(NLDO) - Informasi mengenai transaksi e-commerce yang dikenakan pajak sebesar 10% yang tersebar di media sosial tengah menyedot perhatian publik.
Otoritas pajak menegaskan bahwa informasi bahwa semua transaksi dengan konten BELI - JUAL akan dikenakan pajak 10% adalah palsu.
Pada 9 Januari, sebuah pengumuman muncul di media sosial dengan isi sebagai berikut: "Mulai 1 Januari 2025, otoritas pajak berhak mengakses semua akun pribadi untuk menagih transaksi e-commerce. Khususnya, semua transaksi dengan konten BELI - JUAL akan dikenakan pajak 10% dari jumlah yang ditransfer."
Oleh karena itu, bagi yang bertransaksi e-commerce melalui live streaming dan media sosial seperti Facebook, TikTok, YouTube... agar memberitahukan kepada pembeli ketika melakukan pembayaran melalui transfer bank agar menuliskan saja: NAMA...transfer untuk konfirmasi.
Sementara itu, bagi pelaku usaha e-commerce, perlu diperhatikan pula bahwa apabila pembeli melakukan pembayaran melalui transfer bank dengan isi yang melanggar ketentuan di atas, maka penjual diperbolehkan memungut biaya sebesar 10% dari total nilai transfer untuk disetorkan ke instansi perpajakan.
Contoh: Nguyen Van A mentransfer uang atau A mentransfer uang. Jangan mencatat hal-hal seperti deposit barang, pembelian barang, transfer uang untuk barang, pembayaran utang...
Informasi ini membuat para pelaku bisnis online sangat bingung dan khawatir.
Namun, berbicara kepada wartawan dari Surat Kabar Nguoi Dong, Tn. Nguyen Tien Dung, Wakil Direktur Departemen Pajak Kota Ho Chi Minh, menegaskan bahwa informasi tentang transaksi e-commerce yang dikenakan pajak sebesar 10% yang tersebar di jejaring sosial adalah palsu.
"Departemen Pajak Kota Ho Chi Minh sedang bersiap untuk merilis informasi resmi mengenai tarif pajak terkait e-commerce agar masyarakat dapat mengetahui dan menerapkannya," tambah Bapak Dung.
Berdasarkan peraturan yang berlaku, tarif pajak untuk bisnis e-commerce adalah 1,5% dari pendapatan, termasuk pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 1% dan pajak penghasilan pribadi (PPN) sebesar 0,5%. Tarif pajak ini berlaku bagi penjual melalui e-commerce. Pembeli barang dan jasa tidak perlu membayar pajak tambahan karena PPN sebesar 1% telah ditambahkan ke harga barang oleh penjual.
Bagi penjual daring yang belum melaporkan dan membayar pajak, otoritas pajak selalu melacak untuk menentukan pendapatan guna memungut pajak dan mengenakan denda atas keterlambatan pembayaran pajak.
Menurut data dari Dinas Pajak Kota Ho Chi Minh, pada tahun 2024, Dinas Pajak meninjau selebritas, kreator konten (seperti YouTuber, TikToker, KOC, KOL), dan individu yang menjual produk melalui siaran langsung di platform sosial seperti Facebook, TikTok, YouTube, dan sebagainya untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan. Dengan demikian, Dinas Pajak telah menangani lebih dari 14.500 organisasi dan individu dengan total tunggakan dan denda pajak lebih dari 286 miliar VND.
Direktorat Jenderal Pajak juga menyatakan bahwa saat ini terdapat 76.428 orang yang menjalankan bisnis e-commerce di seluruh Indonesia. Melalui pemeriksaan, lebih dari 30.019 orang telah ditangani atas pelanggaran, dengan denda pajak sebesar 1.225 miliar VND.
[iklan_2]
Sumber: https://nld.com.vn/thuc-hu-thong-bao-thu-thue-thuong-mai-dien-tu-10-dang-lan-truyen-tren-mang-xa-hoi-19625010911225252.htm






Komentar (0)