Perempuan di Tajikistan menghadapi banyak hambatan dalam mendapatkan kesempatan pendidikan dan karier di bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM). Menurut data terbaru dari Forum Ekonomi Dunia (WEF), perempuan hanya mengisi kurang dari 20% tenaga kerja STEM di negara Asia Tengah tersebut.
Membekali perempuan dengan keterampilan teknologi
Madina Pulotova, pendiri dan CEO LSM Jahoni Mo, memahami tantangan yang dihadapi perempuan di bidang STEM. Jahoni Mo berfokus pada pemberdayaan kaum muda dan perempuan di bidang STEM, khususnya membekali mereka dengan keterampilan teknologi informasi untuk meraih kesuksesan karier.
Seperti banyak LSM yang efektif di Tajikistan, Jahoni Mo lahir dari pengalaman pribadi.
"Ketika saya lulus SMA pada tahun 1999, keterbatasan finansial menghalangi saya untuk melanjutkan studi. Butuh tujuh tahun bagi saya untuk kuliah. Saya merasakan penderitaan anak-anak muda yang tidak dapat melanjutkan studi, dan hal ini memotivasi saya untuk berbuat sesuatu," ujar Pulotova.
Berkantor pusat di Khujand, kota terbesar kedua di Tajikistan, Jahoni Mo memberdayakan perempuan dan anak perempuan dengan menghubungkan teknologi dan psikologi untuk memastikan para peserta memiliki keterampilan dan kecerdasan emosional. Jahoni Mo menyediakan pelatihan literasi komputer dan keuangan, serta menyelenggarakan lokakarya psikologi.
Melalui kemitraan dengan perusahaan swasta, para peserta memiliki peluang kerja setelah menyelesaikan program. Pulotova mengatakan misi organisasi ini adalah untuk mendukung perempuan dalam perjalanan mereka menuju kesuksesan.
Madina Pulotova, Direktur Eksekutif LSM Jahoni Mo
“Yang dibutuhkan perempuan adalah kesempatan untuk berkembang”
Meskipun belum tersebar luas di Tajikistan, sektor TI tumbuh hingga bernilai sekitar $350 juta pada tahun 2023. Pertumbuhan ini sangat penting bagi transformasi Tajikistan dari ekonomi pedesaan dan agraris menjadi negara modern, digital, dan berorientasi pada layanan.
Pulotova bertujuan untuk melibatkan perempuan dalam transformasi ini dan memastikan bahwa perkembangan digital Tajikistan tidak terbatas pada ibu kotanya, Dushanbe. "Ada lebih banyak peluang di Dushanbe, terutama karena akses ke pendidikan dan teknologi. Di sanalah sebagian besar perusahaan besar berada, tetapi orang-orang di Khujand dan wilayah utara negara itu juga sama-sama mampu," ujarnya.
Bagian penting dari misi Jahoni Mo adalah meningkatkan efektivitas kewirausahaan sosial di Tajikistan, dengan tujuan mengurangi ketergantungan LSM terhadap pendanaan eksternal. Didukung oleh Kedutaan Besar Finlandia, program Jahoni Mo melatih sekitar 40 perempuan dan anak perempuan serta mempersiapkan 10 siswa untuk berkompetisi dalam Global Robotics Challenge.
Pulotova mengungkapkan keinginannya untuk memberdayakan lebih banyak perempuan dalam berkarier di bidang teknologi. "Saya melihat perempuan dan anak perempuan tertarik dan bersemangat dengan STEM. Yang mereka butuhkan adalah kesempatan untuk berkembang, dan kami melakukan segala yang kami bisa untuk membantu mereka," ujarnya.
Pada bulan September 2024, Jahoni Mo akan mengirimkan tim yang terdiri dari tiga gadis ke Yunani untuk berpartisipasi dalam Global Robotics Challenge, sebuah prestasi yang sangat dibanggakan Pulotova dan diharapkan akan menjadi katalisator untuk lebih banyak dukungan, terutama dari komunitas bisnis Tajikistan.
“Kita membutuhkan lebih banyak koneksi antara bisnis, individu, dan LSM karena organisasi nirlaba tidak boleh dibiarkan melakukan semuanya sendiri,” ujarnya.
Sumber: Emerging Europe
[iklan_2]
Sumber: https://phunuvietnam.vn/tajikistan-tang-cuong-trang-bi-cho-phu-nu-cac-ky-nang-cong-nghe-20240729142919303.htm
Komentar (0)