Pengalaman baru
Kota Ho Chi Minh pada awal September menjadi tujuan banyak penggemar esports ketika kota tersebut menjadi tuan rumah VALORANT Challengers 2025 Southeast Asia: Split 3 untuk pertama kalinya. Acara ini bukan hanya acara regional, tetapi juga festival budaya digital, yang menarik perhatian antusias banyak penggemar di Vietnam.

Sejak penyelenggara mengumumkan Kota Ho Chi Minh sebagai tujuan Split 3, komunitas VALORANT Vietnam telah menunjukkan antusiasme yang luar biasa. Di forum dan media sosial, para penggemar berbagi rencana untuk membeli tiket, mempersiapkan kostum pemandu sorak, dan merencanakan untuk bergabung bersama dalam acara tersebut.
Babak final pecundang akan dimulai pukul 6 sore ini, 6 September, namun sebelumnya, mulai pukul 4.30 sore, sudah banyak penggemar yang datang ke VPS Arena untuk mencari tempat duduk yang bagus, siap untuk "memberi semangat" kepada tim.
Nguyen The Anh (22 tahun, mahasiswa tingkat akhirFPT University) menuturkan, di luar jam kuliah, The Anh kerap menonton turnamen Esports di Youtube, namun baru kali ini menonton turnamen offline dengan skala dan status sebesar VALORANT Challengers 2025 Southeast Asia: Split 3.
"Perasaan menonton secara offline dan di YouTube sangat berbeda. Ini pertama kalinya saya menonton turnamen esports internasional secara langsung. VALORANT Challengers 2025 Southeast Asia: Split 3 benar-benar memberi saya dan anak-anak muda di VPS Arena perasaan yang tak terlukiskan, yaitu kegembiraan, kegugupan, dan kegembiraan yang tak terlukiskan," ungkap The Anh.
Bagi Bapak Tran Anh Tuan (35 tahun) - yang bekerja di bidang teknologi informasi di Thu Duc, meskipun rumahnya jauh, jika sudah selesai bekerja, beliau dan istrinya menyempatkan diri untuk pergi ke Binh Thanh guna menyaksikan VALORANT Challengers 2025 Southeast Asia: Split 3.
Pak Tuan berbagi: “Sebelumnya, saya hanya bisa menonton melalui layar komputer. Sekarang saya bisa langsung merasakan atmosfernya, mendengar sorak-sorai, dan menyaksikan para pemain bertanding langsung di depan mata saya. Ini benar-benar pengalaman yang tak terlupakan bagi saya.”

Hal istimewa yang membuat penggemar Kota Ho Chi Minh bangga adalah untuk pertama kalinya mereka dapat menyaksikan para pemain top Asia Tenggara bertanding secara langsung.
Bapak Bui Thanh Son (30 tahun, pekerja kantoran di Distrik Xuan Hoa, Kota Ho Chi Minh) berkata: "Saya telah mengikuti VALORANT sejak hari-hari pertama peluncuran game ini, tetapi saya tidak pernah menyangka bahwa turnamen regional besar akan diadakan tepat di Kota Ho Chi Minh. Ini benar-benar kenangan yang tak terlupakan bagi saya dan teman-teman."
Bagi para penggemar, penyelenggaraan VALORANT Challengers 2025 Southeast Asia: Split 3 di Kota Ho Chi Minh merupakan titik balik yang penting. Hal ini menegaskan bahwa Vietnam tidak hanya mengikuti tren global, tetapi juga mampu menyelenggarakan turnamen berskala besar, profesional, dan emosional.
Jembatan budaya - menghubungkan jutaan hati di Asia Tenggara
Di era digital, esports telah melampaui batas-batas permainan rekreasi dan menjadi fenomena budaya global. Di Asia Tenggara—wilayah yang beragam bahasa, adat istiadat, dan kepercayaan—esports semakin menegaskan bahwa: "Esports bukan sekadar permainan, melainkan jembatan budaya."

Turnamen esports menarik jutaan penggemar dari Vietnam, Thailand, Indonesia, hingga Filipina,... Mereka bersorak, menangis, dan tertawa bersama di setiap pertandingan, terlepas dari kendala bahasa. Intuisi dan semangat komunitas telah menjadikan esports sebagai "bahasa umum" bagi kaum muda.
Tak hanya menjalin ikatan spiritual, esports juga membuka peluang pertukaran budaya. SEA Games atau turnamen internasional yang diadakan di Hanoi , Bangkok, atau Manila, semuanya menjadi festival olahraga dan budaya.
Para penggemar membawa bendera dan kostum tradisional, bersorak dalam suasana yang meriah, dan menjelajahi budaya lokal. Esports telah mendongkrak pariwisata, mempromosikan kuliner, musik, dan gaya hidup daerah.

Khususnya, esports juga merupakan arena bermain yang setara dan langka, di mana pria dan wanita, orang normal maupun penyandang disabilitas dapat berkompetisi secara setara. Banyak pemain perempuan telah menjadi idola, berkontribusi dalam menghapus prasangka bahwa "bermain game itu tidak berguna" dan membuktikan bahwa esports adalah wadah untuk mengembangkan bakat, keberanian, dan kreativitas.
Di masa depan, Asia Tenggara diperkirakan akan menjadi pusat Esports baru di dunia. Ini berarti Esports tidak hanya memberikan nilai ekonomi, tetapi juga terus menjadi jembatan yang mempererat hubungan jutaan hati, menciptakan "komunitas budaya digital" yang unik dan kuat.
Sumber: https://baovanhoa.vn/the-thao/nguoi-ham-mo-cam-nhan-the-nao-ve-giai-valorant-challengers-2025-southeast-asia-split-3-166531.html






Komentar (0)