Kristalisasi ketekunan, kebijaksanaan, dan kepercayaan antar bangsa.
Dalam pidato pembukaannya, Presiden Luong Cuong menegaskan bahwa upacara penandatanganan Konvensi Hanoi tidak hanya menandai lahirnya instrumen hukum global, tetapi juga menegaskan vitalitas multilateralisme yang abadi, di mana negara-negara mengatasi perbedaan dan siap memikul tanggung jawab bersama untuk kebaikan bersama.

Ketua Luong Cuong menyampaikan pidato pembukaan pada upacara penandatanganan Konvensi Hanoi.
FOTO: TUAN MINH
"Ruang siber adalah ruang baru yang sedang berkembang dan juga medan pertempuran baru bagi keamanan global, di mana peluang dan tantangan saling terkait, di mana kemajuan teknologi harus berjalan seiring dengan etika dan tanggung jawab," tegas Presiden .
Presiden Luong Cuong mengatakan bahwa kejahatan siber telah menjadi tantangan langsung terhadap keamanan dan pembangunan setiap negara serta kehidupan bahagia setiap warga negara di era digital.
"Serangan siber, pencurian data, manipulasi informasi, dan intrusi ke infrastruktur penting terjadi setiap hari di banyak negara dan organisasi, menyebabkan kerugian triliunan dolar bagi perekonomian global setiap tahunnya. Informasi pribadi dan keamanan masyarakat sangat terancam. Anak-anak dan perempuan termasuk yang paling rentan," kata Presiden.
Oleh karena itu, Presiden menegaskan bahwa melindungi kedaulatan nasional, kepentingan, keamanan, dan ruang siber bukan hanya tuntutan zaman tetapi juga prasyarat bagi setiap negara untuk berkembang pesat dan berkelanjutan, serta berkontribusi pada penguatan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran bersama.
Presiden Luong Cuong menyatakan bahwa, dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, Konvensi Hanoi diciptakan sebagai bukti nyata semangat solidaritas dan supremasi hukum.
"Setelah lima tahun negosiasi, dengan puluhan sesi diskusi dan ribuan komentar, pencapaian hari ini adalah kristalisasi dari ketekunan, kecerdasan, dan kepercayaan antar negara, ketika kita bersama-sama memilih dialog daripada konfrontasi, kerja sama daripada perpecahan," tegas Presiden.
Konvensi Hanoi mengirimkan tiga pesan yang jelas.
Menurut Presiden Luong Cuong, Konvensi Hanoi mengirimkan tiga pesan yang jelas dan memiliki makna mendalam serta abadi bagi dunia:
Pertama, menegaskan komitmen untuk membentuk ketertiban, memastikan keselamatan dan keamanan di dunia maya berdasarkan hukum internasional. Kedua, mempromosikan semangat berbagi, persahabatan, dan saling mendukung, karena hanya dengan bekerja sama dan meningkatkan kapasitas bersama kita dapat melindungi dunia maya yang stabil dan berkelanjutan.

Gambaran umum upacara pembukaan
FOTO: TUAN MINH
Ketiga, penting untuk menekankan bahwa tujuan utama dari semua upaya adalah untuk masyarakat, sehingga teknologi melayani kehidupan, pembangunan membawa peluang bagi semua, dan tidak ada seorang pun yang tertinggal dalam proses digitalisasi global.
Presiden mengatakan bahwa ketiga pesan tersebut dengan jelas menunjukkan semangat inti Konvensi Hanoi, sebuah konvensi tentang supremasi hukum, kerja sama, dan rakyat.
"Itulah juga semboyan yang dipegang teguh Vietnam dalam proses integrasi internasional, dengan menjadikan hukum sebagai landasan, kerja sama sebagai penggerak, dan rakyat sebagai subjek, pusat, dan tujuan dari semua upaya," tegas Presiden.
Presiden menekankan bahwa Vietnam menjadi tuan rumah upacara penandatanganan dan menjadi negara pertama yang menandatangani Konvensi Hanoi merupakan bukti komitmen kuat Vietnam terhadap supremasi hukum, sepenuhnya melaksanakan kewajiban internasional, dan berkontribusi pada penguatan tatanan hukum global di dunia maya.

Menteri Keamanan Publik Vietnam, Luong Tam Quang, menandatangani konvensi tersebut.
FOTO: TUAN MINH
Agar konvensi ini benar-benar terwujud, kata Presiden, dibutuhkan bukan hanya kemauan politik tetapi juga sumber daya untuk implementasi. Kerja sama internasional dalam pelatihan, bantuan teknis, dan transfer teknologi akan membantu meningkatkan kapasitas negara-negara, berkontribusi pada pembangunan ruang siber yang aman dan stabil.
Presiden Luong Cuong menyerukan kepada negara-negara anggota untuk segera meratifikasi konvensi tersebut agar dapat segera berlaku, dan secara tegas menetapkan tatanan digital yang adil, inklusif, dan berdasarkan aturan.
Dalam pidatonya di acara tersebut, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres menilai bahwa setelah hampir lima tahun upaya negosiasi, negara-negara anggota telah mencapai perjanjian peradilan pidana pertama mereka dalam lebih dari dua dekade.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres
FOTO: TUAN MINH
Bapak Guterres mengatakan bahwa Konvensi Hanoi adalah alat yang ampuh dan mengikat secara hukum untuk memperkuat pertahanan kolektif terhadap kejahatan siber.
Pada saat yang sama, ini adalah komitmen untuk melindungi hak asasi manusia fundamental baik dalam kehidupan nyata maupun daring. Ini juga merupakan bukti kekuatan multilateralisme dalam menemukan solusi.
"Ini juga merupakan komitmen bahwa tidak ada negara, terlepas dari tingkat perkembangannya, yang akan tertinggal dalam menghadapi kejahatan siber," kata Bapak Guterres.
Sumber: https://thanhnien.vn/chu-tich-nuoc-luong-cuong-3-thong-diep-ro-rang-tu-cong-uoc-ha-noi-185251025113319529.htm






Komentar (0)