Melanjutkan program sidang, pada pagi hari tanggal 19 Februari, dengan dihadiri oleh 456/459 delegasi dalam pemungutan suara mendukung (mencakup 95,4% dari jumlah delegasi), Majelis Nasional mengesahkan Resolusi Majelis Nasional yang mengatur penanganan sejumlah masalah yang berkaitan dengan penataan aparatur negara.
Resolusi tersebut mengatur penanganan sejumlah permasalahan terkait dengan penataan kembali aparatur negara, meliputi 15 pasal; mengatur penanganan sejumlah permasalahan terkait dengan penataan kembali aparatur negara, meliputi: asas penanganan; perubahan nama instansi, organisasi, satuan, dan jabatan yang berwenang; pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang instansi dan jabatan yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian internasional, kesepakatan internasional, dan penanganan sejumlah permasalahan lain dalam rangka pelaksanaan penataan kembali aparatur negara.
Resolusi ini berlaku untuk penataan kembali aparatur negara dalam hal pembentukan dan penataan kembali (termasuk penataan kembali dan pemantapan lembaga dalam bentuk pemekaran, pemisahan, penggabungan, peleburan, perubahan, atau penyesuaian fungsi, tugas, dan wewenang), perubahan nama, perubahan bentuk, susunan organisasi, dan pembubaran lembaga dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan Partai untuk terus melakukan pembaharuan dan penataan kembali aparatur sistem politik agar lebih teratur, lebih berdaya guna dan berhasil guna.
Permasalahan yang ditangani dalam resolusi ini adalah permasalahan yang timbul dalam proses penataan kembali lembaga negara yang mempunyai muatan yang berbeda atau belum diatur dalam dokumen perundang-undangan (kecuali Undang-Undang Dasar), dokumen administrasi, dan dokumen lain yang masih berlaku pada saat penataan kembali lembaga negara.
Asas penanganan sejumlah persoalan yang berkaitan dengan penataan kembali aparatur negara adalah menjamin dipatuhinya ketentuan Undang-Undang Dasar dan memberikan landasan hukum bagi terselenggaranya operasional instansi secara wajar, berkesinambungan, dan lancar; tidak mengganggu tugas pokok dan fungsi, tidak tumpang tindih, tidak tumpang tindih, atau tidak menghilangkan fungsi, tugas, bidang, dan bidang; tidak mengganggu kelancaran operasional masyarakat, masyarakat, dan badan usaha.
Pada saat yang sama, memastikan tidak mengganggu pelaksanaan perjanjian dan kesepakatan internasional dan tidak mempengaruhi pelaksanaan komitmen internasional Republik Sosialis Vietnam; memastikan hak asasi manusia dan hak-hak sipil; memastikan publisitas dan transparansi, menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi individu dan organisasi dalam mengakses informasi, menjalankan hak, kewajiban, dan prosedur sebagaimana ditentukan oleh hukum.
Khusus mengenai pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang instansi dan jabatan yang berwenang, pada saat dilaksanakannya penataan kembali aparatur negara, fungsi, tugas, dan wewenang instansi dan jabatan yang berwenang sebagaimana diatur dalam undang-undang tetap dilaksanakan oleh instansi atau jabatan yang menerima fungsi, tugas, dan wewenang tersebut.
Dalam hal nama, fungsi, tugas, wewenang, kedudukan, bentuk, dan susunan organisasi instansi setelah reorganisasi mengalami perubahan, instansi atau orang yang berwenang menerbitkan peraturan perundang-undangan mengenai fungsi, tugas, wewenang, dan susunan organisasi instansi yang dibentuk setelah reorganisasi yang berbeda dengan peraturan perundang-undangan pada instansi negara yang lebih tinggi yang diterbitkan sebelum reorganisasi aparatur negara, namun tetap harus memperhatikan rencana reorganisasi yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang.
Dalam hal terjadi penataan kembali aparatur negara dan jumlah wakil kepala instansi melebihi jumlah maksimal yang ditentukan dalam undang-undang, paling lama 5 (lima) tahun sejak tanggal mulai berlakunya keputusan penataan kembali aparatur negara oleh pejabat yang berwenang, jumlah wakil kepala instansi harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Apabila dokumen saat ini menetapkan tanggung jawab untuk mengoordinasikan pekerjaan antara instansi yang menjadi subjek pengaturan dan instansi lain, maka instansi yang menerima fungsi, tugas, dan wewenang dari instansi yang diatur bertanggung jawab untuk terus melaksanakan isi pekerjaan tersebut sesuai dengan peraturan.
Instansi penerima fungsi, tugas, dan wewenang pascareorganisasi aparatur negara tetap melaksanakan tugas dan prosedur yang sedang dilaksanakan oleh instansi yang menjadi subjek reorganisasi. Apabila tugas dan prosedur tersebut sedang dilaksanakan atau telah selesai sebelum reorganisasi aparatur negara, namun terdapat permasalahan terkait yang perlu diselesaikan pascareorganisasi, instansi penerima fungsi, tugas, dan wewenang bertanggung jawab untuk berkoordinasi dengan instansi terkait guna menyelesaikan permasalahan tersebut.
Pengawasan, pemeriksaan, audit, dan pengujian terhadap instansi yang dibentuk atau yang menerima fungsi, tugas, dan wewenang pasca penataan kembali aparatur negara, wajib dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan wajib menjamin kelangsungan, tidak terjadi kekosongan, atau rangkapnya kewenangan pengawasan, pemeriksaan, audit, dan pengujian serta tidak mengganggu kelancaran operasional instansi yang diawasi, diperiksa, diaudit, dan diperiksa.
Terkait kewenangan penanganan pelanggaran administrasi, jabatan yang mempunyai kewenangan penanganan pelanggaran administrasi akibat perubahan susunan perangkat negara yang mengakibatkan perubahan nama tetapi tidak mengubah tugas dan wewenangnya, tetap memiliki kewenangan penanganan pelanggaran administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penanganan pelanggaran administrasi.
Pemerintah mengatur kewenangan sanksi pelanggaran administrasi terhadap jabatan yang berwenang melakukan sanksi pelanggaran administrasi akibat perubahan tata kelola pemerintahan yang mengakibatkan perubahan tugas dan wewenang jabatan tersebut sesuai dengan asas Undang-Undang tentang Penanganan Pelanggaran Administrasi.
Selama Pemerintah belum mengeluarkan peraturan perundang-undangan, kewenangan pemberian sanksi pelanggaran administrasi di bidang penyelenggaraan negara yang dilakukan oleh Kepala Inspektur, Ketua Komisi Pemilihan Umum, atau jabatan lain yang berwenang memberikan sanksi, tetap dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sampai ada peraturan pengganti.
[iklan_2]
Sumber: https://baohaiduong.vn/bao-dam-co-so-phap-ly-cho-hoat-dong-thong-suot-khi-sap-xep-to-chuc-bo-may-nha-nuoc-405564.html
Komentar (0)