Tim penyelamat mencari korban hilang pascagempa bumi di Mandalay, Myanmar, 30 Maret 2025. (Foto: THX/TTXVN)
Pada hari ketiga sejak gempa bumi dahsyat di Myanmar, tim penyelamat dari berbagai negara di kawasan ini dan dunia berdatangan ke Mandalay untuk memperkuat pasukan dalam berpacu dengan waktu untuk mencari korban yang menunjukkan tanda-tanda bertahan hidup.
Pada 31 Maret, militer Indonesia mengerahkan sebuah kapal rumah sakit, tiga pesawat Hercules, dan empat helikopter untuk mendukung tanggap darurat di Myanmar. Pasukan tersebut terdiri dari tim SAR, tim medis , dan dukungan logistik.
Menurut seorang reporter VNA di Bangkok, pada tanggal 30 Maret, 55 tentara Thailand termasuk 18 dokter dan tim pencarian dan penyelamatan berangkat ke Myanmar dengan membawa pasokan bantuan untuk membantu korban gempa bumi.
Ini adalah kelompok pertama yang terdiri dari 1.000 pasukan yang dimobilisasi negara untuk mendukung negara tetangganya. Penerbangan selanjutnya diperkirakan akan dilakukan pada tanggal 2 dan 5 April.
Pada hari yang sama, dua kapal Angkatan Laut India dengan kemampuan Bantuan Kemanusiaan dan Penanggulangan Bencana (HADR) berangkat dari Kepulauan Andaman dan Nikobar menuju Yangon dengan membawa 52 ton pasokan bantuan, termasuk air minum, makanan dan obat-obatan, pakaian, dan barang-barang darurat lainnya. Kapal-kapal ini akan melengkapi dua kapal yang berangkat sehari sebelumnya dengan membawa 20 ton pasokan bantuan.
Sebelumnya, tentara India juga menerbangkan rumah sakit lapangan beserta ruang operasi, mesin sinar-X canggih, dan staf medis ke Mandalay, kota yang paling parah terkena dampak gempa bumi.
Sementara itu, pada pagi hari tanggal 31 Maret, gelombang pertama bantuan kemanusiaan darurat Tiongkok untuk Myanmar mulai diangkut dari Bandara Internasional Ibu Kota Beijing. Menurut Badan Kerja Sama Pembangunan Internasional Tiongkok, bantuan awal tersebut meliputi tenda, selimut, dan kotak P3K.
Di lapangan, pasukan penyelamat berpacu dengan waktu untuk mencari korban yang menunjukkan tanda-tanda bertahan hidup lebih dari 70 jam setelah gempa bumi.
Menurut Dewan Administrasi Negara Myanmar, hingga 30 Maret, 300 orang masih hilang akibat gempa bumi yang menewaskan sekitar 1.700 orang dan melukai 3.400 orang.
Pada pagi hari tanggal 31 Maret, setidaknya empat orang yang selamat diselamatkan dari reruntuhan di kota Mandalay dan Naypyidaw berkat upaya gigih semua pasukan.
Namun, pekerjaan penyelamatan juga sulit dan berbahaya karena kurangnya peralatan dan terutama dari gempa susulan serta risiko gempa bumi lain di daerah tersebut.
Menurut Departemen Meteorologi dan Hidrologi Myanmar, hingga pagi hari tanggal 31 Maret, 36 gempa susulan, dengan kekuatan berkisar antara 2,8 hingga 7,5, telah tercatat di wilayah tersebut.
Sementara itu, pada pagi hari tanggal 31 Maret, umat Islam berkumpul di dekat sebuah masjid yang hancur di kota itu untuk salat Idul Fitri, hari raya penutup bulan suci Ramadan. Pemakaman ratusan korban gempa bumi diperkirakan akan dilaksanakan pada hari yang sama.
Komentar (0)