Di tengah pegunungan Quang Ngai yang megah dan perairan biru , di mana gunung hijau dan perairan biru memeluk desa-desa H're, irama gong masih bergema, seperti napas abadi budaya berusia seribu tahun.
Untuk menjaga agar semangat gong tidak pudar, dua perajin ulung Dinh Van Nguoc dan Dinh Van Trui (suku H're, desa Dong Can, kecamatan Minh Long) tidak hanya menguasai keterampilan memainkan gong tetapi juga tanpa lelah mengajarkan dan melestarikan warisan yang berharga ini.
Menjaga identitas
Setiap Minggu sore, halaman rumah pengrajin Dinh Van Nguoc (lahir tahun 1967) dipenuhi suara gong. Suara gong terkadang dalam dan terkadang melengking, menyatu dengan desiran angin gunung, menyebar ke seluruh ruangan.
Terlahir dalam keluarga yang memiliki tradisi bermain gong, Bapak Nguoc segera mendalami melodi-melodi kuno dan terpesona oleh suara gong sejak kecil. Semasa kecil, ia diajari oleh ayah dan pamannya, dan pada usia dua puluh tahun, ia telah menguasai semua nada gong.
Pak Nguoc menjelaskan bahwa perangkat gong H're terdiri dari tiga gong dengan ukuran berbeda: Vong gong (terbesar), Tum gong (terkecil), dan Tuc gong (terkecil). Setiap wilayah H're memiliki cara uniknya sendiri dalam memadukan suara dan memainkan melodi gong, yang membutuhkan koordinasi ritmis dan harmonis antar pemain.
Dengan semangat yang tak pernah padam, pengrajin Dinh Van Trui (lahir tahun 1969) telah menghabiskan puluhan tahun melestarikan irama gong. Menurut Bapak Trui, teknik bermain gong masyarakat H're sangat unik: mereka tidak menggunakan palu melainkan menggunakan tangan, menggabungkan teknik mengetuk jari dan teknik mengetuk yang terampil.
Khususnya, pemain gong Túc menciptakan nada yang dalam dan hangat dengan membungkus tangan kanan dengan kain, sembari menggunakan teknik pemblokiran suara yang unik dari tangan kiri di bagian dalam (perut gong). Variasi teknik pemblokiran suara yang fleksibel, terkadang menggunakan siku, menciptakan kontras yang menarik bagi trio gong tersebut.
Pemain gong harus memiliki teknik yang terampil, pengalaman yang luas dan mengetahui banyak bagian gong untuk memimpin seluruh ansambel gong agar bermain secara berirama dan selaras.
"Pemain gong terbaik akan bertanggung jawab atas gong Tuc, memimpin seluruh ansambel gong untuk tampil sesuai komposisi dan ritme yang tepat," tegas Bapak Trui.
Upaya untuk mewariskan kepada generasi muda
Menghadapi arus integrasi dan hilangnya para tetua yang berpengetahuan tentang gong, suara gong terancam terlupakan. Khawatir akan warisan leluhur mereka, dua seniman, Dinh Van Nguoc dan Dinh Van Trui, bekerja tanpa lelah siang dan malam untuk mengajarkan teknik bermain gong dan lagu-lagu gong kuno kepada generasi muda.
Pak Trui khawatir: "Meskipun banyak anak muda yang bersemangat dan berusaha belajar, tidak semua orang bisa menguasai semua nada gong."
Mengajar gong tidak mengikuti pola yang kaku, melainkan fleksibel sesuai dengan kelompok usia, tingkat pemahaman, dan bakat siswa. Guru harus membimbing setiap gerakan kecil dengan cermat, mulai dari cara merasakan ritme hingga teknik menjentikkan jari dan memegang gong.

"Untuk mengajari anak-anak bermain gong, pertama-tama, kita harus memberi tahu mereka tentang asal-usul dan makna setiap gong untuk membangkitkan minat mereka. Dengan ketekunan para siswa dan antusiasme guru, mereka dapat memainkan gong dasar dalam waktu sekitar empat bulan, tetapi butuh dua hingga tiga tahun untuk menguasainya," ujar Bapak Nguoc.
Bapak Dinh Van Sinh (lahir tahun 1991, di Kelurahan Minh Long) adalah salah satu siswa teladan, yang telah belajar dengan dua orang pengrajin selama lebih dari 5 tahun. Berkat dedikasinya, Bapak Sinh tidak hanya menguasai teknik bermain gong, tetapi juga sangat memahami tanggung jawab generasi muda dalam melestarikan budaya tradisional bangsanya.
"Setelah mendengarkan analisis kedua perajin tersebut, saya bertekad untuk belajar agar dapat mengajarkan cara bermain gong kepada anak cucu saya," kata Sinh.

Ibu Tran Thi My Lan, Wakil Ketua Komite Rakyat Komune Minh Long, menegaskan bahwa dua Seniman Berjasa Dinh Van Nguoc dan Dinh Van Trui telah memberikan kontribusi besar dalam mengajarkan, mempraktikkan dan melestarikan identitas budaya nasional, menciptakan taman bermain yang sehat, membantu kaum muda mengakses alat musik tradisional, sehingga menyalakan kecintaan dan keinginan untuk melestarikan irama gong.
"Dalam beberapa tahun terakhir, Komune Minh Long telah secara proaktif menggalang dana untuk membuka kelas-kelas pengajaran gong dan lagu-lagu daerah H're bagi pejabat budaya, anggota serikat pemuda, dan mahasiswa. Ke depannya, Komune Minh Long akan berupaya mempromosikan nilai-nilai budaya lainnya seperti kostum, desa anggur, tenun, serta menggabungkan ruang budaya gong dengan pariwisata untuk mengembangkan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dengan demikian, gema gong akan terus bergema, melindungi jiwa budaya H're di jantung Quang Ngai," ujar Wakil Ketua Komite Rakyat Komune Minh Long.
Sumber: https://www.vietnamplus.vn/tieng-chieng-ba-vang-vong-giua-dai-ngan-cho-che-hon-cot-van-hoa-hre-post1053638.vnp
Komentar (0)