Harga emas dunia melampaui 2.820 USD, sementara indeks saham AS turun ketika Gedung Putih mengonfirmasi pemberlakuan tarif pada Meksiko, Kanada, dan China mulai 1 Februari.
Penutupan sesi perdagangan 31 Januari, harga emas Harga spot dunia naik hampir $1 menjadi $2.796 per ons. Selama sesi tersebut, harga mencapai rekor baru di $2.823.
Para investor berbondong-bondong membeli aset safe haven ketika Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengonfirmasi pada 31 Januari bahwa Presiden AS Donald Trump akan mengenakan tarif 25% untuk barang-barang dari Meksiko dan Kanada, serta tarif 10% untuk barang-barang dari Tiongkok, mulai 1 Februari. Alasannya, negara-negara tersebut belum mencegah penyelundupan fentanil ke AS.
Tarif dapat menambah tekanan inflasi di AS dan menghambat pertumbuhan global. "Saat ini masih banyak ketidakpastian. Kami menunggu untuk melihat dampak tarif ini," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Emas adalah instrumen populer di masa gejolak ekonomi dan politik . Bulan lalu, logam mulia mencatat kenaikan 7% - tertinggi sejak Maret 2024. Tahun lalu, logam mulia juga mencetak rekor berturut-turut.
Alasan lain kenaikan harga emas adalah sinyal suku bunga yang saling bertentangan antara Federal Reserve AS (Fed) dan Trump. "Trump ingin menurunkan suku bunga, sementara The Fed ingin mempertahankannya," kata Haberkorn. Awal pekan ini, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa ia tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga.
Pasar saham AS juga jatuh pada 31 Januari akibat berita tentang penerapan tarif impor oleh Trump. Indeks DJIA turun lebih dari 300 poin, setara dengan 0,7%. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing turun 0,5% dan 0,3%. Sebelumnya, ketiga indeks tersebut sedang menguat.
Saham perusahaan-perusahaan dengan operasi signifikan di Meksiko, Kanada, dan Tiongkok semuanya anjlok. Produsen bir Constellation Brands (yang mendistribusikan merek Corona di AS) anjlok hampir 2%. Jaringan restoran Meksiko Chipotle turun 1%.
"Ini hanyalah reaksi awal terhadap pengumuman tarif. Kami belum memiliki detail lebih lanjut tentangnya, seperti apakah tarif tersebut bersifat sementara atau permanen, atau bagaimana negara-negara akan bereaksi. Kami rasa sebaiknya menunggu hingga kebijakan tersebut benar-benar diterapkan," ujar Tom Hainlin, ahli strategi investasi di US Bank Asset Management Group.
Sumber
Komentar (0)