Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Độc lập - Tự do - Hạnh phúc

Wajah Puisi: Tran Chan Uy | Surat Kabar Elektronik Gia Lai

Báo Gia LaiBáo Gia Lai29/07/2023

[iklan_1]
(GLO)- Penyair Tran Chan Uy saat ini tinggal di Nha Trang. Ia adalah mantan guru sastra di Sekolah Tinggi Pedagogis, kemudian pindah kerja di Stasiun Radio dan Televisi Khanh Hoa . Namun di atas segalanya, ia adalah seorang penyair, seorang penyair yang bergairah tentang puisi, menganggap puisi sebagai napas, sebagai sumber kehidupan.
Wajah Puitis: Tran Chan Uy foto 1

Facebook-nya penuh puisi, setiap puisi disertai foto penulisnya. Foto-fotonya rapi, elegan, dan penuh nalar, tetapi puisi-puisinya liris, penuh nostalgia dari tanah air, ibu kepada gadis-gadis yang ditemuinya. Inilah tanah air: "Musim jambu biji telah tiba, bunga xuyen chi berwarna putih bersih/Rumputnya liar, dinding batanya tertutup lumut hijau/Aroma jambu biji menguar harum murni/Aku sendirian, kebun ibuku dingin oleh embun sore". Dan inilah ibuku: "Ibuku adalah awan putih di ujung langit/Tanah airku berkabut dan jauh". Dan kamu: "Di era digital, terlalu banyak virus aneh/Komputer telah menghapus berkas kenangan dan cinta/Aku kembali mencari di hatiku masa-masa penuh kesalahan/Kulihat bayanganmu masih berlabuh di hatiku".

Dia adalah Ketua Asosiasi Penulis Vietnam di provinsi Khanh Hoa.

Penyair Van Cong Hung dipilih dan diperkenalkan.

TERATAI

Wajah Puitis: Tran Chan Uy foto 2

Ilustrasi: TN


Api teratai awal musim panas

Kuncup mawar bersinar

Bunga-bunga akhir musim panas telah layu

Bau harum samar tercium.


Aku merindukanmu sejak akhir musim panas

Aku kembali dengan musim gugur

Kemeja Perawan Emas dengan Mata Daun

Apa lagi yang kau berikan padaku?



Dengarkan Ayam Siang, Aku Kangen Ibu

Wajah Puitis: Tran Chan Uy foto 3

Ilustrasi: Huyen Trang

Lama mendengar suara ayam di siang hari

Terkejut, saya pikir saya tidak jauh dari rumah.

Kupikir aku masih di kampung halaman ayahku

Tidur siang yang damai, rumah jerami.


Ibu saya menyalakan api untuk memasak nasi.

Angin menggoyangkan tepian bambu, asap tercium dari ladang.

Burung bangau membawa hawa dingin melintasi sungai

Ibu menyalakan kompor dan duduk menungguku pulang.


Tidur siang dengan jiwa pedesaan

Ibu saya berdiri tegak di tanggul di ujung desa.

Tidur siang yang mengejutkan

Terkejut, saya pikir feri itu akan menuju dermaga sore.


Ibu kembali dari kesepian

Angin menggoyangkan ladang, matahari terbenam tampak suram.

Kami jauh dari pantai dan gundukan pasir

Setengah kehidupan yang penuh suka duka, bodoh dan bijaksana di negeri asing.


Ibuku adalah awan putih di ujung langit

Tanah air yang berkabut itu jauh di sana.



MALAM DI DESA

Wajah Puitis: Tran Chan Uy foto 4

Ilustrasi: HT

Langkah hari ini baru saja menyentuh pantai

Tangan malam telah menutup pelukan

Tidur belum datang

Di luar jendela, bintang malam berkelap-kelip.


Burung bangau berjinjit di embun dingin di malam hari

Ikan itu memakan bulan muda dan jatuh dari kolam duckweed.

Burung pemalu itu tiba-tiba mengepakkan sayapnya di malam hari

Burung bangau itu tiba-tiba terkejut dan menoleh.


Jauh dari sawah, padi masih penuh susu.

Janji sawah keemasan

Pantai yang sepi, kunang-kunang baru saja menyalakan api

Kepiting itu melepas biang keringatnya dan menggoda bulan.


Ombak bernafas, sungai mengalir, perahu tidur

Angin bertiup kencang, gong berbunyi untuk berjaga-jaga

Siapa yang membawa nostalgia ke lingkungan lama?

Aroma bunga jeruk bali yang mekar di malam hari.


[iklan_2]
Tautan sumber

Komentar (0)

No data
No data

Dalam topik yang sama

Dalam kategori yang sama

21 putaran tembakan meriam, membuka parade Hari Nasional pada tanggal 2 September
10 helikopter mengibarkan bendera Partai dan bendera nasional di atas Lapangan Ba ​​Dinh.
Kapal selam dan fregat rudal yang megah memamerkan kekuatan mereka dalam parade di laut
Lapangan Ba ​​Dinh menyala sebelum dimulainya acara A80

Dari penulis yang sama

Warisan

Angka

Bisnis

No videos available

Berita

Sistem Politik

Lokal

Produk