Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan ia menginginkan lebih banyak pembatasan hukum terhadap prostitusi di Jerman, dan menambahkan bahwa prostitusi “tidak dapat diterima” dan tidak boleh “dinormalisasi”.
"Saya rasa tidak dapat diterima jika pria membeli perempuan," ujarnya dalam sesi tanya jawab di parlemen Jerman pada Rabu sore. "Itu sesuatu yang selalu membuat saya marah secara moral dan kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk mengendalikannya."
Distrik lampu merah di Hamburg, Jerman. Foto: DW
Tn. Scholz tidak secara langsung menanggapi tuntutan dari anggota parlemen konservatif oposisi untuk mengadili "mereka yang membeli layanan prostitusi", tetapi ia mengatakan prostitusi sering kali melibatkan pelecehan, kekerasan, dan struktur kriminal, seraya menambahkan bahwa ia akan menyambut baik diskusi tentang cara memberantasnya.
Partai konservatif Persatuan Demokratik Kristen/Persatuan Sosial Kristen (CDU/CSU) telah menyerukan larangan klien membeli seks, tetapi pekerja seks sendiri tetap tidak dihukum, dengan mengutip peraturan serupa di negara-negara seperti Swedia, Norwegia, Islandia, Kanada, Prancis, Irlandia, dan Israel.
Parlemen Eropa juga telah menyuarakan dukungan untuk larangan prostitusi mengikuti apa yang disebut Model Nordik.
Pekan lalu, Menteri Keluarga, Lansia, Perempuan, dan Pemuda Jerman, Lisa Paus, dari Partai Hijau, mengatakan bahwa pemerintah tidak berencana mengubah Undang-Undang Perlindungan Pekerja Seks Komersial Jerman. Ia menekankan bahwa undang-undang tersebut, yang mulai berlaku pada Juli 2017 dan bertujuan untuk memperkuat status hukum pekerja seks, akan ditinjau hingga tahun 2025.
Prostitusi legal di Republik Federal Jerman (termasuk bekas Jerman Barat), tetapi promosinya dianggap "tidak bermoral" dan merupakan kejahatan hingga tahun 2002.
Mai Van (menurut DW)
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)