Petugas pemadam kebakaran memadamkan kebakaran di sebuah gudang di Kiev selama serangan rudal Rusia pada 29 Desember 2023 (Foto: Reuters).
"Serangan udara Rusia yang gencar memaksa kami untuk menggunakan sistem pertahanan udara dalam jumlah yang sesuai. Itulah sebabnya kami membutuhkan lebih banyak sistem pertahanan udara, karena Rusia terus meningkatkan kemampuan ofensifnya," ujar juru bicara Angkatan Udara Ukraina, Yury Ignat, dalam sebuah wawancara di televisi Ukraina pada 9 Januari.
Pasukan Rusia telah mengintensifkan serangan udara selama dua minggu terakhir, meluncurkan ratusan rudal dan kendaraan udara tak berawak (UAV) ke berbagai sasaran di seluruh Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi bahwa mereka telah menggunakan senjata presisi jarak jauh dan drone untuk menyerang infrastruktur industri pertahanan Ukraina dalam beberapa hari terakhir. Selain itu, serangan tersebut juga bertujuan menghancurkan depot rudal dan amunisi, termasuk senjata yang dipasok Barat ke Ukraina.
Pada pagi hari tanggal 8 Januari, sebuah serangan Rusia dilancarkan terhadap fasilitas industri militer di wilayah Kharkiv, Dnepropetrovsk, Khmelnitsky, dan Zaporozhye. Ukraina mengakui bahwa sistem pertahanan udaranya tidak mencegat sebagian besar rudal Rusia.
Sebelumnya, serangan Rusia pada tanggal 29 Desember digambarkan oleh pejabat Ukraina sebagai serangan udara terbesar sejak konflik pecah, ketika 158 rudal dan UAV diluncurkan, menewaskan sedikitnya 39 orang.
Pada tanggal 2 Januari, Rusia terus melancarkan serangan baru dengan lebih dari 130 rudal, termasuk 10 rudal "super" Kinzhal dan UAV.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pekan lalu bahwa sejak 29 Desember, Rusia telah meluncurkan sekitar 500 rudal dan drone ke Ukraina.
Seorang juru bicara angkatan udara Ukraina mengakui bahwa Kiev bergantung pada pasokan peluru kendali untuk sistem pertahanan udara era Soviet serta yang dipasok oleh Barat.
Berbicara melalui video pada konferensi pertahanan Swedia pada 7 Januari, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan bahwa Kiev kekurangan sistem pertahanan udara "di medan perang dan di kota-kota Ukraina."
Presiden Zelensky telah mengakui bahwa Barat telah kehilangan urgensi untuk mendukung Ukraina, yang membuat pasukan Kiev rentan saat Rusia meluncurkan operasi udara dan darat baru.
Kekurangan sistem pertahanan udara di Ukraina terjadi pada saat Amerika Serikat, donor bantuan militer terbesar Ukraina, kehabisan uang untuk mengirim lebih banyak senjata ke Kiev.
Rencana Presiden AS Joe Biden untuk memberikan bantuan tambahan sebesar $61,4 miliar kepada Ukraina dalam RUU pengeluaran darurat senilai $106 miliar telah terhenti di Kongres, di tengah meningkatnya penentangan dari Partai Republik terhadap pemberian bantuan kepada Kiev.
Sementara itu, paket bantuan Uni Eropa (UE) senilai 50 miliar euro ($54,6 miliar) juga belum disetujui karena veto Hongaria Desember lalu.
Kiev menggantungkan harapannya pada bantuan jangka pendek dari sekelompok negara NATO pro-Ukraina yang bertemu di Brussel minggu ini. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba mengatakan ia berharap pertemuan tersebut akan diikuti dengan "komitmen cepat" untuk membantu memperkuat pertahanan udara Kiev di tengah serangan gencar Rusia.
"Pertama-tama, kami berharap pertemuan ini akan mempercepat pengambilan keputusan penting untuk lebih memperkuat kemampuan pertahanan udara Ukraina, termasuk sistem dan amunisi modern untuk sistem ini," ujar Kuleba.
Menteri Luar Negeri Kuleba menambahkan bahwa pasokan rudal untuk sistem pertahanan udara Patriot, IRIS-T, dan NASAMS Ukraina merupakan "prioritas utama yang harus diselesaikan hari ini, bukan besok."
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)