Pada pagi hari tanggal 12 Desember, sebuah lokakarya bert名为 "Menghubungkan Jaringan Startup dan Mendukung Promosi Aktivitas Startup Inovatif di Wilayah Tengah" diadakan di Universitas Nha Trang (provinsi Khanh Hoa). Acara ini diselenggarakan oleh Universitas Nha Trang dan Pusat Inkubasi Bisnis Pertanian Teknologi Tinggi Kota Ho Chi Minh.

Prof. Dr. Pham Quoc Hung, Wakil Rektor Universitas Nha Trang. Foto: A. Hoa.
Dalam lokakarya tersebut, Profesor Pham Quoc Hung, Wakil Rektor Universitas Nha Trang, menekankan peran penting inovasi dalam pengembangan pertanian berteknologi tinggi, terutama dalam konteks sosial -ekonomi saat ini.
“Vietnam bagian tengah memiliki potensi dalam hal sumber daya, iklim, dan sumber daya manusia. Namun, agar potensi tersebut dapat diubah menjadi nilai praktis, kita membutuhkan ekosistem startup yang kuat di mana ide-ide dipupuk, model-model diuji, dan bisnis-bisnis muda didukung dari tahap pembentukan hingga komersialisasi,” ujar Profesor Pham Quoc Hung.
Wilayah tengah menghadapi tantangan dari perubahan iklim dan perubahan iklim, yang membutuhkan solusi inovatif di bidang pertanian dan ekonomi kelautan untuk diprioritaskan.
Universitas Nha Trang menegaskan komitmennya untuk bekerja sama dengan komunitas startup, khususnya dalam inovasi di bidang pertanian dan ekonomi kelautan.
Universitas tersebut terus memperluas kerja samanya, mendukung inkubasi dan jaringan bisnis, sekaligus menerapkan program pelatihan untuk menginspirasi kewirausahaan di kalangan mahasiswa dan dosen.
"Kami berharap setiap delegasi yang hadir hari ini akan menemukan ide baru, mitra baru, atau peluang untuk memulai perjalanan kreatif mereka sendiri, sehingga bersama-sama membangun masa depan pertanian hijau untuk Vietnam Tengah," ungkap Profesor Pham Quoc Hung.
Lokakarya ini merupakan kesempatan penting bagi para ilmuwan , pakar, pelaku bisnis, dan mahasiswa untuk bertemu, berbagi, dan bersama-sama merancang jalur baru bagi ekosistem startup pertanian di wilayah ini.
Berbagi wawasan tentang tren dan prospek startup pertanian berteknologi tinggi di Vietnam (2025-2030), para ahli percaya bahwa sektor pertanian berteknologi tinggi (AgTech) Vietnam sedang mengalami transformasi signifikan, beralih dari solusi yang terfragmentasi menuju pembangunan ekosistem komprehensif yang mengintegrasikan teknologi, keuangan, dan pasar. Pergeseran ini didorong oleh tantangan makroekonomi.
Secara global, pasar AI di bidang pertanian, dengan teknologi inti berupa pembelajaran mesin, visi komputer, dan robotika, diproyeksikan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 23,1%, dari $1,7 miliar pada tahun 2023 menjadi $4,7 miliar pada tahun 2028.

Para ahli berbagi wawasan tentang tren dan prospek startup di bidang pertanian berteknologi tinggi. Foto: KS.
Di Vietnam, tekanan untuk transformasi muncul dari perubahan iklim yang merusak lumbung padi Delta Mekong, ditambah dengan kekurangan tenaga kerja akibat urbanisasi yang cepat, sehingga mendorong kebutuhan akan otomatisasi. Selain itu, sektor pertanian masih mengekspor volume daripada nilai, sehingga membutuhkan teknologi untuk ketelusuran dan jaminan kualitas.
Inovasi difokuskan pada pilar teknologi seperti drone dan robotika, yang dicontohkan oleh model "Penyemprotan sebagai Layanan" yang diterapkan pada sekitar 1,5 juta hektar di Delta Mekong, membantu mengurangi penggunaan pestisida hingga 30%.
IoT dan pertanian presisi sangat penting untuk tanaman bernilai tinggi dan daerah yang kekurangan air, dengan contoh seperti Nextfarm dan MimosaTEK. Sementara itu, blockchain dan ketertelusuran membantu meningkatkan kepercayaan terhadap keamanan pangan dan membuka pasar kelas atas.
Pemerintah menciptakan lingkungan yang menguntungkan melalui kebijakan-kebijakan seperti insentif pajak penghasilan perusahaan sebesar 10% selama 15 tahun dan digitalisasi kode area tanam oleh Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup, menciptakan landasan wajib dan membuka peluang besar bagi perusahaan teknologi untuk menyediakan solusi manajemen pertanian cerdas. Hal ini membantu petani, koperasi, dan bisnis untuk dengan mudah memantau dan mengelola proses budidaya, mengakses informasi, dan memenuhi persyaratan pasar internasional, sehingga mendorong transformasi digital yang komprehensif di sektor pertanian.
Salah satu poin penting adalah pergeseran model bisnis. Perusahaan rintisan (bisnis baru) tidak hanya menjual alat, tetapi juga membangun ekosistem tertutup. Model Koina adalah contoh utamanya, yang mengintegrasikan pasokan material, konsultasi teknis, pembiayaan terintegrasi, dan jaminan hasil/logistik. Demikian pula, model keterkaitan input-output membantu menyinkronkan manfaat antara petani, bisnis, dan pembeli. Aliran modal investasi juga menegaskan kematangan ekosistem, terutama di sektor Teknologi Iklim.
Pada tahun 2030, industri AgTech Vietnam akan dibentuk oleh empat tren utama: pertanian cerdas iklim, pertanian berbasis AI, ekspansi regional, dan konvergensi FinTech dan AgTech. Para pelopor saat ini memposisikan diri sebagai fasilitator rantai nilai pertanian menggunakan teknologi. Namun, hambatan struktural seperti kepemilikan lahan yang terfragmentasi, kurangnya kapasitas digital, dan infrastruktur logistik yang buruk tetap menjadi tantangan, tetapi juga peluang bagi gelombang inovasi berikutnya, yang berfokus pada model 'sangat interaktif' dan platform terintegrasi yang komprehensif.
Sumber: https://nongnghiepmoitruong.vn/ket-noi-khoi-nghiep-nong-nghiep-va-kinh-te-xanh-khu-vuc-mien-trung-d788983.html






Komentar (0)