Perdana Menteri Hongaria menunjukkan penyebab konflik Rusia-Ukraina, memprediksi prospek perdamaian

Dalam sebuah wawancara dengan jurnalis Tucker Carlson pada 14 Februari, Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban menyatakan bahwa penyebab utama konflik di Ukraina adalah niatnya untuk bergabung dengan Organisasi Pakta Atlantik Utara (NATO), sebuah faktor yang sama sekali tidak dapat diterima oleh Rusia.

Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban diwawancarai oleh jurnalis Amerika Tucker Carlson. (Sumber: atv.hu)

Orban menyampaikan: “Posisi saya mengenai konflik militer Rusia-Ukraina selalu: Jangan lupa bahwa ini bukan hanya konflik mengenai Ukraina. Jangan salah paham. Alasan strategis di balik perang ini disebut ‘ekspansi NATO’.”

Menurut Perdana Menteri Hongaria, terlepas dari keinginan NATO atau tidak, Moskow pasti tidak akan pernah mengizinkan aliansi militer Atlantik Utara itu untuk mendekati perbatasan Rusia.

Perdana Menteri Hungaria Orban memperkirakan bahwa konflik di Ukraina dapat berakhir dalam waktu enam bulan atau bahkan lebih cepat.

Jurnalis AS Tucker Carlson bertanya kepada Perdana Menteri Orban apakah ia menganggap enam bulan sebagai jangka waktu yang realistis untuk mengakhiri konflik?

“Ya. Tentu saja. Bahkan lebih awal. Saya rasa begitu,” jawab Bapak Orban.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump melakukan percakapan telepon pada tanggal 12 Februari, yang berlangsung hampir 90 menit. Menurut juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, kedua pemimpin tersebut membahas isu-isu terkait pertukaran warga negara Rusia dan Amerika, serta penyelesaian situasi di Ukraina.

Sementara itu, pada tanggal 14 Februari, selama konferensi pers di Ruang Oval Gedung Putih saat menandatangani perintah eksekutif baru, ketika ditanya apakah Rusia atau Ukraina yang harus bertanggung jawab atas pecahnya konflik tersebut, Presiden AS Donald Trump menghindari jawaban langsung dan menyarankan bahwa beberapa pihak bertanggung jawab.

“Menurut pendapat saya, banyak orang yang bersalah,” kata Trump.

Pemimpin Gedung Putih menjelaskan: “Yang bisa saya katakan hanyalah ini: Jika saya menjadi Presiden (AS antara tahun 2021 dan 2025), konflik ini tidak akan pernah terjadi. Dan tahukah Anda apa lagi yang tidak akan terjadi? Timur Tengah tidak akan meletus, tidak akan ada peristiwa 7 Oktober (tahun 2023). Tidak akan ada inflasi (di AS) selama dua tahun terakhir. Rusia dan Ukraina tidak akan mengalami konflik militer.”

Mengenai masa depan negosiasi perdamaian di Ukraina, pada tanggal 14 Februari, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menyatakan bahwa tidak akan ada perdamaian di Ukraina tanpa mempertimbangkan kepentingan rakyat Ukraina dan rakyat Eropa.

Dalam pidato pembukaan Konferensi Keamanan Munich, Ibu Baerbock menekankan: "Perdamaian semu bagi rakyat Ukraina dan rakyat Eropa tidak akan membawa manfaat apa pun. Perdamaian semu tidak akan membawa keamanan yang langgeng, baik bagi rakyat Ukraina maupun bagi kita di Eropa atau Amerika Serikat."

Komentar ini muncul setelah Presiden AS Trump mengejutkan sekutunya dengan menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin dan mengumumkan dimulainya pembicaraan perdamaian.

Menteri Luar Negeri Jerman menyerukan pembicaraan mendalam dengan AS dan mitra internasional pada Konferensi Keamanan Munich, sebuah pertemuan internasional tahunan para pemimpin politik, perwira militer, dan diplomat di kota Jerman tersebut.

"Perdamaian hanya dapat dicapai melalui kekuatan. Ini membutuhkan jaminan keamanan yang tegas dan langgeng bagi Ukraina, NATO yang kuat, dan kemajuan dalam negosiasi aksesi Ukraina ke Uni Eropa," tegas Baerbock.

Sumber: https://baoquocte.vn/thu-tuong-hungary-chi-ra-nguyen-nhan-xung-dot-nga-ukraine-du-doan-trien-vong-hoa-binh-304392.html