Oleh karena itu, tarif pajak pada tahun 2026 diusulkan untuk dipertahankan pada tingkat rendah, setara dengan 50% dari batas maksimum saat ini, sebelum meningkat lagi mulai tahun 2027.

Pertahankan pajak tetap rendah hingga tahun 2026 untuk mendukung pemulihan
Berdasarkan rancangan tersebut, Kementerian Keuangan mengusulkan agar pada tahun 2026, pajak perlindungan lingkungan untuk bensin (kecuali etanol) akan sebesar VND2.000/liter—hanya setengah dari batas VND4.000/liter yang ditetapkan dalam Resolusi 579/2018 Komite Tetap Majelis Nasional. Demikian pula, pajak untuk solar, bahan bakar minyak, dan pelumas akan tetap sebesar VND1.000/liter; minyak tanah sebesar VND600/liter; dan minyak pelumas sebesar VND1.000/kg.
Poin penting dalam usulan tersebut adalah bahwa pajak perlindungan lingkungan terhadap bahan bakar jet akan meningkat dari VND1.000/liter saat ini menjadi VND2.000/liter pada tahun 2026, dua kali lipat dari tarif saat ini.
Dalam menjelaskan usulan ini, Kementerian Keuangan menyatakan bahwa mempertahankan pajak tetap rendah pada tahun 2026 bertujuan untuk mengurangi tekanan pada biaya input produksi, menciptakan kondisi yang kondusif bagi pemulihan bisnis, dan berkontribusi pada pengendalian inflasi. Hal ini merupakan langkah penting dalam konteks perekonomian yang masih menghadapi berbagai risiko, baik dari dalam maupun luar negeri.
Mulai 1 Januari 2027, Kementerian Keuangan mengusulkan penerapan kembali tarif pajak perlindungan lingkungan maksimum sesuai dengan Resolusi 579. Khususnya: Bensin (kecuali etanol): VND 4.000/liter; Bahan bakar penerbangan: VND 3.000/liter; Minyak solar, bahan bakar minyak, pelumas, gemuk: VND 2.000/liter atau kg; Minyak tanah: VND 1.000/liter
Tarif pajak ini telah disetujui oleh Majelis Nasional sebelum pandemi COVID-19, tetapi telah disesuaikan secara drastis pada periode 2020-2023 untuk mendukung perekonomian. Menurut Kementerian Keuangan, ketika perekonomian pulih lebih stabil, pemulihan tarif pajak ini diperlukan untuk meningkatkan pendapatan anggaran, sekaligus mencapai tujuan perlindungan lingkungan, pengurangan emisi gas rumah kaca, dan transisi menuju ekonomi rendah karbon.

Dampak terhadap bisnis dan sektor ekonomi
Menilai usulan Kementerian Keuangan, pakar ekonomi Nguyen Thuong Lang mengatakan bahwa kebijakan pajak perlindungan lingkungan baru akan berdampak jelas pada sejumlah industri yang menggunakan banyak bahan bakar, terutama transportasi, logistik, dan penerbangan.
"Pada tahun 2026, industri transportasi jalan dan logistik akan diuntungkan oleh pajak solar yang rendah, yang akan membantu mengurangi biaya transportasi. Namun, mulai tahun 2027, ketika pajak berlipat ganda, bisnis akan menghadapi tekanan yang lebih besar pada biaya operasional," ujar Bapak Lang.
Bagi industri penerbangan, kenaikan pajak bahan bakar jet mulai tahun 2026 akan meningkatkan biaya operasional secara signifikan. Hal ini dapat mengurangi daya saing, terutama dalam konteks harga bahan bakar dunia yang fluktuatif dan pemulihan permintaan yang tidak pasti.
Dari perspektif anggaran, mempertahankan tarif pajak yang rendah pada tahun 2026 tetap menunjukkan kebijakan yang mendukung pemulihan ekonomi pascapandemi. Namun, hal ini juga berarti mengurangi penerimaan APBN. Oleh karena itu, peta jalan untuk menaikkan pajak kembali mulai tahun 2027 dianggap sebagai langkah penting guna mengkonsolidasikan sumber daya keuangan untuk belanja publik, jaminan sosial, dan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Menurut para ahli, usulan pajak perlindungan lingkungan ini menunjukkan upaya badan pengelola untuk menyeimbangkan tujuan jangka pendek dalam mendukung pemulihan ekonomi dengan tujuan jangka panjang keuangan berkelanjutan dan transformasi hijau.
Namun, kenaikan pajak yang tajam mulai tahun 2027 juga menimbulkan tantangan yang signifikan. "Tanpa persiapan yang matang, kenaikan pajak yang tiba-tiba dapat menimbulkan guncangan biaya bagi bisnis dan tekanan inflasi pada konsumen. Oleh karena itu, diperlukan peta jalan komunikasi yang jelas, kebijakan untuk mendukung konversi teknologi, penghematan bahan bakar, dan insentif keuangan yang menyertainya untuk meminimalkan dampak negatif," saran Bapak Nguyen Thuong Lang.
Saat ini, rancangan resolusi sedang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan untuk meminta masukan dari kementerian, sektor, pelaku usaha, dan publik. Kementerian Keuangan merekomendasikan agar dunia usaha secara proaktif mengembangkan rencana keuangan yang tepat untuk kedua periode—sebelum dan sesudah 2027—agar dapat menghadapi perubahan kebijakan perpajakan.
Pada saat yang sama, pelaku usaha didorong untuk memberikan pendapatnya agar ketika kebijakan dikeluarkan, kebijakan tersebut dapat dilaksanakan dan selaras dengan kepentingan negara, pelaku usaha, dan masyarakat. Beradaptasi secara proaktif terhadap perubahan perpajakan bukan hanya masalah biaya, tetapi juga menjadi pendorong bagi pelaku usaha untuk meningkatkan investasi dalam teknologi hijau dan meningkatkan daya saing jangka panjang.
Sumber: https://baolaocai.vn/de-xuat-giam-50-thue-bao-ve-moi-truong-voi-xang-dau-den-het-nam-2026-post649381.html
Komentar (0)