Baik pria maupun wanita memiliki kebutuhan fisiologis yang tinggi di usia 20-an, kemudian secara bertahap menurun karena perubahan kadar hormon, penyakit, dan penuaan tubuh.
Usia dan hasrat seksual memang berkaitan erat, tetapi tidak ada batasan usia spesifik kapan aktivitas seksual harus dihentikan. Naik turunnya hasrat seksual pada pria dan wanita bervariasi seiring bertambahnya usia, dan dipengaruhi oleh fungsi otak, hormon, keyakinan, dan sikap tentang seks. Kebutuhan fisiologis dapat berubah karena kondisi mental, tingkat stres, kesehatan secara keseluruhan, dan perubahan hormonal setiap orang.
20 tahun
Kadar testosteron tinggi pada pria dan wanita di usia 20-an. Pada pria, testosteron mencapai puncaknya pada usia 18 tahun dan kemudian mulai menurun secara perlahan. Umumnya, kadar hormon tetap tinggi di usia 20-an, membantu pria mempertahankan hasrat seksualnya. Wanita memiliki hasrat seksual yang lebih rendah di akhir usia 20-an, kemungkinan karena penggunaan alat kontrasepsi hormonal dan/atau antidepresan.
30 tahun
Testosteron terus menurun di usia 30-an, menyebabkan penurunan gairah seks yang lebih nyata. Pada pria, penurunan ini dapat meningkat sekitar 1% per tahun hingga usia 40 tahun. Bagi banyak wanita, inilah saat seks mencapai puncaknya dan menjadi lebih sering.
Meningkatkan koneksi dan berbagi membantu pasangan memahami satu sama lain. Foto: Freepik
40 tahun
Baik pria maupun wanita mengalami perubahan fisik di usia 40-an yang memengaruhi perilaku seksual. Disfungsi ereksi lebih umum terjadi, sehingga pria lebih jarang berhubungan seks. Bagi wanita, perimenopause biasanya dimulai di usia 40-an. Kadar estrogen yang lebih rendah menyebabkan vagina kering dan nyeri saat berhubungan seksual. Kadar testosteron pada wanita juga cenderung menurun.
50 tahun
Baik pria maupun wanita pada usia ini mengalami penurunan minat dan frekuensi hubungan seksual. Masalah kesehatan dan gaya hidup yang dapat memengaruhi frekuensi dan performa pria antara lain diabetes, tekanan darah tinggi, obesitas, pembesaran prostat, dan sebagainya. Wanita mungkin mengalami kekeringan vagina, lebih jarang orgasme, dan terpengaruh oleh kondisi medis seperti pria.
Pada usia 50-an, kedua jenis kelamin mungkin mengonsumsi obat-obatan yang memengaruhi fungsi seksual, misalnya obat tekanan darah tinggi yang menyebabkan disfungsi ereksi pada pria.
60 tahun
Disfungsi seksual dan penyakit kronis berkontribusi terhadap penurunan aktivitas seksual. Namun, hal itu tidak berarti seseorang harus berhenti berhubungan seks seiring bertambahnya usia. Sebuah survei tahun 2017 terhadap 2.400 lansia di Belanda menemukan bahwa hampir setengah dari responden telah aktif secara seksual dalam enam bulan terakhir.
Sebuah studi tahun 2019 oleh Universitas Pittsburgh, AS, menemukan bahwa hampir 40% perempuan di atas usia 60 tahun memiliki hasrat seksual yang rendah. Namun, mereka tetap menganggap "cinta" sebagai bagian penting dalam hidup mereka.
Selain kekeringan vagina dan disfungsi ereksi, masalah yang menyebabkan menurunnya libido pada usia ini meliputi kelelahan, stres, dan kurangnya kepercayaan diri terhadap penampilan.
Berusia lebih dari 70 tahun
Baik perempuan maupun laki-laki dapat aktif secara seksual di usia 70-an dan 80-an. Namun, perubahan terkait usia dapat membuat hubungan seks tidak senyaman di masa muda. Lansia sering kali melaporkan lebih menikmati kontak fisik. Lansia dapat menghadapi berbagai tantangan kesehatan, mulai dari mobilitas yang terbatas hingga indra yang tumpul.
Orang dengan penurunan libido sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan apakah ini perubahan alami atau disfungsi seksual. Jika penyebabnya berkaitan dengan usia, beberapa perubahan gaya hidup dapat memperbaikinya, seperti meningkatkan olahraga, memilih makanan yang baik untuk kesehatan fisik seperti tiram, stroberi, alpukat, serta menghindari alkohol dan stimulan. Mengelola stres dan tidur yang cukup juga bermanfaat bagi kesehatan seksual.
Meningkatkan hubungan emosional dengan pasangan penting untuk membantu Anda berdua berkembang. Wanita cenderung membutuhkan lebih banyak hubungan emosional daripada pria. Menurut para ahli, pasangan sebaiknya mematikan perangkat elektronik dan lebih banyak berbicara satu sama lain, mendengarkan ketika pasangan memiliki masalah, dan mengungkapkan cinta melalui gestur dan kata-kata. Orang yang kesulitan terhubung dengan pasangannya dapat mencari dukungan dari psikolog.
Tuan Ngoc (Menurut Verywell Health )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)