1. Jenis aset umum apa yang dimiliki pasangan suami istri?
Menurut Pasal 33 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perkawinan dan Keluarga, harta bersama suami istri meliputi harta bersama yang diciptakan oleh suami istri, penghasilan dari usaha, produksi, dan perdagangan, keuntungan dan laba yang timbul dari harta terpisah, serta penghasilan lain yang sah selama berlangsungnya perkawinan, kecuali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perkawinan dan Keluarga;
| Pasal 40. Akibat Pembagian Harta Bersama Selama Perkawinan 1. Dalam hal pembagian harta bersama antara suami istri, harta bersama yang dibagi, keuntungan, dan penghasilan yang timbul dari harta terpisah masing-masing pihak setelah pembagian harta bersama tersebut menjadi harta terpisah suami istri, kecuali disepakati lain oleh suami istri. Sisa harta yang belum dibagi tetap menjadi harta bersama suami istri. | 
Atau harta yang diwarisi bersama oleh pasangan tersebut atau diberikan kepada mereka dan harta lainnya yang disetujui oleh pasangan tersebut sebagai harta bersama.
Selain itu, hak guna tanah yang diperoleh suami istri setelah perkawinan merupakan harta bersama antara suami istri, kecuali suami atau istri mewarisi secara terpisah, dihibahkan secara terpisah, atau memperoleh melalui transaksi dengan menggunakan harta terpisah.
Apabila tidak ada dasar pembuktian bahwa harta yang disengketakan antara suami istri itu merupakan harta terpisah masing-masing pihak, maka harta tersebut dianggap harta bersama.
2. Dapatkah harta bersama pasangan suami istri digunakan untuk bisnis?
Dalam hal suami istri mengusahakan harta bersama, maka berlaku ketentuan Pasal 36 Undang-Undang Perkawinan dan Keluarga Tahun 2014.
Secara khusus, jika suatu pasangan memiliki perjanjian bahwa satu pihak akan menggunakan harta bersama untuk bisnis, orang tersebut memiliki hak untuk secara pribadi melakukan transaksi terkait harta bersama tersebut dan perjanjian itu harus dibuat secara tertulis.
Dengan demikian, hukum perkawinan dan keluarga memperbolehkan harta bersama milik suami istri digunakan untuk keperluan bisnis.
(Pasal 2, Pasal 25 dan Pasal 36 UU Perkawinan dan Keluarga Tahun 2014)
3. Jika bercerai, bagaimana harta bersama pasangan yang digunakan untuk bisnis dibagi?
Berdasarkan Pasal 64 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2014 tentang Perkawinan dan Keluarga, suami istri yang menjalankan usaha di bidang harta bersama berhak menerima harta bersama tersebut dan wajib membayar kepada pihak lainnya sebesar nilai harta yang menjadi haknya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang tentang Kewirausahaan.
4. Kewajiban harta bersama suami istri
Pasangan suami istri memiliki kewajiban harta bersama sebagai berikut:
- Kewajiban yang timbul karena perbuatan yang dibuat atas dasar kesepakatan antara suami istri, kewajiban mengganti kerugian yang menurut undang-undang menjadi tanggung jawab suami istri secara tanggung renteng;
- Kewajiban yang dilakukan oleh suami atau istri untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga;
- Kewajiban yang timbul karena penguasaan, penggunaan dan pelepasan harta bersama;
- Kewajiban yang timbul karena pemanfaatan harta milik pribadi untuk memelihara dan mengembangkan harta milik bersama atau untuk menciptakan sumber penghasilan utama bagi keluarga;
- Kewajiban mengganti kerugian yang ditimbulkan kepada anak, yang menurut ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, orang tua wajib menggantinya;
- Kewajiban lain sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
(Pasal 37 UU Perkawinan dan Keluarga Tahun 2014)
5. Tanggung jawab negara dan masyarakat terhadap perkawinan dan keluarga
Mengenai perkawinan dan keluarga, Negara dan masyarakat mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:
- Negara mempunyai kebijaksanaan dan langkah-langkah untuk melindungi perkawinan dan keluarga, dengan menciptakan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk membangun perkawinan yang sukarela, progresif, monogami, dengan kesetaraan antara suami dan istri; untuk membangun keluarga yang sejahtera, progresif, bahagia dan sepenuhnya menjalankan fungsinya; untuk memperkuat propaganda, penyebarluasan dan pendidikan tentang hukum perkawinan dan keluarga; untuk memobilisasi orang untuk menghapuskan adat istiadat dan praktik terbelakang tentang perkawinan dan keluarga, dan untuk mempromosikan tradisi, adat istiadat, dan praktik yang baik yang mencerminkan identitas setiap kelompok etnis.
Pemerintah menyatukan pengelolaan negara atas perkawinan dan keluarga. Kementerian dan lembaga setingkat kementerian akan melaksanakan pengelolaan negara atas perkawinan dan keluarga sebagaimana ditetapkan oleh Pemerintah. Komite Rakyat di semua tingkatan dan lembaga lainnya akan melaksanakan pengelolaan negara atas perkawinan dan keluarga sebagaimana ditentukan oleh undang-undang.
Lembaga dan organisasi bertanggung jawab untuk mendidik dan memobilisasi kader, pegawai negeri sipil, pegawai negeri, pekerja, anggotanya, dan seluruh warga negara untuk membangun keluarga yang berbudaya; segera menyelesaikan konflik dalam keluarga, melindungi hak dan kepentingan sah anggota keluarga. Sekolah berkoordinasi dengan keluarga dalam mendidik, menyebarluaskan, dan mensosialisasikan hukum perkawinan dan keluarga kepada generasi muda.
(Pasal 4 UU Perkawinan dan Keluarga Tahun 2014)
[iklan_2]
Sumber

![[Foto] Perdana Menteri Pham Minh Chinh menghadiri Upacara Penghargaan Pers Nasional ke-5 tentang pencegahan dan pemberantasan korupsi, pemborosan, dan negativitas](https://vphoto.vietnam.vn/thumb/1200x675/vietnam/resource/IMAGE/2025/10/31/1761881588160_dsc-8359-jpg.webp)
![[Foto] Da Nang: Air berangsur surut, pemerintah daerah memanfaatkan pembersihan](https://vphoto.vietnam.vn/thumb/1200x675/vietnam/resource/IMAGE/2025/10/31/1761897188943_ndo_tr_2-jpg.webp)












































































Komentar (0)