Foto ilustrasi: Reuters.
Saksi mata mengatakan bahwa sekitar pukul 4:40 sore tanggal 30 Januari (waktu setempat), mereka mendengar ledakan keras dan melihat asap hitam mengepul dari pinggiran selatan Beirut, yang dianggap sebagai ibu kota Hizbullah.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan serangan udara tersebut menewaskan Fuad Shukr, yang ia tuduh "terlibat dalam sejumlah serangan yang memengaruhi warga Israel."
"Malam ini, kami telah mengirimkan pesan yang jelas bahwa nyawa rakyat kami berharga, dan tidak ada tempat di dunia ini yang berada di luar kemampuan pasukan Israel untuk memastikan bahwa seorang penyerang membayar harganya," tegas Bapak Gallant.
Hizbullah belum memberikan tanggapan resmi. Kelompok tersebut sebelumnya membantah terlibat dalam serangan roket hari Sabtu di Golan yang menewaskan 12 remaja di lapangan sepak bola di desa Druze, Majdal Shams.
Seorang sumber keamanan senior dari daerah lain mengonfirmasi bahwa Shukr, komandan militer paling senior Hizbullah, tewas dalam serangan udara tersebut. Militer Israel mengatakan Shukr adalah penasihat paling senior Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah dan berada di balik serangan 27 Juli tersebut.
Sumber keamanan dan medis mengatakan serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut juga menewaskan tiga warga sipil, termasuk dua anak-anak.
TV Al Manar Lebanon, mengutip informasi dari kementerian kesehatan nasional, mengatakan 74 orang terluka dan tiga orang tewas dalam serangan terhadap Dewan Syura Hizbullah, badan penguasa Hizbullah, di daerah Haret Hreik.
Rekaman Reuters menunjukkan sebuah gedung tinggi di pinggiran kota rusak parah, dengan puing-puing hangus berserakan di jalan. Kerumunan orang berkumpul untuk meneriakkan dukungan bagi para pemimpin Hizbullah.
Hizbullah membantah terlibat dalam serangan di Dataran Tinggi Golan, tetapi telah menembakkan rudal ke beberapa sasaran militer di sana. Pembunuhan para remaja pada 27 Juli telah memicu serangkaian upaya diplomatik dari negara-negara Barat untuk menghindari eskalasi konflik di Timur Tengah.
Koordinator Khusus PBB Jeanine Hennis-Plasschaert meminta semua pihak untuk tetap tenang dan mencari solusi diplomatik untuk mengakhiri permusuhan.
Serangan udara 30 Juli itu menuai kecaman luas dari pejabat Lebanon dan sekutu regional Hizbullah seperti Hamas di Gaza, Houthi di Yaman, Suriah, dan Iran.
Gedung Putih kembali menegaskan komitmennya untuk melindungi keamanan Israel dari "semua ancaman yang didukung Iran, termasuk Hizbullah" dan mengatakan pihaknya sedang mencari solusi diplomatik.
Militer Israel menyatakan belum mengeluarkan arahan pertahanan sipil baru, sebuah tanda bahwa Israel tidak berencana melakukan serangan lebih lanjut. Media Israel mengutip seorang pejabat yang mengatakan Israel tidak menginginkan perang skala besar.
Media Israel telah melaporkan bahwa tergantung pada bagaimana Hizbullah bereaksi, militer Israel dapat mempertimbangkan serangan udara Beirut sebagai perkembangan terakhir dalam tanggapannya terhadap serangan di Golan.
Kekhawatiran tentang eskalasi
Menteri Luar Negeri Lebanon, Abdallah Bou Habib, mengatakan pemerintah mengutuk serangan udara Israel dan akan mengajukan pengaduan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia berharap respons Hizbullah tidak meningkat.
"Semoga saja responsnya proporsional dan tidak meluas, sehingga rangkaian serangan udara, penembakan, dan pembunuhan ini bisa berakhir," ujar Menlu Lebanon.
Beberapa jam sebelum serangan udara, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan dia khawatir tentang risiko eskalasi tetapi yakin konflik antara Israel dan Hizbullah dapat dihindari.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam serangkaian pertempuran lintas perbatasan sejak pecahnya perang Gaza pada Oktober 2023. Kedua belah pihak berusaha menghindari eskalasi konflik, meskipun ada kekhawatiran tentang risiko perang.
Nguyen Quang Minh (menurut Reuters)
[iklan_2]
Sumber: https://www.nguoiduatin.vn/israel-khong-kich-beirut-tieu-diet-chi-huy-cap-cao-hezbollah-204240731095037671.htm
Komentar (0)