Google baru saja resmi mengumumkan perluasan Mode AI di mesin pencarinya ke 40 wilayah baru, sekaligus menambahkan dukungan untuk 35 bahasa baru. Langkah ini terus menegaskan posisi Google sebagai pelopor dalam penerapan kecerdasan buatan (AI) pada pengalaman pencarian, yang bertujuan menghadirkan kemudahan dan kecerdasan superior bagi pengguna di seluruh dunia .
Khususnya pada pembaruan ini, pengguna di Vietnam telah resmi merasakan fitur pencarian AI dengan antarmuka khas Vietnam sepenuhnya, membantu meningkatkan pengalaman dan memenuhi kebutuhan pencarian yang semakin beragam dan mendalam.
| Google Search AI tersedia di lebih dari 200 negara dan wilayah, termasuk Vietnam. |
Mode AI Google dalam pencarian pertama kali diuji pada bulan Maret tahun ini, dengan tujuan mengumpulkan umpan balik dan menyesuaikan fitur tersebut untuk kinerja terbaik. Setelah fase pengujian, Google secara resmi meluncurkan mode AI ini di pasar AS pada bulan Mei, menandai tonggak penting dalam mengintegrasikan AI ke dalam produk-produk unggulan perusahaan.
Menyusul keberhasilannya, Google terus memperluas jangkauan dukungan bahasa, menambahkan bahasa seperti Jepang dan Korea pada bulan September, menjadikan Mode AI tersedia di lebih dari 200 negara dan wilayah, secara signifikan memperluas jangkauannya kepada pengguna di seluruh dunia.
Keunggulan Mode AI adalah penggunaan model Gemini – model AI canggih yang dirancang khusus oleh Google untuk memahami secara mendalam nuansa, konteks, dan karakteristik setiap bahasa lokal. Berkat model ini, alat ini tidak hanya memberikan jawaban yang akurat, tetapi juga menciptakan pengalaman interaktif yang jauh lebih dekat dan alami dibandingkan metode pencarian tradisional yang hanya mengandalkan tautan web sederhana.
Namun, di samping manfaat dan keuntungan yang jelas, kemunculan Mode AI juga menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan penyedia konten daring. Banyak pakar dan pembuat konten berpendapat bahwa ringkasan informasi yang dihasilkan secara otomatis oleh AI dan ditampilkan di bagian atas halaman hasil pencarian sangat memengaruhi lalu lintas ke situs web asli.
Kekhawatiran ini semakin diperkuat oleh studi terbaru dari Pew Research Center, yang melaporkan bahwa pengguna kini cenderung tidak mengeklik tautan tradisional dan sering kali mengakhiri penelusuran mereka lebih awal setelah menerima jawaban dari AI.
Pergeseran ini tidak hanya mencerminkan tren baru dalam perilaku pencarian, tetapi juga menimbulkan tantangan besar bagi penerbit dan pembuat konten dalam mempertahankan pembaca dan menjaga lalu lintas di platform digital.
Dalam konteks tersebut, para pakar industri menyerukan keseimbangan antara pengembangan dan penerapan kecerdasan buatan dengan perlindungan hak-hak kreator konten daring. Hal ini dianggap sebagai masalah yang sulit, membutuhkan kerja sama yang erat antar pemangku kepentingan untuk bersama-sama menciptakan lingkungan digital yang berkelanjutan, baik dengan memanfaatkan kekuatan AI maupun memastikan keragaman dan kualitas konten di internet.
Sumber: https://baoquocte.vn/google-search-ai-chinh-thuc-duoc-ho-tro-tieng-viet-330903.html






Komentar (0)