Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Độc lập - Tự do - Hạnh phúc

Bagaimana orang Mesir menghitung jam pertama?

Việt NamViệt Nam13/08/2023

Bagian dari langit-langit astronomi di kuil Dendera, Mesir. Foto: Kairoinfo4u

Hubungan manusia dengan waktu telah terjalin sejak lama, dan memahami asal-usul berbagai satuan waktu merupakan tantangan besar bagi para ahli. Beberapa satuan waktu berasal dari fenomena astronomi yang mudah dijelaskan dan dapat diamati secara independen dalam berbagai budaya di seluruh dunia . Misalnya, mengukur panjang hari atau tahun dapat menggunakan gerak relatif Matahari terhadap Bumi, sementara mengukur bulan bergantung pada fase Bulan.

Namun, beberapa satuan waktu tidak memiliki hubungan yang jelas dengan fenomena astronomi apa pun, seperti minggu dan jam, menurut Robert Cockcroft, profesor madya astrofisika, dan Sarah Symons, profesor ilmu interdisipliner di McMaster University. Salah satu aksara tertua, hieroglif Mesir, memberikan informasi tentang asal usul jam. Aksara ini berasal dari Afrika Utara dan Timur Tengah, diadopsi di Eropa, dan kemudian menyebar ke seluruh dunia, IFL Science melaporkan pada 8 Juli.

Waktu di Mesir Kuno

Teks Piramida, yang ditulis sebelum 2400 SM, merupakan catatan tertulis paling awal dari Mesir kuno. Teks tersebut mengandung kata wnwt (diucapkan kurang lebih "wenut"), dan hieroglif yang terkait dengan kata tersebut adalah sebuah bintang. Berdasarkan hal ini, para ahli menyimpulkan bahwa wnwt berkaitan dengan malam.

wnwt saat ini diterjemahkan sebagai "jam", dan untuk mempelajari istilah tersebut, seseorang harus terlebih dahulu mengunjungi kota Asyut sekitar tahun 2000 SM. Di sana, bagian dalam tutup peti kayu persegi panjang terkadang dihiasi dengan tabel astronomi.

Tabel ini berisi kolom-kolom yang mewakili periode 10 hari dalam setahun. Kalender Mesir kuno memiliki 12 bulan, setiap bulan terdiri dari 3 minggu dan setiap minggu terdiri dari 10 hari, dengan rangkaian 5 hari raya di akhir setiap tahun. Di setiap kolom, nama 12 bintang tercantum, membentuk 12 baris. Seluruh tabel merepresentasikan perubahan langit sepanjang tahun, mirip dengan peta bintang modern.

Ke-12 bintang ini merupakan cara sistematis paling awal untuk membagi malam menjadi 12 periode, yang masing-masing berkaitan dengan sebuah bintang. Namun, selama periode ini, kata wnwt tidak muncul pada tabel sarkofagus. Baru sekitar tahun 1210 SM, pada masa Kerajaan Baru Mesir (abad ke-16–11 SM), hubungan antara jumlah baris dan kata wnwt menjadi jelas. Misalnya, di kuil Osireion di Abydos terdapat tabel astronomi pada sebuah sarkofagus, yang ke-12 barisnya diberi label dengan kata wnwt.

Pada masa Kerajaan Baru Mesir, terdapat 12 malam wnwt dan 12 hari wnwt, yang keduanya digunakan untuk mengukur waktu. Dengan demikian, "wnwt" memiliki arti yang hampir sama dengan "jam" modern, kecuali untuk dua hal.

Pertama, meskipun terdapat 12 jam siang dan 12 jam gelap, keduanya tetap dinyatakan secara terpisah, alih-alih sebagai hari yang berdurasi 24 jam. Siang diukur berdasarkan bayangan Matahari, sementara malam diukur terutama berdasarkan bintang-bintang. Hal ini hanya dapat dilakukan ketika Matahari dan bintang-bintang terlihat, sehingga terdapat dua waktu menjelang fajar dan senja yang tidak memiliki jam.

Kedua, panjang wnwt berbeda dengan waktu sekarang. Panjang wnwt berubah sepanjang tahun, dengan jam malam menjelang titik balik matahari musim dingin semakin panjang dan jam siang menjelang titik balik matahari musim panas semakin panjang.

Kuil Osireion di Abydos menyediakan kekayaan informasi astronomi. Foto: Hannibal Joost

Bintang-bintang mengukur waktu

Untuk menjawab pertanyaan tentang asal usul angka 12 atau 24, perlu dipahami mengapa bangsa Mesir memilih 12 bintang untuk setiap periode 10 hari. Pilihan ini juga merupakan asal muasal jam yang sebenarnya.

Bangsa Mesir kuno menggunakan Sirius (atau Sirius, bintang paling terang di langit malam) sebagai model dan memilih bintang-bintang lain berdasarkan kemiripan aktivitas mereka dengan Sirius. Kunci pemilihan mereka tampaknya adalah fakta bahwa mereka menghilang selama 70 hari setiap tahun, sama seperti Sirius, meskipun tidak seterang Sirius. Setiap 10 hari, satu bintang yang mirip Sirius menghilang dan satu lagi muncul kembali.

Tergantung waktu dalam setahun, 10 hingga 14 bintang seperti itu akan terlihat setiap malam. Jika periode 10 hari dalam setahun dicatat, para ahli akan mendapatkan tabel yang sangat mirip dengan tabel astronomi di dalam peti mati.

Oleh karena itu, kemungkinan besar pilihan angka 12 sebagai jumlah jam malam (yang akhirnya menghasilkan total 24 jam dalam sehari) berkaitan dengan pilihan minggu yang terdiri dari 10 hari. Dengan demikian, jam kerja manusia saat ini berasal dari konvergensi keputusan yang dibuat lebih dari 4.000 tahun yang lalu.

Sumber VNE


Sumber

Komentar (0)

No data
No data

Dalam topik yang sama

Dalam kategori yang sama

Lapangan Ba ​​Dinh menyala sebelum dimulainya acara A80
Sebelum parade, parade A80: 'Pawai' membentang dari masa lalu hingga masa kini
Suasana Seru Jelang 'G Hour': Puluhan Ribu Orang Antusias Saksikan Parade 2 September
Jet tempur Su-30-MK2 jatuhkan peluru pengacau, helikopter mengibarkan bendera di langit ibu kota

Dari penulis yang sama

Warisan

Angka

Bisnis

No videos available

Berita

Sistem Politik

Lokal

Produk