Beberapa lagu, seperti "Say mot doi vi em" (Cinta Seumur Hidup), menjadi fenomena ketika diputar di semua toko dan supermarket, dan dinyanyikan ulang oleh banyak penyanyi asli. Melodi yang "menarik", lirik yang "trendi", dan suara "seperti model" yang mengesankan – semuanya mengejutkan banyak orang. Banyak orang bahkan mengungkapkan kekhawatiran mereka akan digantikan oleh AI di dunia seni.
Tak dapat dipungkiri, pesatnya perkembangan teknologi AI telah membuka era baru bagi kreativitas. Hanya dengan beberapa klik dan deskripsi singkat, AI dapat menciptakan karya musik yang utuh—sesuatu yang sebelumnya membutuhkan tim profesional. AI menunjukkan kemampuan untuk mempelajari dan menganalisis jutaan lagu untuk menciptakan produk yang "sesuai" dengan selera pendengar, terutama anak muda—yang hidup di era kecepatan dan konten singkat.
Namun, setelah mereka terbiasa dengan ritme yang “menarik” tersebut, pendengar bertanya-tanya: “Di mana letak emosi sebenarnya dalam lagu yang dihasilkan AI?”.
Meskipun dapat meniru teknik komposisi dan pertunjukan, AI belum – dan mungkin tidak akan pernah – benar-benar memahami rasa sakit, kegembiraan, dan emosi kompleks yang hanya dapat dialami dan diungkapkan oleh manusia.
Lagu cinta yang ditulis AI mungkin "formulaik", tetapi dapatkah ia mengingatkan pendengar tentang cinta lama, kenangan mendalam, kisah-kisah yang bersifat pribadi tetapi menyentuh masyarakat?
Lebih penting lagi, seni bukan sekadar produk akhir, melainkan perjalanan kreatif yang penuh keringat, air mata, dan eksperimen. Eksperimen dan kegagalan yang berhasil inilah yang menjadi "trotoar" bagi umat manusia untuk menjalani hari ini dan langkah pasti di masa depan. AI dapat menggantikan proses, tetapi tidak dapat menggantikan pengalaman hidup dan pengalaman berkreasi.
Jadi, alih-alih mengkhawatirkan persaingan, kita seharusnya memandang AI sebagai "alat pendukung". Seniman era baru adalah mereka yang tahu cara menggunakan AI secara kreatif, untuk mengangkat karyanya—bukan agar terhanyut dalam lautan konten yang tak berjiwa. Musik—seperti semua bentuk seni—lahir untuk menghubungkan manusia. Dan hanya manusia yang benar-benar dapat menyentuh hati manusia.
Sumber: https://hanoimoi.vn/nhac-ai-khuynh-dao-dung-lo-720108.html
Komentar (0)