, pola cuaca, dan badai tropis akibat perubahan iklim (Foto: Getty).
Model kecerdasan buatan (AI) baru yang dikembangkan oleh Microsoft yang disebut Aurora menarik perhatian besar dalam komunitas ilmiah karena menunjukkan kemampuan untuk memprediksi cuaca lebih akurat dan cepat daripada banyak pusat meteorologi terkemuka di dunia, termasuk Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa (ECMWF) dan Pusat Badai Nasional AS (NHC).
Menurut penelitian yang diterbitkan pada tanggal 22 Mei di jurnal Nature, sistem Aurora dilatih sepenuhnya pada data historis, tanpa menggunakan model fisik tradisional.
Meski begitu, hasilnya tetap mengesankan, termasuk prediksi akurat terhadap semua badai besar hingga tahun 2023, sekaligus menghasilkan prakiraan cuaca 10 hari dengan biaya komputasi ratusan kali lebih rendah.
Dalam satu contoh khusus, Aurora dengan tepat meramalkan empat hari sebelumnya bahwa topan dahsyat Doksuri akan menerjang daratan di Filipina utara, sementara ramalan resmi pada saat itu menyatakan badai tersebut mengarah ke utara Taiwan.
Doksuri kemudian tercatat sebagai salah satu badai termahal dalam sejarah kawasan Asia- Pasifik .
Aurora juga mengungguli ECMWF, yang dianggap sebagai "standar emas" dalam prakiraan cuaca. AI Microsoft mengungguli ECMWF dalam 92% prakiraan global 10 hari, dengan resolusi sekitar 10 km².
Perlombaan AI antar raksasa teknologi

AI Aurora secara akurat memperkirakan bahwa topan Doksuri akan menghantam daratan Filipina utara (Foto: Microsoft).
Aurora bukan satu-satunya model AI di bidang ini. Huawei sebelumnya telah memperkenalkan model Pangu-Weather pada tahun 2023, dan Google juga mengklaim model GenCast-nya mengungguli ECMWF dalam 97% bencana alam pada tahun 2019.
Negara-negara besar dan badan meteorologi juga berlomba maju. Meteo-France dan ECMWF sendiri sedang mengembangkan model pembelajaran mesin mereka sendiri. Perwakilan ECMWF mengatakan model AI pertama mereka, yang diuji pada Februari 2025, menghemat lebih dari 1.000 kali waktu komputasi dibandingkan model fisik, meskipun resolusinya terbatas (30 km²).
Munculnya AI dalam prakiraan cuaca berasal dari fakta bahwa model prakiraan tradisional memerlukan sejumlah besar komputasi karena didasarkan pada persamaan fisika yang rumit.
Sementara itu, AI seperti Aurora belajar dari data dunia nyata, sehingga mengurangi waktu pemrosesan secara drastis. Para ahli mengatakan, ini bisa menjadi langkah awal menuju revolusi meteorologi.
“Kita berada di awal transformasi besar dalam ilmu sistem atmosfer,” kata Paris Perdikaris, seorang profesor madya di Universitas Pennsylvania dan penulis utama studi tersebut.
“Tujuan kami dalam 5-10 tahun ke depan adalah membangun sistem yang dapat langsung memanfaatkan data dari satelit dan stasiun cuaca untuk menghasilkan prakiraan cuaca beresolusi tinggi di mana pun di dunia ,” ujarnya.
Saat ini, meskipun Aurora belum dikomersialkan, hasil pengujian menunjukkan potensi besar.
Penggantian bertahap metode tradisional oleh AI di bidang meteorologi dianggap layak dan perlu, terutama dalam konteks perubahan iklim yang semakin parah dan kebutuhan akan perkiraan yang akurat dan tepat waktu menjadi lebih mendesak dari sebelumnya.
Sumber: https://dantri.com.vn/khoa-hoc/ai-vuot-mat-cac-trung-tam-du-bao-thoi-tiet-toan-cau-20250523065832612.htm
Komentar (0)