Namun, banyak orang kesulitan bernapas saat berlari, terutama pemula. Sesak napas, nyeri dada, atau kelelahan dini sering kali disebabkan oleh teknik pernapasan yang salah, menurut situs kesehatan Verywell Health .
Menurut Aubrey Bailey, seorang terapis fisik di AS, menguasai dan mempraktikkan teknik pernapasan yang tepat tidak hanya meningkatkan performa lari tetapi juga membantu pelari berlari lebih jauh, lebih lama, dan lebih aman.

Banyak orang mengalami kesulitan bernapas saat berlari, terutama pemula.
Foto: AI
Pernapasan diafragma (bernapas menggunakan perut)
Salah satu teknik dasar yang perlu dipraktikkan adalah pernapasan perut, yang juga dikenal sebagai pernapasan diafragma.
Banyak orang memiliki kebiasaan bernapas dangkal dan cepat saat berlari, yang menyebabkan udara hanya masuk ke bagian atas paru-paru, sehingga mencegah paru-paru berfungsi secara maksimal.
Sementara itu, pernapasan diafragma menarik udara dari bawah ke atas, menggunakan diafragma untuk menarik udara jauh ke dalam paru-paru. Saat menghirup, diafragma turun, dan perut mengembang. Teknik pernapasan ini meningkatkan pasokan oksigen ke otot dan membantu mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Akibatnya, pelari dapat berkinerja lebih efisien, merasa kurang lelah, dan meningkatkan stabilitas inti tubuh.
Bernapaslah secara teratur.
Selain itu, mengatur pernapasan Anda agar selaras dengan langkah kaki juga merupakan faktor penting. Teknik ini, yang disebut pernapasan ritmis, membantu menyinkronkan pernapasan Anda dengan setiap langkah.
Banyak orang cenderung bernapas dengan ritme 2-2, artinya mereka menghirup udara selama dua langkah pertama dan menghembuskan napas selama dua langkah berikutnya. Namun, metode ini menyebabkan pelari selalu menghembuskan napas ketika kaki mereka mendarat di sisi yang sama, sehingga mudah memberi tekanan pada satu sisi tubuh dan meningkatkan risiko cedera.
Para ahli merekomendasikan untuk mencoba teknik pernapasan 3-2, yang melibatkan menghirup dalam tiga langkah dan menghembuskan napas dalam dua langkah untuk bergantian mendarat di setiap sisi saat menghembuskan napas, sehingga membantu mengurangi tekanan pada persendian.
Bernapaslah melalui hidung atau mulut.
Poin penting lainnya adalah mengetahui kapan harus bernapas melalui hidung dan kapan harus bernapas melalui mulut.
Bernapas melalui hidung membantu menyaring udara, meningkatkan jumlah udara yang dihirup dan mengirimkan lebih banyak oksigen ke aliran darah. Namun, bernapas melalui hidung saat berlari dapat menyebabkan sesak napas, terutama saat Anda baru mulai.
Pelari sebaiknya berlatih bernapas melalui hidung saat berjalan atau berlari pelan agar tubuh mereka dapat beradaptasi secara bertahap.
Saat berlari cepat atau mendaki bukit, kebutuhan oksigen meningkat, sehingga bernapas melalui mulut menjadi perlu untuk menyediakan udara yang cukup bagi otot agar dapat berfungsi.
Teknik pernapasan yang benar akan lebih efektif jika dikombinasikan dengan postur lari yang tepat.
Pelari harus menjaga bahu tetap rileks, tubuh bagian atas sedikit condong ke depan, dan berat badan terdistribusi merata pada kedua kaki. Bagian tubuh seperti kaki, pinggul, punggung, leher, dan kepala harus berada dalam garis lurus. Lengan harus sedikit ditekuk pada sudut 90 derajat dan diayunkan ke arah yang berlawanan dengan kaki yang melangkah untuk menjaga keseimbangan.
Catat jika Anda mengalami sesak napas berkepanjangan atau nyeri dada saat berlari.
Selama latihan, jika pelari telah menerapkan teknik pernapasan yang tepat tetapi masih kesulitan meningkatkan performa, mereka harus mempertimbangkan untuk mencari bimbingan profesional untuk mendapatkan arahan khusus.
Jika Anda mengalami gejala seperti sesak napas yang terus-menerus, nyeri dada, atau pusing, Anda harus menemui dokter untuk memeriksa masalah kesehatan yang mendasarinya, seperti asma yang dipicu oleh olahraga atau penyakit kardiopulmoner.
Sumber: https://thanhnien.vn/meo-giup-tho-de-dang-hon-khi-chay-bo-185250712103606287.htm






Komentar (0)