Tahun 2025 akan menyaksikan transformasi yang kuat dalam industri pariwisata Vietnam, terutama dalam perilaku perjalanan kaum muda (Gen Z dan Milenial). Khususnya, perjalanan mandiri dan perjalanan berkelanjutan dengan dukungan kuat dari jejaring sosial sedang membentuk tren baru.
Kaum muda memprioritaskan perjalanan mandiri
Berbeda dengan generasi sebelumnya, anak muda Vietnam saat ini lebih mengutamakan perjalanan mandiri daripada paket wisata. Menurut Bapak Nguyen Huy Hoang, Direktur Utama Klook Vietnam, lebih dari 70% wisatawan muda memilih jenis wisata ini. Alasan utamanya berasal dari faktor finansial dan keinginan untuk bebas bereksplorasi dan merasakan pengalaman sesuai preferensi pribadi tanpa terikat oleh kerangka tur yang telah diatur sebelumnya.
Menurut survei Klook Travel Pulse 3.0, 91% wisatawan muda bersedia menghabiskan separuh anggaran mereka untuk pengalaman nyata, alih-alih berinvestasi dalam tiket pesawat atau akomodasi mewah. Khususnya, Gen Z di Vietnam cenderung memilih destinasi yang kurang dikenal, tur petualangan, atau liburan "detoks digital" untuk mengoptimalkan pengalaman pribadi, jauh dari hiruk pikuk kehidupan modern.
Media sosial dinilai berperan penting dalam mempromosikan tren perjalanan independen, menjadikannya alat promosi yang ampuh bagi destinasi wisata. Laporan Klook Travel Pulse 3.0 menunjukkan bahwa 79% wisatawan memilih aktivitas wisata, hotel, dan pengalaman bersantap berdasarkan rekomendasi dari media sosial. Lebih lanjut, 27% bersedia mengeluarkan biaya 20% lebih banyak hanya untuk mengunjungi tempat-tempat terkenal di Instagram atau TikTok.
Di Vietnam, lebih dari 90% wisatawan memilih destinasi berdasarkan popularitasnya di media sosial atau karena pemandangannya yang indah untuk difoto. Generasi Z sangat dipengaruhi oleh influencer perjalanan, sementara generasi Milenial sering meminta saran dari para blogger dan vlogger.
Contoh tipikal adalah lonjakan pariwisata Moc Chau setelah Tahun Baru Imlek 2025. Ketika hutan bunga plum yang indah dibagikan di TikTok, ribuan pengunjung tertarik untuk berfoto. Atau, distrik Tam Duong (Lai Chau), yang telah memanfaatkan platform media sosial untuk mempromosikan pariwisata, memperkenalkan destinasi unik dan budaya khas 12 suku. Berkat strategi ini, pariwisata Tam Duong berkembang pesat, berkontribusi pada peningkatan sosial-ekonomi lokal.
Dapat dikatakan bahwa dengan dukungan kuat dari jejaring sosial dan perubahan kebiasaan bepergian kaum muda, wisata independen akan terus berkembang pesat di Vietnam di masa mendatang. Destinasi wisata tidak hanya mengandalkan wisata tradisional, tetapi juga harus kreatif dan adaptif untuk menarik wisatawan muda. Mempromosikan pariwisata melalui jejaring sosial dan pengembangan jenis wisata seperti trekking dan wisata komunitas akan mendorong pariwisata berkelanjutan di Vietnam.
Tren pariwisata berkelanjutan
Pariwisata berkelanjutan bukan lagi tren jangka pendek, melainkan telah menjadi kebutuhan yang tak terelakkan dalam industri pariwisata global, dan Vietnam pun tak terkecuali. Menurut survei Agoda tentang pariwisata berkelanjutan pada tahun 2025, 77% wisatawan Vietnam memprioritaskan keberlanjutan dalam merencanakan perjalanan mereka, lebih tinggi daripada rata-rata di seluruh Asia (68%).
Dengan demikian, Vietnam saat ini menjadi salah satu negara dengan tingkat minat tertinggi terhadap pariwisata berkelanjutan, tepat di belakang Filipina (86%), India (82%), Taiwan (80%), dan Malaysia (80%). Bapak Vu Ngoc Lam, Direktur Agoda Vietnam, mengatakan bahwa wisatawan Vietnam semakin tertarik pada keberlanjutan dan memilih layanan serta aktivitas yang ramah lingkungan.
Tak hanya menunjukkan kesadaran, wisatawan Vietnam juga memiliki tindakan spesifik untuk melindungi lingkungan. Survei menunjukkan bahwa 27% wisatawan memprioritaskan pengalaman budaya lokal, 19% ingin berkontribusi pada ekonomi lokal, 22% memilih bepergian di musim sepi untuk mengurangi tekanan pada destinasi, dan 21% memprioritaskan akomodasi bersertifikat keberlanjutan.
Laporan Booking.com juga menemukan bahwa 96% wisatawan Vietnam mengatakan perjalanan berkelanjutan penting dalam pilihan perjalanan mereka, dan 94% ingin melakukan perjalanan yang lebih ramah lingkungan di tahun mendatang. Namun, beberapa menyatakan kelelahan setelah mendengar begitu banyak tentang perubahan iklim, dengan 40% mengatakan bahwa kerusakan lingkungan yang telah terjadi tidak dapat dipulihkan.
Secara umum, pergeseran dari wisata rekreasi murni ke wisata yang berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan merupakan tren yang tak terelakkan. Perjalanan wisata bukan lagi sekadar wisata, melainkan kesempatan bagi wisatawan untuk berpartisipasi dalam proyek konservasi, kegiatan komunitas, atau pertukaran budaya.
Menurut industri pariwisata, wisatawan kini mencari produk wisata yang berkaitan erat dengan alam, budaya, kesehatan, dan komunitas. Pilihan-pilihan ini tidak hanya membantu melestarikan nilai-nilai warisan, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat setempat.
Para ahli mengatakan bahwa Vietnam menghadapi peluang besar untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan, terutama ketika kesadaran dan tindakan wisatawan semakin selaras. Inisiatif seperti mengurangi sampah plastik, menggunakan energi terbarukan, dan mendorong pariwisata yang bertanggung jawab semakin populer. Kerja sama antara badan pengelola, pelaku usaha pariwisata, dan masyarakat lokal merupakan faktor penting untuk memastikan pembangunan berkelanjutan bagi industri pariwisata Vietnam di tahun-tahun mendatang.
Sumber
Komentar (0)