Sampul buku Loving Imperfections, sebuah pesan penyembuhan dan toleransi untuk perjalanan memulai di tahun No. 1 dunia - Foto: MAI NGUYET
Dalam konteks memasuki tahun peringkat 1 dunia, mengawali siklus baru yang penuh aspirasi, buku Loving Imperfect Things karya Zen Master Hae Min menjadi pengingat lembut: untuk memulai dengan teguh, setiap orang perlu belajar mencintai dan bertoleransi terhadap diri sendiri, termasuk bagian-bagian yang belum sempurna.
Dari penerimaan itu, kita dapat memupuk inspirasi dan kekuatan untuk berkreasi dan menerobos perjalanan ke depan.
Belajarlah untuk mencintai dari kekuranganmu
Ketika menyebut peringkat 1 dunia, banyak orang langsung teringat persaingan untuk menjadi pemimpin. Dalam siklus pencapaian dan ekspektasi, banyak orang merasa harus sempurna dalam segala hal: studi, pekerjaan, cinta, keluarga. Namun, tekanan itu membuat orang mudah merasa minder dan lelah.
Master Zen Hae Min - Foto: The Guardian
Master Zen Hae Min menulis: "Saat merenungkan hidup kita sendiri, kita akan melihat banyak ketidaksempurnaan. Pertama-tama, hanya dengan melihat diri kita sendiri, kita sudah bisa merasakan banyak kekurangan: perkataan dan tindakan saling bertentangan, canggung dalam hubungan sosial, studi dan pekerjaan tidak berjalan semulus yang kita inginkan...".
Hae Min tidak menulis dengan bahasa filosofis yang kering, melainkan dengan nada yang lembut dan mudah dipahami. Ia menceritakan kisah sehari-hari, menggambarkan perasaan yang dialami setiap orang: tekanan dari masyarakat, kesulitan di tempat kerja, dan kecanggungan dalam hubungan.
Pada tataran praktis, pesan ini membantu orang-orang untuk lebih rileks dalam hidup: tidak perlu mengejar kesempurnaan, tetapi belajarlah untuk menerima dan mencintai diri sendiri. Dan hanya ketika kita mampu menghadapi kekurangan kita dengan toleransi, kita dapat benar-benar membangun awal yang berkelanjutan.
Pesan ini begitu familiar sehingga siapa pun dapat merasakannya. Alih-alih menghindar atau menyalahkan orang lain, penulis menyarankan pembaca untuk menghadapinya dan bersikap toleran.
Tidak perlu kesempurnaan, hanya kedamaian
Memasuki tahun dunia baru, semua orang menantikan perubahan positif. Namun Hae Min mengingatkan kita: perubahan tidak selalu berarti kesuksesan instan, juga bukan berarti kesempurnaan mutlak.
Pesan ini sangat berarti di tahun peringkat dunia 1.
Sebab jika tahun ini dianggap sebagai awal yang baru, maka beban yang harus dipikul bukanlah desakan untuk meraih posisi terdepan, melainkan keteguhan jiwa.
Bila orang tahu cara menerima kegagalan dengan tenang, mereka dapat terus maju tanpa menyerah dalam menghadapi tantangan.
Sorotan lain dari buku ini adalah filosofi cinta: "Cinta melampaui semua pemahaman manusia."
Pesan tersebut menekankan bahwa ketika kita membuka hati dan memberikan toleransi, tidak hanya orang lain yang akan disembuhkan, tetapi kita sendiri juga akan menemukan kedamaian.
Ini adalah pengingat penting dalam konteks masyarakat modern, di mana setiap orang mudah terjebak dalam perbandingan dan persaingan. Jika angka 1 dunia dimaksudkan sebagai sebuah awal, maka Mencintai Hal-Hal yang Tidak Sempurna adalah kompas untuk mempertahankan awal itu untuk waktu yang lama.
Apa yang dapat kita pelajari dari Mencintai Hal-Hal yang Tidak Sempurna?
Alih-alih menyangkal atau merasa malu, Hae Min mengajak para pembaca untuk melihat langsung ketidaksempurnaan sebagai bagian tak terelakkan dari keberadaan manusia.
Buku itu menjadi cermin, mengingatkan bahwa setiap orang punya goresan, tapi ketidaksempurnaan itulah yang membentuk kebenaran.
Sumber: https://tuoitre.vn/nam-so-1-khoi-dau-moi-dau-can-su-hoan-hao-20251004101020672.htm
Komentar (0)