Bank Sentral AS (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan dalam pertemuan dua hari pada 28-29 Januari (berakhir dini hari pada 30 Januari, waktu Vietnam) di kisaran 4,25% hingga 4,5% per tahun setelah tiga kali pemangkasan berturut-turut dengan total penurunan sebesar 1%. The Fed khawatir inflasi akan kembali naik.

Keputusan Fed muncul pada pertemuan kebijakan pertama bank sentral setelah Presiden AS Donald Trump menjabat minggu lalu, pada tanggal 20 Januari.

Hal ini dipandang sebagai pembalikan dari pelonggaran agresif The Fed sebelumnya. Para pejabat The Fed perlu mempertimbangkan isu-isu politik dan ekonomi.

Menanggapi pernyataan presiden yang menyatakan akan meminta penurunan suku bunga segera dalam konferensi pers setelah pertemuan kebijakan, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan ia tidak akan menanggapi atau berkomentar "atas apa yang dikatakan presiden".

Bapak Powell juga mengatakan bahwa beliau tidak melakukan kontak langsung dengan Presiden Trump, tetapi mengatakan bahwa Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) “berada dalam mode menunggu dan melihat untuk melihat kebijakan apa yang akan diberlakukan.”

"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan tarif, imigrasi, kebijakan fiskal, dan kebijakan regulasi. Saya pikir kita perlu membiarkan kebijakan-kebijakan tersebut berjalan sebelum kita dapat mulai membuat penilaian yang wajar tentang dampaknya terhadap perekonomian ," kata Bapak Powell.

TrumpFed 1.jpg
Hubungan antara Tuan Trump dan Ketua The Fed telah tegang sejak periode sebelumnya. Foto: CNBC

Pernyataan pasca-pertemuan menunjukkan bahwa Fed memiliki pandangan yang sedikit lebih optimis terhadap pasar tenaga kerja AS, sekaligus menghapus detail dari bulan Desember yang menyebutkan bahwa inflasi "telah mengalami kemajuan" menuju target 2%.

Terlihat bahwa pasar tenaga kerja yang baik dan inflasi yang terus tinggi merupakan faktor-faktor yang membuat The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga. Perekonomian AS "masih tumbuh dengan kecepatan yang solid".

Keputusan Fed untuk tidak mengubah suku bunga untuk ditinjau muncul setelah Tn. Trump menandatangani ratusan perintah eksekutif hanya dalam waktu seminggu sejak menjabat.

Gubernur Fed mengatakan arah penurunan suku bunga masih bergantung pada perkembangan inflasi dan tidak menutup kemungkinan penurunan suku bunga pada pertemuan bulan Maret.

Anggota dewan Fed Christopher Waller mengatakan inflasi kemungkinan akan terus turun, mendekati target 2% dan memungkinkan bank sentral untuk memangkas suku bunga lebih cepat dan lebih cepat dari yang diharapkan.

Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti (PCE), yang tidak termasuk biaya pangan dan energi, telah mendekati target The Fed selama delapan bulan terakhir, ujar Bapak Waller. PCE inti merupakan ukuran inflasi yang disukai The Fed.

Tn. Waller memperkirakan tiga atau empat pemotongan suku bunga masing-masing sebesar 0,25 poin persentase tahun ini.

Pasar keuangan AS dan dunia tidak banyak berfluktuasi setelah keputusan Fed untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah seperti yang diprediksi.

Indeks DXY—yang mengukur volatilitas dolar AS terhadap sekeranjang enam mata uang utama—bertahan di kisaran 108 poin. Harga emas tetap stabil di angka $2.760/ons. Sementara itu, pasar mata uang kripto juga tidak mengalami banyak volatilitas. Bitcoin tetap berada di kisaran $103.000-104.000/BTC.

Sebelumnya, tren emas cukup jelas untuk terus meningkat pada tahun 2025 ketika USD sedang dalam tren turun. Namun, prospek harga komoditas ini dinilai dapat berubah setelah kemunculan startup kecerdasan buatan (AI) Tiongkok, DeepSeek, yang menggemparkan pasar teknologi dunia dengan kemampuan yang setara dengan ChatGPT, tetapi biaya investasinya hanya sebagian kecil.

Saham AS melemah setelah Fed mempertahankan suku bunga tidak berubah dalam keputusan kebijakan pertamanya di tahun 2025.

Saham Nvidia turun 4% setelah Bloomberg News melaporkan bahwa pejabat pemerintahan Trump membahas pembatasan penjualan chip Nvidia ke China setelah model AI DeepSeek muncul.

Donald Trump 'Make America Great Again': Bagaimana masa depan ekonomi dunia? Ekonomi dunia menunjukkan tanda-tanda yang tak terduga di awal tahun baru setelah Donald Trump menjabat sebagai presiden AS dan mulai meluncurkan serangkaian kebijakan untuk "membuat Amerika hebat kembali". Dolar AS anjlok, saham mencapai rekor, sementara emas melonjak.