Dembele memenangkan Ballon d'Or 2025. |
Seorang pemain yang pernah dianggap "gagal" Barcelona senilai £115 juta, yang menghabiskan enam musim dirundung cedera, kurangnya disiplin, dan skandal memalukan, kini telah menjadi wajah nomor satu sepak bola dunia . Namun, pencapaian luar biasa itu bukanlah sebuah keajaiban. Ia ditulis dari perjalanan panjang yang sulit, dan terutama dari kegigihan di balik layar - di mana ibunya, Fatimata, dan istrinya yang misterius, Rima Edbouche.
Dari "anak nakal" menjadi pemimpin PSG
Sulit untuk mengingat bahwa beberapa tahun yang lalu, Dembele adalah simbol frustrasi di Barcelona. Ia menghabiskan 784 hari terbaring di tempat tidur karena 14 cedera otot, berulang kali didenda karena terlambat latihan, dan memiliki kebiasaan begadang sepanjang malam untuk bermain game. Puncaknya adalah insiden di tahun 2021 ketika sebuah video dirinya dan Antoine Griezmann melontarkan komentar-komentar yang merendahkan orang Asia terbongkar, yang menyebabkan citra Dembele runtuh di mata publik.
Dari seorang pemain muda yang pernah memukau Dortmund dan seantero Eropa dengan kecepatan dan teknik dua kakinya, Dembele berisiko menjadi contoh tipikal "bakat yang terbuang". Namun kemudian, titik balik muncul, tak hanya di lapangan, tetapi juga dalam kehidupan pribadinya.
Pada tahun 2021, Dembele menikahi Rima Edbouche, mantan bintang TikTok Maroko yang pernah memiliki lebih dari 300.000 pengikut. Rima terkenal dengan gaya busananya yang sederhana dan gaya hidup yang berkaitan dengan agama Islam. Setelah menikah, ia hampir menghilang dari media sosial, menjaga privasi citra pribadi dan kehidupan keluarganya. Pilihan diam-diam ini menjadi dorongan kuat bagi Dembele.
Rima dianggap berjasa meletakkan fondasi bagi pertumbuhannya. Ia menanamkan keseriusan, disiplin, dan rasa komitmen keluarga kepada suaminya.
Sejak menjadi ayah, Dembele telah berubah total: menyewa ahli gizi, berinvestasi dalam program pemulihan, bahkan terbang kembali ke Prancis untuk mengobati cederanya. Di lapangan, citra pemain yang lesu dan tidak bertanggung jawab telah lenyap. Sebaliknya, ia adalah "pejuang yang menekan", berlari tanpa henti dengan seragam PSG.
Kisah Dembele adalah perjalanan yang menarik. |
Setelah malam yang gemilang di Paris, Rima hanya mengunggah satu kata "Bangga" dengan foto suaminya mengangkat trofi. Singkat, dingin, tetapi cukup menggambarkan perannya—seseorang yang tak perlu banyak tampil, tetapi mengubah karier Dembele.
Jika Rima adalah katalisnya, orang tua Dembele adalah akar kesuksesannya. Ayahnya, seorang imigran dari Mali, bekerja diam-diam untuk menghidupi keluarga. Ibunya, Fatimata, bertindak sebagai "agen" tidak resminya, mendampinginya dari kontrak profesional di Rennes hingga kepindahannya senilai £12 juta ke Dortmund. Ia juga yang duduk di samping Dembele saat ia memenangkan Ballon d'Or.
Kepada surat kabar La Parisien , ia berkata dengan penuh emosi: "Sejak kecil, kami memimpikan Barcelona, tetapi Bola Emas bukanlah mimpi. Melihat putra saya menjadi pemain nomor satu dunia, sulit dipercaya, tetapi saya tidak terkejut."
Pernyataan itu menunjukkan keyakinannya yang mutlak kepada Dembele. Keyakinan itu, bersama dengan pengorbanan ayahnya, adalah fondasi yang membantunya melewati masa-masa sulit di Spanyol.
Tumbuh dari tekanan dan tanggung jawab
Yang membedakan Dembele selama beberapa tahun terakhir bukan hanya peningkatan kebugarannya, tetapi juga sikap profesionalnya. Ia tidak lagi memandang sepak bola sebagai beban, melainkan tanggung jawab seorang pria dewasa – seorang suami dan seorang ayah.
Dembele jauh lebih dewasa sekarang. |
Aksi sprintnya yang tak kenal lelah musim lalu dengan seragam PSG menjadi viral di dunia maya, dengan komentar mengejutkan: "Apakah ini benar-benar Dembele yang sama yang malas di Barca?" Di usia 28 tahun, ia telah menjadi andalan dan panutan bagi para juniornya di klub dan tim nasional Prancis.
Menengok ke belakang, perjalanan Dembele menjadi bukti nyata bahwa Ballon d’Or tak hanya diukur dari gol atau trofi, tetapi juga kedewasaan. Ia bangkit dari kekecewaan, mengatasi cedera, skandal, dan keraguan, hingga menjadi pemain nomor satu dunia.
Kesuksesan itu tak lepas dari para sahabat yang diam. Seorang ibu yang tegar, seorang ayah yang pendiam, dan seorang istri yang menolak sorotan publik demi mengabdikan diri kepada keluarga. Merekalah yang berjasa mengubah Dembele dari "anak nakal" menjadi seorang juara sejati.
Oleh karena itu, Ballon d'Or 2025 bukan sekadar penghargaan atas usaha individu. Ini adalah kisah kelahiran kembali, tentang bagaimana seorang pemain yang pernah dianggap gagal bangkit dengan keyakinan, tanggung jawab, dan cinta keluarga. Dan ketika Dembele meneteskan air mata di Paris, itu bukan hanya air mata kemenangan, tetapi juga bukti bahwa, dalam sepak bola maupun dalam kehidupan, tak seorang pun bisa menang sendirian.
Sumber: https://znews.vn/dembele-tu-tro-cuoi-thanh-nha-vua-the-gioi-bong-da-post1587709.html






Komentar (0)