Generasi yang dulunya hanya mengenal kertas dan buku catatan, kini telah menjadi "warga digital" pionir di masyarakat, yang tidak hanya belajar untuk mengetahui, tetapi juga belajar untuk membantu orang lain memasuki era digital.
Mengatasi hambatan usia dengan semangat belajar
Di usianya yang ke-66, Bapak Nguyen Nhu That, Sekretaris Sel Partai dan Kepala Kelurahan 73, Kelurahan Tan Hung (Distrik 7), tidak hanya mengelola lebih dari 550 rumah tangga, tetapi juga merupakan "inti transformasi digital" di wilayah tersebut. Setiap hari, beliau masih mengelola grup Zalo di kelurahan tersebut, mengirimkan notifikasi dari kelurahan, menerima umpan balik, dan kemudian mengolahnya menggunakan AI untuk menyusun laporan dengan lebih cepat dan akurat.
Para lansia diberi petunjuk tentang cara menggunakan telepon pintar, mencari prosedur administratif, dan mendaftar untuk identifikasi elektronik.
"Awalnya, saya hanya tahu cara menggunakan telepon untuk mendengarkan dan menelepon. Namun, ketika saya mengikuti kelas Perjalanan Menuju Teknologi Digital , saya menyadari bahwa transformasi digital tidak sesulit yang saya bayangkan. AI menyarankan dan mensintesis informasi dengan sangat cepat, saya belajar darinya dan secara bertahap menerapkannya dalam pekerjaan saya," ujar Tn. That.
Pekerjaan di lingkungan tersebut sudah banyak, kini didukung oleh teknologi, yang membantunya menghemat waktu sekaligus memastikan kemajuan. Berkat teknologi, dokumen dan pengumuman dari kelurahan kepada masyarakat dapat ditransfer sepanjang hari melalui grup Zalo, sebuah cara yang lebih cepat, lebih efektif, dan lebih ekonomis dibandingkan metode tradisional.
“Belajar Menyebar” - Perjalanan Digital di Komunitas
Di Distrik An Phu Dong (Distrik 12), Ibu Ho Thi Hoa, Sekretaris Sel Partai Distrik 12, juga merupakan contoh yang khas. Di usianya yang telah menginjak 60 tahun, beliau masih bersemangat belajar dan secara rutin memperbarui teknologi terbaru untuk mendukung kegiatan propaganda. "Sebelumnya, ketika menulis laporan, saya harus mencari setiap dokumen dan setiap resolusi. Sekarang, saya hanya perlu memasukkan beberapa kata kunci, AI akan membantu saya dengan cepat mensintesisnya, dan saya dapat mengeditnya, dan selesai," ujar Ibu Ho Thi Hoa.
Tak hanya belajar mandiri, Ibu Ho Thi Hoa juga mengajak anggota partai dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kelas "Pendidikan Populer Digital", di mana para lansia diajar cara menggunakan ponsel pintar, mencari prosedur administrasi, atau mendaftar untuk identitas elektronik. Berkat hal tersebut, gerakan "lansia mengajar lansia" pun menyebar, menjadikan transformasi digital sebagai bagian alami dari kehidupan bermasyarakat.
Tak hanya warga yang bekerja di lingkungan sekitar, banyak pula warga lanjut usia lainnya yang juga dengan percaya diri memasuki " dunia digital".
Kelas literasi digital untuk warga senior.
Di distrik Hoa Hung (Distrik 10), Ibu Tran Thi Thanh, 70 tahun, yang dulu takut menyentuh layar ponsel, kini dapat mengajukan permohonannya secara daring melalui Portal Layanan Publik.
"Awalnya saya masih gugup, takut salah pencet tombol. Tapi setelah beberapa instruksi dari para relawan, saya jadi terbiasa. Sekarang saya mengajukan aplikasi, memeriksa hasilnya, memesan mobil untuk pergi ke pasar... semuanya lewat ponsel," ujar Ibu Thanh.
Ponsel pintarnya sekarang memiliki semua aplikasi: VNeID, VssID, Ho Chi Minh City Digital Citizen, aplikasi pemesanan tiket pesawat, mobil teknologi... Dia bahkan memasang sidik jari untuk login cepat - praktis dan cocok untuk orang tua yang sering lupa kata sandinya.
Perubahan itu tidak hanya membantunya menjadi proaktif dalam hidup tetapi juga membuat anak-anak dan cucu-cucunya merasa lebih aman, karena dia telah benar-benar terintegrasi ke dalam dunia teknologi dengan caranya sendiri.
Ketika komunitas menjadi "teman digital"
Menurut Ibu Le Thi Ngoc Hien, Ketua Komite Rakyat Kelurahan Hoa Hung, wilayah tersebut memiliki lebih dari 16.000 lansia, yang mencakup hampir 17,3% dari populasi. "Kami selalu menganggap lansia sebagai kekuatan khusus dalam proses transformasi digital. Mereka memiliki pengaruh besar di masyarakat, jadi jika mereka berubah, seluruh lingkungan akan berubah," ujar Ibu Hien.
Kelurahan telah berkoordinasi dengan Pusat Transformasi Digital Kota Ho Chi Minh untuk membuka kelas pelatihan rutin, membentuk tim teknologi komunitas, dan menempatkan relawan muda untuk mendampingi warga—terutama lansia—dalam proses pengajuan dokumen dan pencarian layanan publik. Model "bantuan" ini membantu mempersempit kesenjangan digital antargenerasi secara signifikan.
Di Distrik Ben Thanh (Distrik 1), para sekretaris sel Partai dan ketua lingkungan—banyak di antaranya berusia di atas 60 tahun—menjadi "jembatan transformasi digital" antara pemerintah dan masyarakat. Mereka tidak hanya memasang aplikasi dan mempraktikkan operasi dasar, tetapi juga membimbing orang lain secara langsung.
"Ada seorang pria tua yang datang bertanya cara mencari informasi di VNeID, saya tunjukkan caranya. Keesokan harinya dia membantu orang lain. Dan gerakan itu pun menyebar dengan sangat cepat," ungkap seorang pejabat lingkungan.
“Literasi digital” - inisiatif kecil, dampak besar
Terinspirasi oleh gerakan "pendidikan populer" setelah Revolusi Agustus, banyak daerah di Kota Ho Chi Minh meluncurkan kampanye "Pendidikan Populer Digital", menganggapnya sebagai "kunci" untuk membuka pintu teknologi bagi para lansia.
Materi pengajarannya sederhana dan praktis: cara menggunakan VNeID, mendaftar pemeriksaan kesehatan daring, mengajukan permohonan layanan publik, melakukan pembayaran non-tunai, dan sebagainya. Setiap kelas hanya terdiri dari 10-15 siswa, dan dibimbing langsung oleh anggota serikat pemuda dan pejabat kelurahan.
Bapak Nguyen Thanh Phong, Ketua Komite Rakyat Komune Tan An Hoi (HCMC), mengatakan: "Sejak penerapan model pemerintahan daerah dua tingkat, para lansia di dusun-dusun telah memainkan peran yang sangat aktif. Merekalah yang secara langsung membimbing warga untuk menjalankan prosedur daring, mendaftar KTP elektronik, dan bahkan saling mendukung dalam menangani situasi ketika terjadi kesalahan."
Dari pelajar menjadi inspirator
Tak hanya belajar mandiri, banyak lansia juga menjadi "guru" dalam perjalanan digitalisasi. Di Kelurahan Tan Hung, Kelurahan 73, lebih dari 90% rumah tangga kini berpartisipasi dalam kelompok Zalo, yang secara rutin bertukar dan memperbarui informasi. Lansia adalah yang paling aktif, mengingatkan orang lain untuk menyerahkan dokumen tepat waktu dan berbagi petunjuk tentang cara menggunakan layanan publik.
Gerakan ini menciptakan ikatan antargenerasi, para pemuda membantu para lansia dengan teknologi, dan para lansia mewariskan pengalaman dan pelajaran hidup mereka kepada generasi muda.
Transformasi digital bukan hanya untuk kaum muda. Di Kota Ho Chi Minh saat ini, foto-foto pria dan wanita lanjut usia yang aktif menggunakan AI, mengirimkan dokumen elektronik, atau memandu orang untuk memasang aplikasi membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang, melainkan motivasi untuk belajar dan beradaptasi di era digital.
Sumber: https://mst.gov.vn/nguoi-cao-tuoi-tu-ngai-cong-nghe-den-cong-dan-so-chu-dong-197251014122822623.htm
Komentar (0)