Generasi ketiga saat ini adalah pasangan Tran Van Ngan (44 tahun) dan Tran Thi Loc (42 tahun) yang tinggal di desa Bai Lang, kecamatan Tan Hiep (pulau Cu Lao Cham).
Menurut Pak Ngan, kakeknya telah membuat banh it la gai di Cú Lao Cham sejak zaman kakeknya. Beliau adalah generasi ketiga yang meneruskan profesi ini.
Tangan cekatan pemilik toko roti Tran Thi Loc membungkus kue, menyelesaikan kue hanya dalam waktu lebih dari 10 detik.
Membuat banh it tidak membutuhkan banyak tenaga fisik, bukan pekerjaan berat, melainkan melelahkan. Di Cu Lao Cham, saat ini terdapat beberapa tempat yang membuat banh it la gai, tetapi tempat yang dimiliki oleh Tuan Ngan dan istrinya adalah yang terbesar dan paling terkenal di pulau ini, meskipun tempat tersebut tidak memiliki nama atau merek sendiri.
Menurut Ibu Tran Thi Loc, setelah membeli atau memetik daun rami, cuci bersih, lalu rebus selama 7 jam. Biarkan dingin, peras airnya, masukkan ke dalam blender bersama air gula, lalu tambahkan tepung ketan dan aduk rata hingga menjadi adonan yang lembut.
Toko roti banh it la gai yang berdiri selama 3 generasi di Cu Lao Cham ramai dikunjungi wisatawan pada hari-hari musim panas ( Video : Cong Binh).
Setelah adonan menjadi lunak dan berwarna hijau tua, bagi adonan menjadi potongan-potongan kecil dan bungkus dengan isian kacang hijau. Langkah terakhir adalah membungkus bagian luarnya dengan daun pisang agar menyerupai piramida, dan kue pun siap.
Setelah kue selesai dibuat, pemilik menyusunnya berlapis-lapis dan memasukkannya ke dalam pengukus selama 45 menit hingga 1 jam lalu mengeluarkannya dan mengantarkannya ke pelanggan.
Toko roti banh it la gai milik keluarga Pak Ngan hanya terdiri dari dirinya, istri, dan dua anggota keluarga lainnya. Selama musim panas, mereka bisa membuat hingga 2.000 kue sehari. Kue-kue tersebut sebagian besar dijual kepada wisatawan dengan harga grosir yang sangat murah di toko roti, hanya 2.000 VND/kue.
Menurut Ibu Loc, setiap kali ada tamu yang datang ke Cu Lao Cham, api dapurnya membara. Selama bulan-bulan hujan dan badai, ketika tidak ada tamu yang datang ke pulau itu, ia beralih ke menjahit.
Bahan-bahan untuk membuat Banh It La Gai. Bagian luarnya berwarna hijau tua, bagian dalamnya dilapisi isian kacang hijau.
"Kami hanya bisa melakukannya 5-6 bulan dalam setahun di musim panas. Di bulan-bulan lainnya, ketika laut sedang pasang dan tidak ada turis, kami berhenti," kata Bu Loc sambil membungkus kue. Hanya dalam waktu kurang dari 10 detik, ia selesai membungkus kue ketan dengan daun gai.
Bapak Tran Van Ngan bukan hanya pemilik toko roti, tetapi juga seorang pembuat roti, pemandu wisata untuk mencoba membuat banh di toko roti, dan juga seorang kurir. Pelanggan memesan puluhan kue di berbagai lokasi di Pulau Cu Lao Cham, dan beliau mengendarai sepeda motornya untuk mengantarkan kue-kue tersebut ke rumah mereka.
Kue banh it la gai yang sudah dibungkus ditaruh dalam panci dan siap dikukus.
Menurut Pak Ngan, 1 kg daun rami harganya 20.000 VND, dicampur dengan gula bubuk, bisa menghasilkan 170-180 kue banh. Keluarga ini mendapatkan keuntungan dari pekerjaan ini dan juga untuk melestarikan profesi tradisional keluarga yang telah ada sejak puluhan tahun lalu.
Pak Ngan menegaskan bahwa cita rasa Banh It La Gai di Cú Lao Cham berbeda dengan Banh It La Gai di daratan. Ovennya juga tidak membeli daun Gai dari daratan, melainkan hanya menggunakan daun Gai yang dipetik di Cú Lao Cham.
Wisatawan mencoba membungkus kue daun gai.
Ia berbagi: "Oven saya tidak membeli daun rami dari daratan. Daun rami dari daratan sangat umum, tetapi daun rami dari Cu Lao Cham tumbuh di lahan khusus, menghirup udara segar alami dan air laut, sehingga khasiat obatnya 10 kali lebih tinggi daripada yang dari daratan."
Pak Ngan juga bercerita bahwa pekerjaan ini tidak terlalu menuntut tenaga fisik, tetapi ia harus begadang dan bangun pagi-pagi untuk membungkus kue agar dapat melayani wisatawan. Terkadang ia hanya bisa beristirahat hingga pukul 23.00, dan di pagi hari ia harus bangun pagi-pagi untuk mengukus kue agar dapat diantarkan kepada pelanggan tepat waktu agar kano dapat mencapai daratan.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)