Kebangkitan kembali furnitur rotan turut melestarikan hakikat kerajinan tradisional

Kembali dengan ledakan dahsyat

Di samping set meja dan kursi rotan yang indah, Bapak Hoang Lan (yang tinggal di kelurahan Thuan Hoa) sedang menikmati teh dengan santai. Kursi rotan melengkung itu memeluk tubuhnya, sandaran kursi dijalin rapi, membangkitkan citra tangan terampil sang pengrajin. Beliau berbagi: "Set meja dan kursi seperti ini memberi saya nuansa pedesaan yang sejuk, dan cocok untuk ruang tinggal orang Vietnam."

Dahulu kala, rotan dan bambu dianggap kurang mewah dan modern dibandingkan produk furnitur industrial yang ramping, diproduksi massal, dan berbiaya rendah. Banyak konsumen berasumsi bahwa rotan dan bambu adalah material kuno, hanya cocok untuk ruangan bergaya pedesaan. Persaingan yang ketat di pasar furnitur modern telah menyebabkan produk rotan dan bambu, meskipun memiliki desain yang indah dan nilai seni yang tinggi, perlahan-lahan terabaikan di benak konsumen.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kebangkitan bambu dan rotan semakin kuat dan mengesankan - tidak hanya di desa-desa kerajinan tradisional, tetapi juga di ruang-ruang hunian trendi, mulai dari apartemen mewah hingga jaringan resor, dari kafe modern hingga butik. Bambu dan rotan tidak hanya muncul, tetapi juga dihias sebagai sorotan estetika utama di banyak ruang. Ini bukan lagi sekadar nostalgia, tetapi kebangkitan yang disengaja - keduanya melestarikan inti sari kerajinan dan sepenuhnya terintegrasi ke dalam kehidupan modern. Seiring dengan meningkatnya gaya hidup hijau, kebutuhan akan konsumsi yang bertanggung jawab, dan meningkatnya permintaan akan produk budaya, bambu dan rotan telah menemukan tempat yang layak. Ini adalah bahan alami, cepat beregenerasi, mudah terurai, dan dijiwai dengan nilai-nilai sejarah dan budaya.

Melestarikan kerajinan

Bapak Le Duc Quoc Bao, pemilik usaha Hue Bamboo and Rattan di Kecamatan Phu Xuan, telah menekuni profesi ini selama hampir 17 tahun. “Saya belajar profesi ini dari ayah saya. Pembuatan bambu dan rotan membutuhkan ketelitian, mulai dari pemilihan bahan baku—sambungan bambu lurus antirayap, hingga teknik ukir dan anyaman. Yang terpenting, perajin harus selalu berinovasi dalam desain agar sesuai dengan selera. Setiap produk merupakan karya tangan, dan penyelesaiannya bisa memakan waktu beberapa jam hingga setengah bulan,” ujarnya. Produk-produk usaha Bapak Bao dipercaya oleh pelanggan di seluruh negeri, bahkan ada pesanan untuk mendesain seluruh interior bambu dan rotan untuk restoran, kafe, dan homestay...

Tak hanya memberikan nilai ekonomi , kebangkitan furnitur rotan juga berkontribusi melestarikan esensi kerajinan tradisional, menciptakan mata pencaharian bagi ribuan pekerja di pedesaan. Di desa anyaman rotan Bao La, para pekerja muda mengikuti jejak para perajin senior. Selain melestarikan teknik tradisional, kaum muda juga memperbarui tren dan pemikiran desain modern setiap hari untuk mendiversifikasi produk, agar dapat menjangkau pasar kelas atas.

Contoh khasnya adalah rangkaian keranjang dan lampu hias heksagonal dari Koperasi Bambu dan Rotan Bao La yang telah meraih sertifikasi OCOP bintang 4, sebuah tonggak penting yang menegaskan posisi dan kualitas produk desa kerajinan ini. Produk-produk tersebut diakui karena asal usulnya yang jelas, proses produksi yang metodis, dan kualitasnya yang stabil, sekaligus menekankan unsur budaya lokal dan kreativitas dalam desain. Nilai-nilai inilah yang terus dilestarikan dan dipromosikan oleh Desa Kerajinan Bambu dan Rotan Bao La.

Perjalanan senyap bambu dan rotan di setiap ruang hidup modern membuka jalan yang menjanjikan bagi kerajinan tangan di era kehidupan hijau.

Artikel dan foto: Phuoc Ly

Sumber: https://huengaynay.vn/kinh-te/noi-that-may-tre-dan-huong-dong-gio-noi-trong-dien-mao-moi-156164.html