Dua sisi mata uang
Saat ini, hanya dengan ponsel atau komputer yang terhubung ke internet, orang-orang memiliki akses tak terbatas ke berbagai sumber daya, mulai dari pengetahuan hingga hiburan. Namun, kemudahan koneksi internet berpotensi membahayakan pengguna, terutama remaja.
Memiliki perangkat akses internet sendiri sudah bukan hal yang aneh lagi bagi pelajar di kota-kota besar. Menurut survei UNICEF, 87% anak usia 12-17 tahun akan menggunakan internet setidaknya sekali sehari pada tahun 2022, dengan rata-rata 5-7 jam sehari. Salah satu konsekuensinya adalah mereka tidak memiliki kemampuan untuk mencegah, menanggulangi, dan melindungi diri dari potensi risiko daring.
Membahas isu ini, Ibu Nguyen Phuong Linh, Direktur Institut Manajemen Pembangunan Berkelanjutan (MSD), berkomentar: “Pengaruh internet bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi, remaja diberdayakan untuk bereksplorasi dan belajar secara proaktif di era 4.0 dengan perangkat yang tak terbatas. Di sisi lain, internet memiliki area gelap yang memudahkan anak-anak mengakses berita palsu dan konten berbahaya; privasi dan keamanan mereka dilanggar; informasi mereka dicuri, dicemarkan nama baiknya, dan ditipu secara daring, dll.”
Sementara itu, Laporan Suara Anak-Anak Vietnam menyatakan bahwa lebih dari 30% anak yang disurvei merasa tidak nyaman ketika orang dewasa di keluarga mereka mengetahui mereka menggunakan internet. Ketika menghadapi masalah daring, banyak anak memilih untuk menyelesaikannya sendiri.
Menurut Ibu Nguyen Phuong Linh, situasi ini memperlebar jurang antara orang tua dan anak: "Orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun terkadang, tindakan ekstrem seperti pelarangan dan pembatasan privasi... justru membuat anak-anak merasa terkekang, cenderung berhenti berbagi, dan menghindar."
Bergabunglah dengan anak-anak
Remaja seringkali memiliki mentalitas yang rentan, sehingga berkomunikasi dan mendidik anak selalu menjadi masalah yang sulit bagi masyarakat. "Di saat seperti ini, orang tua seharusnya tidak melarang, tetapi mendampingi. Keterbukaan namun tetap serius dari orang tua akan menjadi sikap terbaik untuk menjadi pendamping anak."
Pendampingan menuntut orang tua untuk mendengarkan, bersedia berbagi masalah dengan anak-anak mereka, bersedia belajar dari mereka, dan mendiskusikan solusi dengan mereka. Dari perspektif keterbukaan dan pendampingan layaknya seorang teman, anak-anak akan lebih cenderung terbuka dan mendengarkan, saling berbagi cerita daripada harus menerima tuntutan yang keras atau dipaksakan…”, ujar Ibu Phuong Linh.
Menurut Ibu Phuong Linh, selain berbagi pengetahuan atau mendukung anak-anak dengan fitur-fitur keamanan, orang tua akan semakin memperpendek jarak ketika mereka memahami preferensi anak-anak mereka saat menggunakan internet serta platform favorit mereka. "Lebih ideal jika orang tua berpartisipasi langsung dalam tren-tren menarik dan mencoba platform-platform tersebut bersama anak-anak mereka," ujar Ibu Phuong Linh.
Bapak Minh Hai (HCMC) menyadari ketertarikan putrinya dalam lip-sync sejak putrinya masih kecil, dan bersama-sama mereka merekam video lucu dan mengunggahnya di Internet sejak tahun 2017. Ini juga menjadi kesempatan bagi Bapak Minh Hai dan putrinya untuk menerima kasih sayang yang luas.
Menurutnya, merekam video lucu bersama anak-anaknya di TikTok merupakan salah satu cara baginya untuk memahami dan mendampingi anak-anaknya di dunia digital.
"Hanya dengan mencobanya, saya tahu bahwa selalu ada konten menarik dan bermanfaat di internet untuk putri saya dan saya sendiri. Namun, dulu saya takut dan membatasi penggunaan internet anak saya. Orang tua sebaiknya mulai menggunakan platform anak-anak mereka, mendengarkan dan berbicara dengan mereka; mulai berpartisipasi dalam tren yang bermanfaat ketika mereka punya waktu... Secara bertahap, orang tua dapat mendukung anak-anak mereka untuk hidup aman dan memperkuat ikatan keluarga," ungkap Bapak Minh Hai.
Selain menjadi pendamping, orang tua harus terlebih dahulu mendidik diri sendiri untuk menjadi "sumber informasi" yang andal ketika anak-anak mereka membutuhkan bantuan. Memahami penggunaan dan pengaturan platform yang aman akan mendukung proses pendampingan orang tua terhadap anak-anak mereka.
Beberapa platform memiliki fitur khusus seperti TikTok dengan Smart Family. Setelah diaktifkan, orang tua dapat membantu anak-anak mereka mengatur waktu, menyaring kata kunci, membatasi konten yang tidak pantas... bahkan saat mereka tidak hadir secara fisik.
Selain itu, menurut Ibu Phuong Linh, di internet selalu ada laman informasi resmi bagi para orang tua untuk membekali diri dengan pengetahuan: “Platform media sosial juga memiliki kampanye propaganda bagi para orang tua untuk berdiskusi atau berpartisipasi dengan anak-anak mereka seperti: #TryItWithTikTok, #LearnOnTikTok - dua kampanye yang menyebarkan informasi dan kiat bermanfaat yang telah ditonton miliaran kali di TikTok; #VaccineSo, #CreateKindness - tempat para orang tua dan anak-anak meningkatkan kesadaran akan keselamatan saat menggunakan internet...”.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)