Bapak Vi Van Thuat, Sekretaris Sel Partai dan Kepala Desa Poong, mengatakan bahwa berkat pengembangan model peternakan sapi, kehidupan penduduk desa telah berubah.
Tuan Ha Van Man gembira karena berkat beternak sapi, keluarganya berhasil lepas dari kemiskinan dan kedua anaknya bisa bersekolah (Foto: Hanh Linh).
"Beternak sapi perah merupakan profesi yang populer bagi penduduk desa. Di seluruh desa, terdapat 93 rumah tangga, dan setiap rumah tangga memelihara sapi. Rumah tangga terkecil memiliki 2 sapi, sementara rumah tangga terbesar memiliki hingga 12 sapi. Dulu, seluruh desa memiliki hampir 500 sapi," kata Bapak Thuat.
Menurut Bapak Thuat, ketika banjir bersejarah terjadi pada tahun 2018, banyak kawanan kerbau dan sapi di desa tersebut hanyut oleh banjir. Setelah mengungsi untuk menghindari banjir, penduduk kembali dengan tangan hampa, berjuang untuk bangkit dan memulai hidup baru.
Untuk mengatasi masalah pascabanjir, warga memanfaatkan sebagian lahan pertanian yang tertimbun untuk menanam rumput sebagai pakan sapi. Awalnya, setiap rumah tangga hanya memelihara 1-2 sapi untuk mencari nafkah. Melihat efisiensi ekonominya , banyak rumah tangga di desa saling mendukung untuk beternak sapi.
Beternak sapi tidak hanya menghasilkan pendapatan bagi peternak tetapi juga membantu banyak pekerja yang menganggur memperoleh penghasilan tambahan (Foto: Hanh Linh).
Sebagai rumah tangga dengan jumlah sapi terbanyak di Desa Poong, Bapak Ha Van Man (28 tahun) mengatakan bahwa berkat beternak sapi, kehidupan keluarganya telah berubah. Menurut Bapak Man, pada tahun 2021, keluarganya meminjam 100 juta VND dari Bank Kebijakan Sosial Distrik Muong Lat untuk membeli 5 ekor sapi indukan.
Setelah bertahun-tahun bekerja keras beternak sapi, ia kini memiliki 13 sapi, menghasilkan ratusan juta dong setiap tahun. Menurut Pak Man, beternak sapi tidaklah sulit, tidak membutuhkan banyak perawatan, tetapi menghasilkan pendapatan yang tinggi.
"Setiap tahun, seekor sapi akan melahirkan anak sapi. Anak sapi tersebut dipelihara selama 6-8 bulan dan akan dijual seharga 18-20 juta VND/anak sapi. Setelah dikurangi biaya perawatan, keluarga saya juga mendapat keuntungan sebesar 100 juta VND/tahun. Keuntungan dari beternak sapi membantu keluarga memiliki pendapatan yang stabil," kata Bapak Man.
Tak jauh dari rumah Pak Man, keluarga Pak Vi Van Thoi (45 tahun) menuturkan bahwa dulu, warga Desa Poong kebanyakan menanam pohon xoan, menanam padi, dan beternak sebagai pekerjaan sampingan. Namun, pohon xoan tidak cocok untuk tanah tersebut, dan hasil panen padi pun tidak melimpah, sehingga hanya tersisa sedikit biaya perawatan, pupuk, dan pembajakan.
Setelah banjir bandang dahsyat tahun 2018, sebagian besar sawah keluarganya tertimbun batu dan tanah. Melihat sawah yang tidak dapat ditanami padi, Pak Thoi mengkhawatirkan ketersediaan pangan dan sandang bagi seluruh keluarganya.
Desa Poong, kecamatan Tam Chung, distrik Muong Lat ( Thanh Hoa ) berubah setiap hari berkat peternakan sapi (Foto: Hanh Linh).
Pak Thoi menghabiskan seluruh sisa uang keluarga untuk menanam rumput dan membeli seekor sapi untuk dipelihara. Hanya dalam 2 tahun, hidupnya kembali stabil. "Keluarganya baru saja menjual 3 ekor anak sapi, menghasilkan hampir 60 juta VND. Saat ini, tersisa 3 ekor sapi indukan di kandang," ujar Pak Thoi dengan gembira.
Menurut Bapak Thoi, daerah pegunungan memiliki banyak kondisi yang mendukung pengembangan peternakan sapi. "Kami tidak perlu khawatir tentang pakan ternak karena banyaknya rumput di daerah ini. Selain menjual anak sapi dan sapi, masyarakat juga dapat memanfaatkan limbah peternakan sebagai pupuk tanaman," kata Bapak Thoi.
Bapak Ha Van Thin, Wakil Ketua Komite Rakyat Komune Tam Chung, mengatakan bahwa saat ini komune tersebut memiliki 2.197 sapi. Desa Poong merupakan salah satu desa dengan jumlah rumah tangga dan sapi terbanyak di komune tersebut, hampir 500 ekor sapi.
Menurut statistik, pendapatan rata-rata penduduk Desa Poong adalah 22,5 juta VND/orang/tahun. Desa ini memiliki 93 rumah tangga, tetapi hanya 24 rumah tangga yang miskin dan diperkirakan akan terus menurun. Pada akhir tahun ini, kami berupaya untuk menjadi desa pedesaan baru," ujar Bapak Thin.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)