Harga logam tembaga pada 30 September kembali naik di bursa

Tembaga tiga bulan di London Metal Exchange (LME) CMCU3 naik 2,7%.

Harga tembaga tiga bulan di London Metal Exchange (LME) CMCU3 naik 2,7% menjadi $10.080,50 per ton, sementara seng naik 3,4% dan aluminium naik 2,9%. Bijih besi diperdagangkan setinggi $101,25 per ton di Singapore Exchange, tertinggi sejak 2 September.

Kontrak tembaga November yang paling banyak diperdagangkan di Bursa Berjangka Shanghai (SCFcv1) naik 1,8% menjadi 78.780 yuan ($11.234,22) per ton. Kontrak tersebut naik 3,7% dibandingkan pekan lalu.

Tembaga LME telah menembus level resistensi $10.000 karena momentum perdagangan dipicu oleh berita paket stimulus China, tetapi keberlanjutan reli bergantung pada apakah volume perdagangan tinggi dapat berlanjut mulai sekarang, kata seorang pedagang.

“Tiongkok sedang berusaha memulihkan kepercayaan terhadap perekonomiannya ,” kata Michael Cuoco, kepala divisi logam di StoneX Financial Inc. “Mereka mengirimkan pesan kepada rakyatnya bahwa mereka memahami adanya masalah dan kesulitan, dan bahwa pembatasan keuangan perlu dilonggarkan.”

Risiko di seluruh pasar keuangan semakin meningkat di sesi Amerika Utara karena data menunjukkan pemulihan ekonomi AS dari pandemi lebih kuat dari perkiraan sebelumnya. Langkah-langkah stimulus Tiongkok juga muncul ketika bank-bank sentral global, termasuk Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa, memulai siklus pelonggaran mereka dengan memangkas suku bunga.

Langkah ini menyusul serangkaian langkah stimulus yang diambil Tiongkok untuk mendorong perekonomiannya yang lesu. Beberapa pihak mempertanyakan apakah langkah tersebut akan cukup untuk meredakan tekanan deflasi atau meningkatkan konsumsi di sektor properti dan infrastruktur, yang keduanya penting bagi logam.

Langkah-langkah kebijakan ini, baik dari China maupun Federal Reserve AS, tidak mungkin menyebabkan peningkatan permintaan dalam waktu dekat, kata Bart Melek, ahli strategi komoditas di Toronto Dominion Bank.

Pada bulan Mei, harga tembaga melonjak ke rekor di atas $11.000 per ton karena spekulasi tentang kekurangan di masa depan, tetapi reli tersebut dengan cepat kehilangan momentum karena fokus beralih kembali ke permintaan yang lemah dan kondisi pasar yang lemah di Tiongkok.

Risiko kebijakan dari AS juga mengaburkan prospek logam dasar, seperti halnya waktu pemulihan pertumbuhan global, kata Citigroup dalam sebuah catatan, mengutip kekhawatiran tentang berlanjutnya pelemahan di pasar tenaga kerja AS, ketidakpastian menjelang pemilihan presiden AS, dan pelemahan di sektor manufaktur.

Sumber: https://kinhtedothi.vn/gia-kim-loai-dong-ngay-30-9-tang-tro-lai-tren-san-giao-dich.html