Jaringan kedai kopi Starbucks memperketat kebijakan kerja di kantor bagi para karyawannya.
Perusahaan raksasa makanan dan minuman ini mewajibkan staf kantornya untuk bekerja dengan jadwal hibrida setidaknya tiga hari seminggu - Foto: Reuters
Ketika CEO baru Starbucks, Brian Niccol, menjabat pada bulan September, ia memicu perdebatan yang cukup besar. Salah satu kontroversi tersebut adalah perjalanan harian Niccol sejauh kurang lebih 1.600 kilometer dari California ke kantor pusat Starbucks di Seattle. Kini, ia kembali menimbulkan kehebohan.
Starbucks memperketat peraturan bagi para karyawannya.
Perusahaan raksasa makanan dan minuman ini mewajibkan staf kantornya untuk bekerja dengan jadwal hibrida, yaitu kombinasi kerja jarak jauh dan kerja di kantor, setidaknya tiga hari seminggu. Bapak Niccol menekankan bahwa Starbucks tidak akan menentukan hari-hari mana karyawan harus berada di kantor. Namun, ini tidak berarti karyawan dapat menghindari persyaratan kerja di kantor tiga hari seminggu.
Menurut laporan awal Bloomberg News pada 18 November, sebuah memo internal dikirim ke seluruh perusahaan, yang menyoroti sikap Starbucks yang lebih ketat terhadap bekerja di kantor, yang berlaku mulai Januari 2025.
Wall Street Journal mengungkapkan rincian lebih lanjut dari pengumuman tersebut, menyatakan bahwa karyawan akan menghadapi "proses akuntabilitas" yang berlaku mulai tahun 2025. Karyawan yang tidak mematuhi kebijakan tersebut berisiko menghadapi konsekuensi serius, "termasuk pemutusan hubungan kerja," demikian bunyi pengumuman tersebut.
"Kami terus mendukung para manajer kami dalam memastikan tim mereka mematuhi kebijakan kerja kolaboratif kami," demikian pengumuman perusahaan dalam sebuah pernyataan pada 18 November, menurut Bloomberg .
Pekan lalu, dilaporkan bahwa Publicis Media telah memecat hampir 100 karyawan di AS karena berulang kali mengabaikan kebijakan perusahaan tentang bekerja di kantor tiga hari seminggu.
"Kami telah bersikap jelas dan konsisten mengenai kebijakan bahwa karyawan harus bekerja di kantor setidaknya tiga hari seminggu," kata seorang juru bicara Publicis Media di AS.
"Kita sebaiknya bertemu sesering mungkin."
CEO baru, Brian Niccol, telah berbicara tentang perlunya bekerja secara tatap muka, meskipun dia belum menambah jumlah hari kerja yang mengharuskan karyawan hadir di kantor.
"Menurut saya, kita harus bertemu sesering mungkin," katanya dalam pidato kepada staf pada bulan September, sambil juga menekankan bahwa karyawan harus menjalankan otonomi mereka.
"Anda perlu memutuskan sendiri di mana Anda harus berada untuk menyelesaikan pekerjaan, lalu lakukanlah. Kita semua sudah dewasa," katanya. Ia menekankan bahwa kesuksesan perusahaan adalah hal yang terpenting.
"Saya tertarik melihat semua orang di sini berhasil, dan jika kesuksesan mengharuskan kita untuk bertemu lebih sering, maka mari kita bertemu lebih sering," tegas Niccol.
Saat bekerja di Chipotle, Niccol menerapkan kebijakan bekerja di kantor empat hari seminggu, yang membuat beberapa karyawan Starbucks khawatir bahwa fleksibilitas mereka dalam bekerja dari rumah mungkin akan semakin dibatasi.
Kebijakan kerja hibrida Starbucks diterapkan oleh CEO saat itu, Howard Schultz, pada tahun 2023.
Persyaratan tiga hari kerja seminggu di Starbucks masih dianggap longgar dibandingkan dengan perusahaan besar lainnya yang menerapkan kebijakan wajib kembali ke kantor. Pada bulan September, CEO Amazon, Andy Jassy, mengumumkan bahwa karyawan harus kembali ke kantor lima hari seminggu mulai 2 Januari 2025. Keputusan tak terduga ini membuat banyak karyawan tidak senang.
Walmart dan Dell juga telah mulai memberlakukan kebijakan ketat terkait kembali ke kantor. Namun, pengecualian yang patut diperhatikan adalah Spotify, yang telah mengumumkan akan mempertahankan kebijakan "bekerja dari mana saja".
Sumber: https://tuoitre.vn/starbucks-doa-cho-nghi-viec-luon-neu-nhan-vien-khong-den-van-phong-20241121105505628.htm






Komentar (0)