Menyempurnakan Hukum Kekayaan Intelektual untuk Mendorong Komersialisasi Hasil Penelitian

Kementerian Sains dan Teknologi terus melakukan amandemen dan penambahan Undang-Undang tentang Kekayaan Intelektual untuk menyempurnakan kerangka hukum bagi kegiatan perlindungan kekayaan intelektual, mendorong inovasi, penerapan dan komersialisasi hasil penelitian, sejalan dengan kebutuhan pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan di masa transformasi digital.

Meskipun Undang-Undang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) 2025 yang telah direvisi telah berlaku efektif sejak 1 Oktober 2025, pada sidang ini, Majelis Nasional terus mempertimbangkan untuk mengubah dan melengkapi sejumlah pasal guna menyempurnakan mekanisme perlindungan inovasi, memperluas hak penulis bersama, dan sekaligus mengarahkan pengembangan kerangka hukum untuk mengatur aset digital dan kecerdasan buatan (AI). Hal ini dianggap sebagai langkah persiapan penting bagi Vietnam untuk beradaptasi dengan gelombang inovasi global dan transformasi digital.

Setelah hampir dua dekade implementasi, Undang-Undang Kekayaan Intelektual tahun 2005 telah diamandemen berkali-kali (2009, 2019, 2022). Namun, konteks pembangunan yang baru, terutama tuntutan transfer teknologi, perusahaan rintisan inovatif, dan munculnya model AI generatif, mengharuskan undang-undang ini terus disempurnakan agar sesuai dengan praktik.

Berdasarkan Undang-Undang Ilmu Pengetahuan , Teknologi, dan Inovasi 2025 (UU No. 93/2025/QH15), banyak ketentuan dalam Undang-Undang Kekayaan Intelektual diubah dan ditambah untuk memfasilitasi penelitian, pendaftaran, dan pemanfaatan hak kekayaan intelektual. Khususnya:

Pasal 86 dan 164 diubah untuk memperjelas hak pendaftaran invensi, desain industri, desain tata letak, dan varietas tanaman dalam hal kepenulisan bersama. Penetapan tanggung jawab dan hak antar-penulis bersama membantu menjamin keadilan, transparansi, dan mendorong semangat kerja sama dalam penelitian ilmiah. Organisasi dan individu yang menginvestasikan dana, peralatan, dan sumber daya manusia untuk kegiatan kreatif memiliki dasar hukum yang jelas untuk menegosiasikan remunerasi dan membagi keuntungan, sehingga menghindari sengketa yang berkepanjangan.

Bersamaan dengan itu, beberapa peraturan duplikat dan tidak sesuai mengenai prosedur pendaftaran telah dihapuskan untuk merampingkan sistem hukum dan mengurangi beban administratif.

Menurut para ahli, penyesuaian ini membantu memperluas ruang komersialisasi produk penelitian dan pengembangan (litbang), membawa hasil-hasil inovatif dari laboratorium ke pasar. Undang-undang ini juga mensyaratkan peningkatan transparansi dalam pengalihan, penggunaan, dan pemanfaatan hak kekayaan intelektual, sehingga menciptakan pasar kekayaan intelektual yang adil dan dinamis, sebuah faktor penting bagi perkembangan ekonomi pengetahuan.

Poin baru yang perlu diperhatikan adalah orientasi untuk memperluas cakupan perlindungan produk intelektual di lingkungan digital, suatu area yang masih terbuka dalam undang-undang saat ini. Kementerian Sains dan Teknologi sedang menyelesaikan rancangan amandemen Undang-Undang Kekayaan Intelektual berikutnya, dengan fokus pada penyempurnaan mekanisme untuk mendorong inovasi, mengembangkan pasar kekayaan intelektual, memperkuat perlindungan aset digital, memastikan transparansi dalam transaksi hak, dan meningkatkan kapasitas penegakan hukum.

Dalam konteks AI generatif yang semakin populer, masalah penentuan pencipta produk intelektual yang dihasilkan AI menimbulkan tantangan besar bagi sistem hukum global. Vietnam pun tak terkecuali. Penetapan prinsip-prinsip untuk menentukan hak cipta dalam produk yang menggabungkan manusia dan mesin dianggap sebagai persyaratan mendesak, guna memastikan keadilan dalam perlindungan dan mendorong kreativitas.

Selain AI, aset digital seperti NFT, big data, perangkat lunak sumber terbuka, dan model penemuan tak berwujud juga semakin bernilai secara komersial. Mengamandemen undang-undang secara terbuka membantu lembaga manajemen memiliki perangkat hukum yang tepat untuk menangani sengketa, menetapkan kepemilikan, dan menilai jenis aset baru.

Disamping pembenahan kelembagaan, para ahli juga menyampaikan perlunya peningkatan kapasitas penegakan hukum, antara lain dengan memberikan pelatihan kepada penilai, memperkuat pengawasan dan pemeriksaan, serta menggalakkan kerja sama internasional dalam menangani pelanggaran hak kekayaan intelektual.

Arah penting lainnya adalah digitalisasi seluruh proses pendaftaran dan pengelolaan hak kekayaan intelektual, yang menciptakan kondisi yang kondusif bagi bisnis dan individu untuk mencari, mendaftarkan, dan memanfaatkan data daring. Ketika sistem data terbuka terhubung antara Kementerian Sains dan Teknologi, Kementerian Hukum, dan Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata, kapasitas untuk memantau dan mengevaluasi kekayaan intelektual akan meningkat secara signifikan.

Pada tahun 2030, Vietnam menargetkan setidaknya 70% produk penelitian terapan telah dikomersialkan dan pasar perdagangan kekayaan intelektual profesional telah terbentuk. Undang-Undang Kekayaan Intelektual 2025 yang telah direvisi merupakan langkah penting dalam serangkaian kebijakan untuk mendukung inovasi, yang berkontribusi pada peningkatan daya saing nasional di era digital.

Dengan penyesuaian yang tepat waktu, Undang-Undang Kekayaan Intelektual yang direvisi menunjukkan tekad Vietnam untuk membangun landasan hukum yang modern dan fleksibel yang sejalan dengan tren teknologi global. Ketika hak-hak kreatif dilindungi dan didorong dengan baik, inovasi akan menjadi kekuatan pendorong pembangunan berkelanjutan, menjadikan kekayaan intelektual sebagai sumber daya penting dalam ekonomi pengetahuan.

Pusat Komunikasi Sains dan Teknologi

Sumber: https://mst.gov.vn/hoan-thien-luat-so-huu-tri-tue-de-thuc-day-thuong-mai-hoa-ket-qua-nghien-cuu-197251026131851899.htm