Media Aljazair mengatakan bahwa ibu kota Vietnam akan menjadi fokus diplomasi global ketika menjadi tuan rumah upacara penandatanganan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kejahatan Siber, yang juga dikenal sebagai “Konvensi Hanoi”, pada 25-26 Oktober.
Ini adalah dokumen hukum global pertama tentang keamanan siber, yang menyatukan hampir 100 negara menuju tujuan bersama: meningkatkan kerja sama dan membangun ruang digital yang aman dan manusiawi yang menghormati kedaulatan nasional.
Pada tanggal 19 Oktober, surat kabar harian Cresus menerbitkan sebuah artikel berjudul "Dari Hanoi ke Aljazair: Ketika diplomasi melindungi dunia maya," yang menyatakan bahwa Aljazair dan Vietnam adalah dua negara dengan kontribusi luar biasa dalam proses penyusunan Konvensi.
Sejak dimulainya negosiasi pada tahun 2022, kedua belah pihak secara konsisten mempertahankan prinsip-prinsip utama PBB seperti penghormatan terhadap kedaulatan, kepatuhan terhadap hukum internasional, dan memastikan kerja sama yang seimbang antarnegara. Prinsip-prinsip ini kini tercermin sepenuhnya dalam dokumen final, membantu mencegah penyalahgunaan keamanan siber untuk mencampuri urusan internal suatu negara.
Aljazair memandang keamanan siber sebagai pilar kedaulatan digital nasional dan telah berpartisipasi aktif dalam berbagai aspek teknis Konvensi, seperti perlindungan infrastruktur penting dan peningkatan kerja sama peradilan internasional. Kontribusi ini menunjukkan komitmen Aljazair untuk menjadi mitra yang bertanggung jawab dalam tata kelola siber di Afrika.
Bagi Vietnam - negara tuan rumah acara bersejarah ini, menjadi tuan rumah Upacara Penandatanganan tidak hanya merupakan keberhasilan diplomatik tetapi juga pengakuan atas posisi Vietnam yang semakin tinggi di arena internasional multilateral, terutama di bidang keamanan digital dan kerja sama teknis global.
Diadopsi secara konsensus oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 24 Desember 2024, Konvensi Hanoi merupakan perjanjian multilateral pertama tentang kejahatan dunia maya dalam lebih dari 20 tahun sejak Konvensi Palermo tentang Kejahatan Transnasional.
Dokumen tersebut, yang terdiri dari sembilan bab dan 71 pasal, meletakkan dasar hukum global untuk mengkriminalisasi serangan siber, penipuan elektronik, penyebaran malware, dan eksploitasi anak daring, serta menetapkan mekanisme ekstradisi, berbagi data, dan bantuan peradilan antarnegara.
Menurut firma keamanan siber Check Point dan firma analisis kebijakan teknologi digital dan tata kelola internet Digital Watch Observatory, pada kuartal pertama tahun 2025 saja, organisasi di seluruh dunia mengalami rata-rata 1.925 serangan siber per minggu, meningkat 126% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Di Afrika, laporan Interpol 2025 menyatakan bahwa kejahatan siber menyumbang hingga 30% dari seluruh kasus kriminal yang dilaporkan di beberapa wilayah. Sebagai respons, banyak negara, termasuk Aljazair, mempercepat pengembangan kapasitas hukum dan teknis untuk melindungi lembaga, bisnis, dan warga negara.
Surat kabar Cresus menekankan bahwa Konvensi Hanoi tidak hanya merupakan instrumen hukum tetapi juga mewakili visi humanistik tentang masa depan digital, yang menempatkan hak asasi manusia dan privasi di pusatnya.
Menurut Ibu Ghada Waly, Direktur Eksekutif Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), ini adalah “tonggak bersejarah yang membuka jalan bagi kerja sama global yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Surat kabar harian Cresus menyatakan bahwa pemilihan Hanoi sebagai tempat penandatanganan juga memiliki makna simbolis yang mendalam: Vietnam dipandang sebagai pusat dialog internasional baru, tempat negara-negara membangun kepercayaan digital bersama. Ini bukan hanya sebuah acara diplomatik, tetapi juga seruan global untuk kerja sama, karena dalam memerangi kejahatan siber, tidak ada negara yang dapat bertindak sendiri.
Dari Hanoi, sebuah pesan bersama disampaikan: Dunia maya harus menjadi ruang kepercayaan dan pembangunan bersama. Aljazair dan Vietnam, melalui acara ini, menunjukkan semangat solidaritas dan komitmen untuk membangun dunia digital yang aman, kooperatif, dan saling berkembang.
Source: https://www.vietnamplus.vn/dau-moc-lich-su-khang-dinh-vai-tro-cua-viet-nam-trong-an-ninh-mang-toan-cau-post1071457.vnp
Komentar (0)