Demikian pendapat delegasi Majelis Nasional Ha Sy Dong ( Quang Tri ) pada sesi pembahasan Majelis Nasional di aula pagi ini (24 Oktober) mengenai sejumlah isi dengan pendapat berbeda mengenai rancangan Undang-Undang tentang Kegiatan Pengawasan Majelis Nasional dan Dewan Rakyat (perubahan).
Tanggung jawab penegakan tambahan dan sanksi pasca pemantauan
Berbicara di hadapan Majelis Nasional , Wakil Majelis Nasional Ha Sy Dong menyatakan persetujuan dasarnya terhadap Laporan Komite Tetap Majelis Nasional tentang penjelasan, penerimaan, dan revisi rancangan Undang-Undang ini. Menurut delegasi, rancangan tersebut dengan jelas menunjukkan upaya besar dalam menyempurnakan kerangka hukum untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan oleh badan-badan terpilih, yang berkontribusi pada pengendalian kekuasaan negara, sehingga memperkuat kepercayaan rakyat.
.jpg)
Selain hasil yang dicapai, Wakil Majelis Nasional Ha Sy Dong terus terang menunjukkan bahwa banyak kesimpulan pengawasan di masa lalu belum dilaksanakan dengan serius, yang telah mengurangi prestise badan terpilih dan efektivitas hukum. Untuk meningkatkan efektivitas pengawasan, delegasi menyarankan bahwa perlu untuk mendefinisikan tanggung jawab lembaga dan individu setelah pengawasan dengan lebih jelas. Dengan demikian, Komite Perancang perlu menambahkan ketentuan tentang tanggung jawab pelaksanaan dan sanksi pasca pengawasan dalam arah: Peraturan wajib tentang pelaporan berkala hasil penerapan rekomendasi pengawasan. Bersamaan dengan itu, harus ada sanksi yang jelas untuk kasus-kasus penyelesaian yang lambat atau kegagalan untuk melaksanakan rekomendasi, dan pada saat yang sama, menetapkan tanggung jawab khusus kepada kepala lembaga dan organisasi terkait.
Delegasi menekankan bahwa hanya jika kesimpulan pemantauan diimplementasikan secara serius, kegiatan pemantauan dapat menciptakan "lingkaran tertutup" pemantauan - inspeksi - penanganan - penyempurnaan kebijakan, yang menjamin efektivitas dan konsistensi. Perlu dibangun mekanisme khusus untuk menghubungkan kegiatan pemantauan dengan proses penyempurnaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan.
Saat ini, banyak hasil pemantauan hanya berupa rekomendasi, dan belum benar-benar menjadi dasar penyusunan kebijakan atau amandemen undang-undang. Menanggapi permasalahan ini, para delegasi mengusulkan penambahan mekanisme wajib untuk mengubah hasil pemantauan menjadi sumber masukan penting bagi kegiatan legislatif dan eksekutif. Secara spesifik: Pertama, ketika merencanakan program pengembangan undang-undang dan peraturan daerah, Komite Majelis Nasional perlu menyediakan bagian terpisah untuk mempertimbangkan rekomendasi yang timbul dari kegiatan pemantauan. Kedua, instansi pemerintah dan pemerintah daerah harus bertanggung jawab untuk memberikan tanggapan tertulis atas hasil penanganan masalah yang ditemukan setelah pemantauan.

Isu lain yang menjadi perhatian delegasi Provinsi Quang Tri adalah tumpang tindih dan duplikasi konten pengawasan dalam praktiknya, meskipun terdapat pemisahan kewenangan antara tingkat pusat dan daerah. Untuk mengatasi hal ini, para delegasi mengusulkan untuk mengkaji dan mengembangkan mekanisme koordinasi pengawasan antar tingkat. Dengan demikian, hasil pengawasan oleh tingkat yang lebih rendah (misalnya, Dewan Rakyat Provinsi) dapat digunakan sebagai dasar atau data masukan untuk kegiatan pengawasan oleh tingkat yang lebih tinggi. Komite Tetap Majelis Nasional harus menerbitkan pedoman kerangka kerja tentang koordinasi dan pembagian informasi untuk menghindari pemborosan sumber daya.
Terkait dengan kegiatan pemantauan delegasi Dewan Rakyat, Wakil Majelis Nasional Ha Sy Dong menyatakan persetujuannya terhadap Opsi 1 yang diajukan oleh Komite Tetap Majelis Nasional, yaitu tetap melanjutkan kegiatan ini tetapi membatasi cakupannya sesuai dengan penugasan Dewan Rakyat atau Komite Tetap Dewan Rakyat.
Pada sesi diskusi tersebut, Wakil Majelis Nasional Ha Sy Dong mengusulkan suatu isu yang memerlukan perhatian segera, yaitu membangun sistem basis data pemantauan nasional yang terpadu.

Prinsip desentralisasi yang jelas dan kriteria pengawasan di semua tingkatan
Terkait kewenangan pengawasan penyelesaian pengaduan, pengaduan, dan petisi warga, delegasi Ha Sy Dong menunjukkan adanya tumpang tindih dalam peraturan yang berlaku. Saat ini, kewenangan pengawasan tersebut diatur untuk Delegasi Majelis Nasional, Komite Dewan Rakyat, delegasi Dewan Rakyat tingkat provinsi, dan delegasi Dewan Rakyat tingkat komune. Tumpang tindih ini juga menyebabkan warga mengirimkan permohonan pengawasan ke banyak entitas, yang menyebabkan kesulitan koordinasi bagi daerah, memperpanjang waktu penyelesaian, dan mudah menimbulkan konflik kewenangan.
Di sisi lain, Undang-Undang Pengaduan dan Undang-Undang Pengaduan tidak memiliki peraturan yang sesuai mengenai kewenangan ini. Berdasarkan kenyataan tersebut, Wakil Majelis Nasional Ha Sy Dong menyarankan agar Panitia Perancang meninjau kembali peraturan ini atau menetapkan secara jelas prinsip desentralisasi dan kriteria pengawasan di setiap tingkatan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Misalnya, dimungkinkan untuk mendasarkan penyelesaian pada skala dan luas kasus, atau hanya mengusulkan ke tingkat yang lebih tinggi apabila terdapat bukti bahwa penyelesaian di tingkat yang lebih rendah tidak sesuai dengan peraturan. Penyesuaian ini bertujuan untuk menghindari tumpang tindih, mengurangi beban pemerintah daerah, mempersingkat waktu penyelesaian, dan sekaligus menjamin hak-hak warga negara yang sah.
Sumber: https://daibieunhandan.vn/can-che-tai-cu-the-doi-voi-truong-hop-cham-khac-phuc-hoac-khong-thuc-hien-kien-nghi-giam-sat-10392801.html






Komentar (0)