Di Ethiopia, tahun kelahiran Yesus Kristus diakui 7 - 8 tahun setelah kalender Gregorian (kalender Barat) yang diperkenalkan oleh Paus Gregorius XIII pada tahun 1582.
Meskipun sebagian besar negara dan wilayah di dunia telah mengadopsi kalender Barat, Ethiopia masih mempertahankan caranya sendiri dalam menghitung kalender.
"Kami unik. Kami punya kalender sendiri, alfabet sendiri, dan tradisi budaya sendiri," kata Eshetu Getachew, CEO Rotate Ethiopia Tours And Travel.
Menurut kalender Ethiopia, satu tahun dibagi menjadi 13 bulan, dengan 12 bulan di antaranya memiliki 30 hari. Bulan terakhir memiliki 5 hari, atau 6 hari pada tahun kabisat.
Turis yang berkunjung ke Etiopia kerap kali merasa takjub dengan sensasi "kembali ke masa lalu". Banyak yang mengungkapkan keterkejutan mereka di media sosial.
Perbedaan lainnya adalah Etiopia merayakan tahun baru pada 11 September, bukan 1 Januari seperti di banyak tempat lain. Culture Trip melaporkan bahwa "tahun baru" dalam bahasa lokal disebut Enkutatash, yang berarti "hadiah perhiasan".
Selain cara uniknya dalam menghitung tanggal, Ethiopia juga merupakan satu-satunya negara yang menggunakan sistem waktu di mana jam 12 jam dihitung dari matahari terbit hingga terbenam dan dari matahari terbenam hingga matahari terbit.
Artinya, pukul 00.00 di Etiopia sama dengan pukul 06.00 di negara lain. Tengah hari bukan pukul 12.00 siang, melainkan pukul 18.00 sore.
Cara menghitung waktu di negara ini dapat membingungkan, terutama bagi wisatawan.
“Ketika saya membeli tiket pesawat, maskapai penerbangan menggunakan kalender Barat sehingga saya harus memeriksa tiga atau empat kali untuk mengetahui waktu saya,” tambah seorang fotografer Ethiopia.
TBC (menurut Vietnamnet)[iklan_2]
Sumber: https://baohaiduong.vn/quoc-gia-khien-du-khach-hoang-hon-tuong-xuyen-khong-ve-qua-khu-385104.html
Komentar (0)