Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Wartawan harus terus berinovasi agar tidak tertinggal dan tereliminasi.

Báo Quốc TếBáo Quốc Tế20/06/2023

Dr. Pham Chien Thang, Kepala Fakultas Jurnalisme dan Komunikasi, Universitas Sains - Universitas Thai Nguyen, berpendapat bahwa agar tidak tereliminasi, jurnalis perlu terus belajar, memperbarui pengetahuan dan keterampilan baru, serta tidak takut akan perubahan.
Báo chí
Dr. Pham Chien Thang percaya bahwa jurnalis perlu terus belajar, memperbarui pengetahuan dan keterampilan baru, serta tidak takut akan perubahan. (Foto: NVCC)

Di mana pelanggan berada, pers akan menjangkau mereka

Transformasi digital ditujukan kepada pelanggan—pembaca. Di mana pun pelanggan berada, pers harus menemukan cara untuk menjangkau mereka. Dari perspektif Anda, bagaimana realitas transformasi digital surat kabar di negara kita saat ini?

Transformasi digital bukan hanya tren global, tetapi juga syarat mutlak untuk bertahan dan berkembang di dunia yang semakin digital. Vietnam pun tak terkecuali.

Dalam konteks teknologi digital dan Internet menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, pers tradisional di Vietnam harus beradaptasi dengan kenyataan ini.

Secara khusus, surat kabar, saluran TV, stasiun radio, dll. semuanya telah membangun situs web, aplikasi seluler, dan saluran media digital lainnya untuk memperluas pembacanya dan memenuhi kebutuhan informasi konsumen yang semakin beragam dan kompleks.

Transformasi digital dalam jurnalisme Vietnam tidak hanya berhenti pada "melaporkan berita" tetapi juga "memproduksi berita". Metode produksi konten baru, seperti analisis data besar dan kecerdasan buatan (AI), telah membantu surat kabar menciptakan konten berkualitas tinggi dan lebih menarik yang sesuai dengan selera pembaca.

Namun, transformasi digital juga menghadirkan banyak tantangan. Surat kabar harus menghadapi tekanan persaingan yang semakin ketat dari platform media digital baru seperti Facebook, YouTube, TikTok...

Lebih jauh lagi, meningkatnya popularitas iklan daring telah mengurangi pendapatan dari iklan tradisional, sehingga menimbulkan kesulitan keuangan bagi surat kabar.

Menurut pandangan saya, transformasi digital jurnalisme di Vietnam saat ini sedang berjalan dengan banyak langkah positif, tetapi masih banyak tantangan yang perlu diatasi. Agar transformasi digital berhasil, jurnalisme perlu memanfaatkan peluang dari teknologi digital, sekaligus menemukan cara untuk mengatasi kesulitan dan hambatan yang ditimbulkannya.

Dalam konteks transformasi digital yang kuat, keterampilan apa saja yang perlu dimiliki jurnalis? Bagaimana mereka harus "bertransformasi" agar tidak kehilangan sinkronisasi dan tersingkir?

Transformasi digital menghadirkan banyak peluang, tetapi di saat yang sama, juga menghadirkan tuntutan baru bagi jurnalis. Untuk beradaptasi dengan tren ini, menurut saya, jurnalis perlu membekali diri dengan sejumlah keterampilan.

Pertama, jurnalis perlu tahu cara menggunakan alat digital baru seperti platform sosial, aplikasi seluler, alat analisis data, dan teknologi AI.

Kedua , menulis untuk platform digital membutuhkan bahasa yang berbeda. Artikel harus singkat, padat, dan menarik agar menarik perhatian pembaca.

Ketiga, di dunia digital, konten tidak hanya mencakup teks, tetapi juga gambar, video, dan terkadang elemen interaktif. Jurnalis perlu terampil dalam menciptakan konten multimedia untuk menarik dan mempertahankan pembaca.

Keempat , saat ini, data memainkan peran penting dalam memahami preferensi audiens dan menciptakan konten yang relevan. Jurnalis perlu mengetahui cara menganalisis data untuk membuat keputusan konten.

Kelima , seiring perkembangan teknologi digital, perlindungan informasi dan privasi pemirsa dan pendengar menjadi semakin penting. Jurnalis perlu memiliki pemahaman yang jelas tentang prinsip dan peraturan terkait privasi dan keamanan siber.

Oleh karena itu, agar tidak tereliminasi, jurnalis perlu terus belajar, memperbarui pengetahuan dan keterampilan, serta tidak takut akan perubahan. Mereka juga perlu terbuka terhadap teknologi dan memanfaatkannya sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pekerjaan mereka. Proses "transformasi" ini tidak hanya membutuhkan upaya jurnalis secara individu, tetapi juga membutuhkan dukungan dari agensi pers, melalui program pelatihan dan pengembangan keterampilan.

Perubahan dalam cara berpikir dan masyarakat

Untuk bertransformasi secara digital, pertama-tama kita harus beralih ke pemikiran digital, dan itu harus dimulai dari manusia. Jadi, menurut Anda, ke arah mana jurnalis harus berubah?

Ya, transformasi digital tidak hanya membutuhkan penerapan teknologi, tetapi juga perubahan pola pikir dan manusia. Berikut beberapa arah yang perlu diubah oleh para jurnalis.

Pertama, jurnalis perlu merangkul pola pikir digital, yang mencakup pemahaman dan penerimaan terhadap perubahan yang dibawa oleh teknologi digital dan bagaimana teknologi tersebut mentransformasi industri jurnalisme. Hal ini dapat mencakup pembelajaran tentang bagaimana konsumen mengonsumsi konten digital, cara menggunakan data untuk lebih memahami pengguna, serta adopsi dan penerapan teknologi baru dalam pekerjaan mereka.

Jurnalis perlu meningkatkan keterampilan teknologi mereka untuk beradaptasi dengan tren transformasi digital. Ini dapat mencakup mempelajari cara menggunakan perangkat digital baru, mulai dari platform sosial hingga perangkat analitik data, dan memahami bagaimana teknologi dapat digunakan untuk membuat dan mendistribusikan konten.

Jurnalis perlu bersedia berubah dan belajar. Perubahan pesat di dunia digital menuntut fleksibilitas dan kemauan untuk berubah. Jurnalis perlu terbuka terhadap perubahan dan terus belajar, serta memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka agar tidak tertinggal.

Saat berinteraksi dengan platform digital, jurnalis juga harus menyadari privasi pengguna dan mematuhi peraturan perlindungan data.

Berpikir yang berpusat pada pengguna. Di dunia digital, pengalaman pengguna sangatlah penting. Jurnalis perlu berfokus pada pembuatan konten dan layanan yang memberikan nilai tambah kepada pengguna, berdasarkan pemahaman akan kebutuhan dan keinginan mereka.

Perubahan ini merupakan proses panjang, memerlukan ketekunan dan partisipasi seluruh lembaga pers.

Báo chí
Era digital menghadirkan banyak peluang sekaligus tantangan bagi jurnalis. (Ilustrasi: Internet)

Apakah Anda berpendapat bahwa jurnalis di era informasi akan memiliki lebih banyak "ruang" untuk "bertindak" tetapi juga menghadapi lebih banyak tantangan?

Saya setuju dengan pernyataan ini. Era informasi membawa banyak peluang baru, tetapi juga menciptakan banyak tantangan bagi jurnalis.

Dari segi peluang, teknologi digital telah memperluas lapangan kerja bagi para jurnalis. Tak lagi terbatas pada penulisan artikel di atas kertas, jurnalis kini dapat membuat konten dalam berbagai bentuk seperti video, podcast, infografis, dan bahkan konten interaktif.

Mereka juga dapat memanfaatkan teknologi untuk menyampaikan konten mereka kepada khalayak luas di seluruh dunia melalui internet yang luas. Selain itu, teknologi juga membantu jurnalis menangkap opini dan pemikiran pembaca melalui alat analisis data, sehingga membantu mereka menciptakan konten yang lebih relevan dan menarik.

Namun, era informasi juga menciptakan banyak tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah persaingan dari berbagai sumber informasi.

Pengguna saat ini memiliki begitu banyak pilihan untuk mengonsumsi informasi sehingga jurnalis harus bekerja lebih keras untuk menarik perhatian mereka. Selain itu, menciptakan konten berkualitas di lingkungan yang sarat informasi juga merupakan tantangan tersendiri.

Tantangan lainnya adalah memastikan akurasi dan keadilan dalam jurnalisme. Di era informasi, misinformasi dan berita palsu dapat menyebar dengan cepat, mengakibatkan konsekuensi serius. Oleh karena itu, jurnalis harus memprioritaskan pengecekan fakta dan memastikan akurasi.

Terakhir, melindungi data dan privasi pengguna juga merupakan tantangan. Jurnalis perlu memahami peraturan perlindungan data dan mematuhinya.

Secara umum, jurnalis era informasi perlu beradaptasi dan mengembangkan keterampilan baru untuk menghadapi peluang dan tantangan yang dihadirkan era baru.

Wartawan harus beradaptasi dan mengembangkan strategi baru.

Bagaimana perkembangan teknologi dan Internet menciptakan generasi jurnalis yang berbeda?

Perkembangan teknologi dan internet tidak hanya mengubah cara kita menerima informasi, tetapi juga menciptakan generasi jurnalis baru. Menurut saya, teknologi telah memengaruhi generasi ini.

Jurnalis Multimedia: Dahulu, jurnalis hanya berspesialisasi dalam jenis media tertentu, menulis untuk surat kabar, bekerja di studio, atau memproduksi video. Kini, berkat teknologi, jurnalis dapat bekerja di berbagai media. Mereka dapat menulis artikel, membuat video, memproduksi podcast, dan menggunakan media sosial untuk mendistribusikan konten.

Jurnalis Analis Data: Teknologi telah menciptakan data dalam jumlah besar, dan jurnalis kini perlu tahu cara memanfaatkan data ini sebaik mungkin. Mereka menggunakan data untuk menganalisis tren, memahami audiens, dan membuat konten berbasis riset.

Jurnalis "layanan pelanggan": Internet telah memungkinkan jurnalis berinteraksi langsung dengan pembacanya. Oleh karena itu, mereka harus fokus menciptakan konten yang relevan dengan kebutuhan dan keinginan pengguna, serta harus bersedia menerima umpan balik dari masyarakat.

Jurnalis Teknologi: Jurnalis modern menggunakan berbagai alat teknologi untuk meningkatkan pekerjaan mereka, mulai dari alat analisis data hingga aplikasi yang membantu mereka mengatur pekerjaan dan berkomunikasi dengan rekan kerja.

Jurnalis Daring: Alih-alih bekerja untuk surat kabar tradisional, stasiun radio, atau televisi, banyak jurnalis sekarang bekerja untuk situs web berita, blog, atau platform media sosial.

Singkatnya, generasi jurnalis baru tidak hanya harus beradaptasi tetapi juga tahu cara menggunakan teknologi untuk meningkatkan pekerjaan mereka dan melayani "pelanggan" mereka dengan lebih baik.

Bagaimana jurnalis sejati akan bersaing dengan “jurnalis media sosial” dan “jurnalis warga”?

Di dunia digital saat ini, jurnalis profesional bersaing dengan beragam sumber informasi, termasuk "jurnalis media sosial" dan "jurnalis warga". Hal ini mengharuskan mereka beradaptasi dan mengembangkan strategi baru.

Satu hal yang dapat dikuasai jurnalis profesional adalah kualitas dan keandalan konten yang mereka hasilkan. Mereka terlatih dalam prinsip-prinsip jurnalistik seperti akurasi, keadilan, dan imparsialitas, serta memiliki keterampilan untuk memeriksa fakta dan mencegah informasi menyesatkan.

Seperti yang telah saya katakan, jurnalis dapat memanfaatkan teknologi dan data untuk meningkatkan konten mereka. Hal ini dapat membantu mereka menjangkau audiens yang lebih luas dan menciptakan konten yang lebih relevan bagi "pelanggan" mereka.

Di media sosial, pembaca bukan hanya konsumen konten, tetapi juga dapat berinteraksi secara langsung. Jurnalis dapat memanfaatkan hal ini dengan membangun hubungan dengan pembaca, menerima umpan balik dari mereka, dan bahkan membuat konten bersama mereka.

Terakhir, jurnalis perlu terus belajar dan berinovasi agar tidak ketinggalan tren baru.

Sebaliknya, jurnalis profesional harus memanfaatkan teknologi, membangun hubungan dengan audiens, dan terus belajar serta berinovasi. Melalui hal ini, mereka dapat bersaing secara adil dengan "jurnalis media sosial" dan "jurnalis warga" dengan menegaskan kualitas karya, reputasi pribadi, dan profesionalisme mereka.

Terima kasih!


[iklan_2]
Sumber

Komentar (0)

No data
No data

Dalam topik yang sama

Dalam kategori yang sama

Sawah terasering yang sangat indah di lembah Luc Hon
Bunga 'kaya' seharga 1 juta VND per bunga masih populer pada tanggal 20 Oktober
Film Vietnam dan Perjalanan Menuju Oscar
Anak muda pergi ke Barat Laut untuk melihat musim padi terindah tahun ini

Dari penulis yang sama

Warisan

Angka

Bisnis

Anak muda pergi ke Barat Laut untuk melihat musim padi terindah tahun ini

Peristiwa terkini

Sistem Politik

Lokal

Produk