![]() |
Para pemuda melakukan check-in di sebuah kafe bertema Natal di distrik Tan Thoi Hiep (Kota Ho Chi Minh) pada bulan Oktober. Foto: Linh Huynh . |
Menurut Psychology Today , rasa takut ketinggalan (FOMO) meningkat selama musim liburan karena semua orang percaya bahwa "orang lain bersenang-senang lebih dari saya," dan terus-menerus memperbarui media sosial menjadi cara untuk menunjukkan bahwa "saya juga ikut serta, tidak ketinggalan."
Dalam konteks ini, media sosial beroperasi seperti panggung publik. Para peneliti media menggambarkan swafoto dan foto daring sebagai bentuk "presentasi diri," di mana setiap bingkai adalah pilihan versi diri yang ingin dilihat orang lain.
Selfie saat ini berfungsi sebagai "identifikasi pribadi dan sosial," membantu pengguna menegaskan gaya, kelompok tempat mereka berada, dan status mereka dalam komunitas digital. Musim liburan, khususnya, menciptakan konteks visual yang sangat menguntungkan untuk hal ini. Lampu hias, pasar Natal, panggung hitung mundur, festival musik … semuanya berfungsi sebagai latar belakang yang indah dan mudah dikenali.
Pengalaman festival di media sosial menunjukkan bahwa para pengunjung tidak hanya mengambil foto untuk mengabadikan kenangan, tetapi juga untuk "menceritakan kisah" berada di acara yang berkesan dan berbagi perasaan tersebut dengan teman-teman secara daring.
![]() |
Dua anak muda dengan bendera merah berbintang kuning di pipi dan baju mereka di persimpangan Jalan Nguyen Thai Hoc ( Hanoi ) selama sesi latihan pertama A80, 21 Agustus. Foto: Chau Sa. |
Tren ini bahkan lebih kentara di industri pariwisata . Sebuah studi yang diterbitkan dalam Tourism Management tentang mengapa wisatawan berbagi pengalaman mereka di media sosial mengungkapkan dua motivasi utama: kesenangan menceritakan kembali perjalanan mereka dan kebutuhan untuk terhubung dengan orang lain – memamerkan foto, melakukan check-in, dan menulis beberapa baris umpan balik memperpanjang perasaan senang dan mempertahankan interaksi dengan teman dan keluarga.
Selama musim liburan, ketika orang-orang bepergian, berkumpul, dan berpartisipasi dalam banyak kegiatan khusus, jumlah momen yang "layak diunggah" secara alami meningkat pesat. Dari perspektif psikologis, orang yang mengambil dan mengunggah swafoto seringkali dimotivasi oleh beberapa faktor: melestarikan kenangan, mengelola citra diri, mencari perhatian, menegaskan rasa memiliki, dan menjaga koneksi.
Selain itu, peran iklan dan konten komersial tidak dapat diabaikan. Beberapa analisis musim liburan menunjukkan bahwa kampanye pemasaran dan KOL/influencer terus-menerus menggambarkan "musim liburan ideal": rumah yang didekorasi, pesta, hadiah, perjalanan mewah. Hal ini membuat banyak orang merasa bahwa jika mereka tidak memiliki foto-foto yang indah atau tampil di linimasa mereka dengan gaya liburan yang tepat, mereka... ketinggalan.
Namun, kombinasi antara FOMO (Fear of Missing Out) dan perbandingan sosial membuat musim liburan menjadi periode yang sensitif. Organisasi kesehatan mental dan situs web seperti Healthline dan asosiasi depresi di AS memperingatkan bahwa gambar-gambar yang "dikurasi dengan cermat" secara online dapat dengan mudah membuat pemirsa merasa bahwa kehidupan mereka sendiri membosankan dan kurang menyenangkan, bahkan jika mereka berpartisipasi dalam kegiatan liburan mereka sendiri.
Sumber: https://znews.vn/tai-sao-mua-le-hoi-kich-thich-con-nguoi-song-ao-post1610750.html








Komentar (0)