Keputusan tersebut mengklasifikasikan komune di wilayah etnis minoritas dan pegunungan ke dalam tiga zona pengembangan. Dalam foto: Menenun di A Luoi

Keputusan ini terdiri dari 6 bab dan 14 pasal , yang secara khusus mengatur kriteria penetapan desa, komune, dan provinsi di wilayah etnis minoritas dan pegunungan, mengklasifikasikannya berdasarkan tingkat pembangunan, beserta proses, pencatatan, dan kewenangan penetapan serta pengumuman hasil penetapan tersebut. Hal ini merupakan langkah maju dalam tata kelola negara, yang berkontribusi dalam mengatasi tumpang tindih dan kekurangan dalam penetapan wilayah dan penerima manfaat kebijakan di masa lalu.

Kriteria yang jelas dan praktis

Berdasarkan Keputusan tersebut, penetapan wilayah etnis minoritas didasarkan pada proporsi etnis minoritas yang hidup stabil. Sebuah desa dianggap sebagai wilayah etnis minoritas apabila memiliki 15% atau lebih etnis minoritas. Demikian pula, sebuah komune memiliki 15% atau lebih etnis minoritas atau 4.500 atau lebih etnis minoritas; sebuah provinsi ditetapkan apabila setidaknya 15% penduduknya merupakan etnis minoritas atau 2/3 dari komune tersebut merupakan komune etnis minoritas.

Untuk wilayah pegunungan, Keputusan ini secara khusus menetapkan ketinggian dan medan: suatu desa, kecamatan, atau provinsi diklasifikasikan sebagai pegunungan jika setidaknya 2/3 dari wilayah alaminya berada pada ketinggian 200 meter atau lebih tinggi atau memiliki kemiringan medan 15% atau lebih tinggi. Kriteria ini mencerminkan karakteristik geografis, memastikan objektivitas dan kesesuaian dengan kondisi dan praktik alam di setiap wilayah.

Poin penting adalah kriteria untuk mendefinisikan desa-desa yang sangat sulit mengharuskan desa-desa tersebut memenuhi setidaknya 2 dari 3 kriteria: tingkat kemiskinan multidimensi 4 kali lebih tinggi daripada rata-rata nasional; kurang dari 60% jalan desa beraspal; atau kurang dari 90% rumah tangga memiliki akses ke jaringan listrik nasional. Untuk Delta Mekong, kriteria kemiskinan disesuaikan secara fleksibel untuk mencerminkan karakteristik lokal.

Keputusan tersebut mengklasifikasikan komune di daerah etnis minoritas dan pegunungan menjadi tiga zona pengembangan:

Area I: mengembangkan komune, dengan kriteria kesulitan kurang dari 3;

Wilayah II: masyarakat kurang mampu, dengan 3 sampai 5 kriteria;

Wilayah III: komunitas yang sangat tertinggal, dengan 6 atau lebih kriteria atau dengan lebih dari 50% desa yang sangat tertinggal.

Kriteria penilaian meliputi pendapatan per kapita, tingkat kemiskinan, infrastruktur transportasi, listrik, air bersih, layanan kesehatan, pendidikan , budaya-olahraga, internet, dan sanitasi lingkungan. Sistem kriteria ini bersifat multidimensi, yang secara komprehensif mencerminkan standar hidup dan akses masyarakat terhadap layanan dasar.

Keputusan tersebut menekankan faktor transformasi digital dan infrastruktur informasi dengan menetapkan bahwa tingkat desa dengan layanan internet seluler atau pita lebar tetap di bawah 95% merupakan salah satu kriteria penilaian tingkat kesulitan. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi kebijakan baru tidak hanya berhenti pada dukungan jaminan sosial, tetapi juga bertujuan untuk mempersempit kesenjangan digital antara wilayah pegunungan dan dataran rendah, menciptakan kondisi bagi etnis minoritas untuk mengakses informasi, pendidikan, dan pasar tenaga kerja digital.

Keputusan tersebut menunjukkan kepedulian Pemerintah terhadap suku minoritas dan daerah pegunungan.

Memastikan pewarisan dan stabilitas

Keputusan 272/2025 berlaku mulai 1 Desember 2025. Apabila daftar desa, kecamatan, dan provinsi belum diumumkan hingga 1 Januari 2026, Pemerintah mengizinkan penerapan sementara daftar yang berlaku saat ini berdasarkan Keputusan No. 33/2020/QD-TTg hingga 31 Maret 2026. Pendekatan ini memastikan keberlanjutan implementasi kebijakan dan menghindari gangguan dalam memberikan dukungan bagi daerah.

Penerbitan Peraturan Pemerintah tersebut menunjukkan minat Pemerintah dalam memprioritaskan pembangunan daerah etnis minoritas dan pegunungan. Penetapan wilayah dan tingkat kesulitan yang jelas merupakan dasar untuk mengalokasikan sumber daya secara adil dan efektif, sekaligus membantu memantau perkembangan pembangunan di setiap daerah. Ketika kebijakan diterapkan secara konsisten dan berdasarkan data spesifik, daerah etnis minoritas akan memiliki kondisi yang lebih baik untuk bangkit menjadi mandiri, mengurangi kemiskinan secara berkelanjutan, dan berkontribusi dalam mewujudkan tujuan "tidak meninggalkan siapa pun" dalam perjalanan pembangunan.

Menurut Kantor Pemerintah

Sumber: https://huengaynay.vn/chinh-tri-xa-hoi/buoc-tien-trong-quan-ly-phat-trien-vung-dan-toc-thieu-so-158927.html