Ketika hujan turun pelan di luar, hawa dingin awal musim dingin mulai terasa, ibu saya mengeluarkan nampan penuh daun sirih dan daging cincang.
Setiap lembar lolot dipilih dengan cermat oleh ibu saya, tebal, lembut, dan pinggirannya dijaga tetap utuh agar dapat membungkus daging cincang di dalamnya. Ibu saya sering memilih daging babi tanpa lemak dan lemak agar daging tidak kering saat digulung. Ibu saya sering mencampur daging cincang dengan bawang merah, serai, lada, jamur kuping cincang, kecap ikan, gula, dan MSG untuk menciptakan campuran yang menarik.
Ibu duduk di dekat api unggun, tangannya dengan cekatan menggulung setiap patty. Daun sirih segar yang lembut membungkus daging cincang yang dibumbui rempah-rempah yang kaya. Setiap patty kecil ditata rapi di atas tusuk sate dan dipanggang.
Suara mendesis daging cincang panggang di atas tungku arang terdengar seperti lagu sederhana, tetapi memiliki daya tarik yang aneh. Ibu bilang, saat memanggang, daging cincang harus terus dibalik agar matang merata, tidak gosong, dan isiannya tetap lembap dan lembut, tetapi tidak kering.
Daging cincangnya baru saja dipanggang, dan aromanya tercium ke seluruh dapur, memenuhi udara. Ibu sering berkata bahwa kelezatan suatu hidangan bukan hanya terletak pada rasanya, tetapi juga pada ketelitian dalam membuatnya.
Saya masih ingat perasaan ketika mencium aroma itu. Aroma hangat, menyebar ke seluruh ruangan, menarik kami kembali ke santapan kami. Mengambil sepotong ham, rasa dagingnya yang kaya meresap ke dalam mulut saya dan meleleh. Rasanya kaya dan lezat. Setiap gulungan ham terasa seperti undangan sederhana, pengingat sore-sore yang hujan, api merah hangat di mana selalu ada seseorang yang akan menyuapi saya.
Lolot babi panggang Ibu memang bukan hidangan mewah, tapi ini hidangan terbaik untukku. Sekarang, sebagai orang dewasa, setiap kali aku membuat lolot babi panggang, aku selalu teringat masa-masa musim dingin yang hujan itu, duduk di meja makan, menantikan hidangan buatan Ibu dengan penuh semangat.
[iklan_2]
Sumber: https://baoquangnam.vn/huong-vi-tu-ban-tay-me-3144750.html
Komentar (0)