
Menjelang sore pertengahan minggu di Causeway Coast, Irlandia Utara, kerumunan memadati green kesembilan di Royal Portrush, mengamati setiap langkah kaki yang familiar. "Bawa pulang, Rory!" teriak mereka serempak, bergema ditiup angin laut, seolah seluruh negeri menaruh kepercayaannya pada putra terhebatnya: Rory McIlroy.
Dan itu hanya latihan menjelang Open ke-153.




Babak latihan Rory McIlroy tidak berbeda dengan babak final.
Tanah ini milik Rory
Royal Portrush akan menyambut lebih dari 280.000 penonton minggu ini, sebuah rekor sejak lapangan golf kuno ini pertama kali menjadi tuan rumah The Open pada tahun 1951. Namun, kehadiran para penggemar ini bukanlah suatu kebetulan. Alasannya dapat diringkas dalam dua kata: Rory McIlroy.
Itu hanya sesi latihan, tetapi Royal Portrush sudah terasa seperti final besar. Setiap pukulan Rory ditonton dalam diam. Ketika ia gagal memasukkan bola, semua orang menggelengkan kepala dengan penyesalan. Ketika bola jatuh ke dalam lubang, sorak sorai bergemuruh.
Meskipun tidak bermain 18 lubang penuh, Rory tetap menghabiskan hampir 30 menit di green kesembilan untuk memberikan tanda tangan kepada para penggemar. Ia mengunjungi setiap anak yang berdiri berdesakan di dekat pagar, tanpa melewatkan satu pun.
"Saya yakin Rory akan bermain bagus," kata Jonathan Lee, warga Portstewart. "Dia putra daerah yang baik. Saya hanya berharap tekanan di kandang sendiri tidak terlalu membebaninya."
Di lapangan ini, sebagai remaja berusia 16 tahun, McIlroy mengejutkan dunia golf dengan rekor ronde 61 di Kejuaraan Irlandia Utara pada tahun 2005.
Namun, di sini juga, 6 tahun yang lalu, McIlroy juga tersingkir dengan menyakitkan setelah babak pembukaan The Open 2019 dengan skor 79. Hal ini mengejutkan bukan hanya baginya, tetapi juga bagi rakyat di negeri yang telah menaruh terlalu banyak harapan.




Kembali menjadi sorotan
Tahun 2025 adalah babak yang benar-benar berbeda dalam karier McIlroy. Ia tiba di Royal Portrush sebagai juara Masters, sebuah gelar yang menempatkannya di jajaran elit pegolf yang telah menyelesaikan Grand Slam dalam kariernya.
Kemenangan di Augusta pada bulan April tidak hanya mengakhiri paceklik gelar Rory selama hampir satu dekade, tetapi juga mengembalikannya ke pusat golf dunia.
Sekali lagi, beban berada di pundak McIlroy. Namun kali ini, tekanannya terasa lebih ringan. Ia tersenyum lega saat menandatangani tanda tangan, menjaga ketenangannya di setiap ayunan, dan memancarkan kepercayaan diri seseorang yang tak perlu lagi membuktikan apa pun kecuali dirinya sendiri.
Sebelas tahun telah berlalu sejak satu-satunya gelar Open McIlroy di Royal Liverpool pada tahun 2014. Banyak peristiwa, baik di dalam maupun di luar lapangan golf, telah membentuknya menjadi versi dirinya yang lebih dewasa, tangguh, dan bijaksana.
Jika McIlroy dapat mengangkat Piala Claret Jug tinggi-tinggi di tengah Royal Portrush akhir pekan ini, itu akan menjadi akhir yang indah dari perjalanan lebih dari satu dekade, dan akan menjadi kebahagiaan sejati bagi ribuan hati yang telah dengan sabar menunggu kepulangannya. Kemenangan tepat di tempat dimulainya.
"Bawa pulang piala, Rory!" bukan sekadar slogan, tetapi juga pesan dari seluruh tanah air, yang mencurahkan seluruh hati mereka kepada putra tercinta, yang telah menjadi kebanggaan, simbol tekad yang tangguh, keinginan untuk bangkit, dan identitas olahraga Irlandia Utara.

Tim Malaysia tiba-tiba mundur dari turnamen karena kekurangan pemain naturalisasi

Tuan Kim Sang-sik mengirim seseorang untuk 'memata-matai' lawan di U23 Asia Tenggara

Serie A, kandang para pemain tua

Jejak dari Turnamen Sepak Bola Polisi ASEAN 2025

Upaya Tuan Hien: Tanggung jawab atas merek nasional
Sumber: https://tienphong.vn/rory-mcilroy-va-tieng-goi-tu-portrush-hay-mang-cup-ve-nha-post1761027.tpo
Komentar (0)