Melonjaknya suhu memaksa sekolah-sekolah di hampir separuh ibu kota Filipina ditutup pada tanggal 3 Maret, yang menandakan dimulainya gelombang panas yang brutal.
Siswa meninggalkan sekolah setelah pengumuman penutupan di Manila pada 3 Maret - Foto: AFP
Indeks panas antara suhu udara dan kelembaban relatif akan mencapai tingkat "berbahaya" di ibu kota Manila dan dua wilayah lain di negara itu, menurut peringatan dari Badan Cuaca Nasional Filipina, menurut kantor berita AFP.
Badan tersebut memperingatkan kemungkinan terjadinya kram panas dan kelelahan akibat panas, dan mendesak orang-orang di daerah yang terkena dampak untuk menghindari paparan sinar matahari yang berkepanjangan.
Suhu diperkirakan akan mencapai 33 derajat Celsius pada tanggal 3 Maret, tetapi otoritas setempat di ibu kota Manila dan enam wilayah lainnya telah memerintahkan penutupan kelas sebagai tindakan pencegahan, serta menerapkan pengalaman dari gelombang panas tahun lalu.
Pejabat Departemen Pendidikan Edgar Bonifacio mengatakan penutupan sekolah dapat memengaruhi lebih dari 68.000 siswa di 42 sekolah di distrik Malabon.
"Kami cukup terkejut dengan peringatan indeks panas. Kami belum merasakan panas di luar," kata Bonifacio kepada AFP.
Sementara itu, sekitar 69 sekolah di Kabupaten Valenzuela telah beralih ke bentuk pembelajaran lain selain pembelajaran tatap muka, termasuk pembelajaran daring.
Ini bukan pertama kalinya negara Asia Tenggara ini mengalami gelombang panas yang tidak biasa.
Gelombang panas pada bulan April dan Mei 2024 melanda banyak wilayah di Filipina, menyebabkan kegiatan belajar-mengajar diliburkan dan banyak siswa tidak masuk sekolah. Suhu di ibu kota Manila mencapai rekor tertinggi, 38,8 derajat Celcius, pada 27 April 2024.
Suhu rata-rata global mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024. Pada bulan Januari tahun ini, Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) memperkirakan bahwa cuaca ekstrem mengganggu pendidikan sekitar 242 juta anak di 85 negara di seluruh dunia pada tahun 2024, termasuk Filipina.
Para ahli mengatakan pemanasan global sebagian disebabkan oleh aktivitas manusia, termasuk pembakaran bahan bakar fosil yang tidak terkendali selama puluhan tahun, serta urbanisasi perkotaan.
Seorang siswa terlindungi dari sinar matahari oleh tas sekolah orang tuanya pada 3 Maret - Foto: AFP
Banyak sekolah di Filipina memutuskan untuk tutup karena kekhawatiran akan risiko yang disebabkan oleh panas - Foto: AFP
[iklan_2]
Sumber: https://tuoitre.vn/cac-truong-hoc-o-mot-nua-thu-do-philippines-dong-cua-vi-nang-nong-2025030314332053.htm
Komentar (0)