Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyakit ini dapat menyerang semua usia, tetapi 70% kasus terjadi pada anak di bawah usia 15 tahun yang belum divaksinasi lengkap.
Bahkan dengan pengobatan, angka kematian penyakit ini mencapai 5-10%. Baru-baru ini, seorang gadis berusia 18 tahun di Nghe An meninggal karena difteri, menunjukkan betapa berbahayanya penyakit ini.
Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyakit ini dapat menyerang semua usia, tetapi 70% kasus terjadi pada anak di bawah usia 15 tahun yang belum divaksinasi lengkap. |
Jadi, siapa saja yang berisiko terkena difteri? Menurut dokter, siapa pun bisa terkena difteri. Namun, penyakit ini terutama menyerang anak-anak dan beberapa kelompok orang yang berisiko terkena penyakit ini, seperti: Orang yang belum divaksinasi. Orang yang tinggal di lingkungan yang padat dan tidak sehat.
Anak-anak di bawah usia 15 tahun yang belum cukup imunisasi (karena belum divaksinasi atau belum mendapatkan dosis yang cukup sesuai anjuran). Orang dengan defisiensi imun dan penyakit kronis.
Komplikasi berbahaya dari difteri
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), komplikasi difteri sangat berbahaya. Jika tidak terdeteksi dan diobati dengan segera, komplikasi ini dapat menyebabkan kematian dengan sangat cepat, hanya dalam 6-10 hari. Berikut adalah komplikasi berbahaya dari penyakit ini:
Saluran napas tersumbat yang menyebabkan kesulitan bernapas
Sebagian besar gejala difteri terutama menyebabkan faringitis, sakit tenggorokan, dan kerusakan laring. Bakteri difteri akan membentuk pseudomembran berwarna putih gading akibat peradangan sel-sel jaringan yang membentuk pseudomembran yang melekat erat pada faring. Jika tidak diobati, pseudomembran ini akan berkembang dan menyebar, memenuhi saluran pernapasan, menyebabkan kesulitan bernapas, mati lemas, dan gagal napas pada pasien.
Miokarditis
Ini adalah salah satu komplikasi difteri yang sangat serius. Komplikasi miokarditis sering terjadi ketika pasien berada dalam tahap akut atau beberapa minggu setelah pemulihan. Eksotoksin difteri yang disekresikan memengaruhi jantung, menyebabkan aritmia dan dapat menyebabkan kematian mendadak akibat gagal jantung.
Kerusakan saraf yang menyebabkan kelumpuhan
Toksin difteri sangat kuat sehingga dapat merusak saraf dan menyebabkan kelumpuhan. Komplikasi ini dapat terjadi beberapa minggu setelah gejala pertama difteri muncul.
Kelumpuhan palatal (kelumpuhan velofaringeal)
Palsi palatal biasanya muncul pada minggu ketiga penyakit. Ini juga merupakan salah satu komplikasi lain yang dapat terjadi pada difteri.
Kehilangan kontrol kandung kemih
Bila saraf di lokasi ini rusak, pasien tidak akan mampu mengendalikan aktivitas kandung kemih, sehingga menyebabkan sering buang air kecil, keinginan untuk buang air kecil yang mendesak, dan sebagainya. Masalah yang berkaitan dengan pengendalian kandung kemih sering kali berkembang sebelum diafragma lumpuh, hal ini juga dapat dianggap sebagai tanda peringatan dini bahwa pasien berisiko tinggi mengalami masalah pernapasan serius.
Kelumpuhan diafragma
Diafragma memiliki fungsi yang sangat penting dalam sistem pernapasan untuk membantu mempertahankan hidup. Namun, pada penderita difteri, diafragma tiba-tiba lumpuh dalam jangka waktu yang lama, sehingga pasien berisiko tinggi meninggal.
Komplikasi kelumpuhan diafragma sering muncul beberapa minggu setelah gejala difteri, bahkan ketika pasien telah pulih dari infeksi awal atau muncul setelah komplikasi infeksi paru-paru, miokarditis, dll.
Infeksi paru-paru (gagal pernapasan atau pneumonia)
Komplikasi ini dapat terjadi pada minggu ke-5 penyakit, yang menyebabkan kelumpuhan anggota gerak, diafragma, dan saraf okulomotor. Hal ini menyebabkan pasien mengalami kesulitan bernapas, lebih sering tersedak, dan bahkan dapat menyebabkan infeksi paru-paru (pneumonia atau gagal napas).
Kematian
Difteri sangat berbahaya, bahkan jika diobati dengan segera, sekitar 1 dari 10 orang meninggal karena penyakit ini.
Cara mencegah difteri
Saat ini, difteri telah ditemukan pengobatannya dan dapat dicegah sepenuhnya secara efektif melalui vaksinasi. Di Vietnam, meskipun belum ada vaksin tunggal untuk mencegah difteri, masyarakat dapat divaksinasi dengan vaksin kombinasi yang mengandung antigen difteri, yang dapat mencegah difteri dan berbagai penyakit menular lainnya hanya dengan satu suntikan.
Selain itu, masyarakat juga perlu memperhatikan kebersihan pribadi, mencuci tangan secara teratur dengan sabun; menutup mulut saat bersin atau batuk; membatasi kontak langsung dengan orang yang sakit atau diduga terinfeksi.
Pastikan rumah, sekolah, dan tempat umum bersih, sejuk, dan cukup terang.
Orang yang menunjukkan gejala difteri atau diduga menderita difteri harus diisolasi dan dibawa ke fasilitas medis untuk pemeriksaan, diagnosis, dan perawatan tepat waktu.
Masyarakat yang tinggal di daerah epidemi perlu secara ketat mengikuti pemeriksaan dan pengobatan medis serta petunjuk pencegahan penyakit dari fasilitas medis.
Difteri adalah penyakit yang menyebar dengan cepat, memiliki komplikasi berbahaya, dan terutama angka kematiannya yang tinggi. Oleh karena itu, baik anak-anak maupun orang dewasa, mereka perlu divaksinasi lengkap dan segera pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan segera setelah gejala muncul untuk menghindari konsekuensi yang tidak diinginkan di kemudian hari.
Sumber: https://baodautu.vn/nhung-bien-chung-nguy-hiem-cua-benh-bach-hau-d219799.html
Komentar (0)