Badai 13 meninggalkan pemandangan yang menyedihkan di Seminari Menengah Lang Song: puluhan pohon Sao Den kuno berusia lebih dari 130 tahun tumbang, dan atap gentengnya yang berlumut terkelupas. Namun, bangunan berusia lebih dari 200 tahun itu masih mempertahankan suasana tenangnya dan berfungsi sebagai tempat persinggahan untuk menelusuri perjalanan pembentukan aksara Quoc Ngu di wilayah Tengah.
Pemandangan setelah badai: pemotongan waktu
Di sekitar kampus, banyak pohon bintang hitam tua ditebang dan tergeletak; banyak batang pohon terpotong dari pucuknya, cabang-cabang besar digergaji menjadi barisan-barisan panjang. Atap-atap genteng yang telah ternoda oleh waktu ditambal. Rasa sunyi menyelimuti setiap jalan, tetapi keawetan bangunannya masih terasa.


Bagi banyak wisatawan, mengunjungi Lang Song saat ini merupakan perjalanan yang bercampur antara penyesalan dan kekaguman: penyesalan atas pohon-pohon yang tumbang akibat bencana alam, tetapi kekaguman atas vitalitas abadi warisan yang telah mengatasi kekacauan.
Tonggak sejarah bahasa nasional di Sungai Con
Binh Dinh dianggap sebagai tempat yang menandai langkah pertama bahasa nasional sejak awal abad ke-17. Di sinilah percetakan Lang Song pertama di Dang Trong dibangun, menandai pengenalan dan perkembangan sistem aksara Latin bagi masyarakat Vietnam. Seminari Menengah Lang Song, yang pada masa itu merupakan lembaga keagamaan penting, menjadi titik awal berbagai kegiatan penyebaran bahasa dan budaya.
Saat ini, Keuskupan Quy Nhon mengelola dua fasilitas yang berkaitan dengan sejarah bahasa nasional: Nuoc Man dan Lang Song, keduanya di distrik Tuy Phuoc. Bersama percetakan Lang Song, seminari kecil ini bukan hanya peninggalan arsitektur, tetapi juga kesaksian hidup dari periode pertukaran budaya yang berkontribusi dalam membentuk tampilan tulisan Vietnam modern.

Gotik pedesaan di pedesaan Binh Dinh
Bangunannya bergaya Gotik dengan lengkungan runcing, jendela simetris, motif lembut, dan hiasan bunga angin yang rumit. Setelah lebih dari dua abad, ciri khas Eropa masih terlihat jelas di setiap dinding yang berlumut. Fasad gereja ini memang tidak sebesar Katedral St. Paul di Makau yang dibangun oleh Portugis, tetapi tetap membangkitkan rasa kedekatan, seperti versi pedesaan dari katedral Barat kuno yang terletak di tengah desa.

Mengikuti jalur air kuno
Konon, dari laguna Thi Nai, para pedagang menyusuri jalur air ke hulu Sungai Con. Dalam perjalanan yang sama, para misionaris Portugis tiba di Quy Nhon dan membangun Gereja Lang Song—pendahulu seminari kecil yang ada saat ini. Meskipun telah direnovasi berkali-kali, semangat arsitektur aslinya masih dipertahankan hingga ke detail terkecil.

Pengalaman hari ini: mendengarkan warisan
Dalam beberapa tahun terakhir, Lang Song telah menarik wisatawan domestik dan mancanegara berkat keindahan alamnya yang asri, ketenangannya, dan suasana desanya yang damai. Pasca badai, restorasi dan pelestarian menjadi prioritas utama. Setiap langkah di kampus ini merupakan jejak budaya—di mana memori bahasa nasional tetap utuh meskipun pohon-pohon tumbang dan genteng-genteng retak.
Pemulihan dan pelestarian peninggalan yang mendesak bukan hanya tanggung jawab otoritas terkait, tetapi juga keinginan mereka yang mencintai sejarah dan budaya Bính Dinh. Di tengah luka akibat bencana alam, nilai warisan masih melahirkan kisah-kisah yang membantu kita memahami lebih jauh perjalanan sebuah bahasa nasional.

Sumber: https://baonghean.vn/lang-song-ky-uc-chu-quoc-ngu-va-vet-thuong-sau-bao-13-10313911.html










Komentar (0)