
Orang-orang di jalanan Seoul (Foto: AFP).
Menurut Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Korea Selatan merupakan salah satu negara dengan jam kerja terpanjang di dunia, menempati peringkat keempat setelah Meksiko, Kosta Rika, dan Chili pada tahun 2021. Pemerintah Korea Selatan berencana untuk menaikkan batas jam kerja bagi pekerja dari 52 jam/minggu menjadi 69 jam/minggu di bawah tekanan dari perusahaan-perusahaan besar yang ingin meningkatkan produktivitas.
Namun, rencana tersebut menghadapi tentangan keras dari serikat pekerja, terutama kaum muda. Pemerintah Presiden Yoon Suk Yeol mengatakan pada 15 Maret bahwa mereka akan mempertimbangkan arah baru setelah mendengarkan pendapat rakyat, seraya berjanji untuk melindungi hak dan kepentingan kaum muda.
Gagasan menambah jam kerja dianggap sebagai solusi oleh pemerintah Korea untuk mengatasi risiko kekurangan tenaga kerja akibat menurunnya angka kelahiran dan meningkatnya populasi lansia. Namun, para ahli memperingatkan bahwa solusi ini justru dapat memperburuk situasi.
Faktanya, pada tahun 2018, Korea harus mengurangi jam kerja maksimum dari 68 jam/minggu menjadi 52 jam/minggu seperti saat ini.
Menurut perkiraan OECD, warga Korea Selatan bekerja rata-rata 1.915 jam pada tahun 2021, jauh lebih tinggi daripada warga Amerika yang hanya 1.767 jam.
Jam kerja yang lebih panjang dipandang sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pasca-Perang Korea pada tahun 1950-an, yang membantu negara tersebut menjadi salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia . Namun, para kritikus mengatakan dampak negatif dari kebijakan ini adalah "kematian akibat kerja berlebihan" atau bunuh diri akibat tekanan.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)