The New York Times melaporkan kemarin bahwa peretas China menyerang telepon calon presiden AS Donald Trump dan pasangannya, Senator JD Vance.
Orang-orang yang terkait dengan kampanye Wakil Presiden AS Kamala Harris juga menjadi sasaran.
Mantan Presiden AS Donald Trump berkampanye di Michigan pada tanggal 25 Oktober.
Menurut AFP, Biro Investigasi Federal AS (FBI) dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA) mengeluarkan pernyataan bersama yang menyatakan bahwa mereka sedang menyelidiki akses ilegal ke infrastruktur telekomunikasi komersial oleh pihak-pihak yang terkait dengan Tiongkok. Kedutaan Besar Tiongkok di Washington DC menegaskan bahwa pemilihan presiden AS adalah urusan internal AS dan Tiongkok tidak berniat ikut campur dalam pemilihan AS. Beijing juga menentang serangan siber dan pencurian dalam bentuk apa pun.
Dalam perkembangan lainnya, pengadilan banding AS telah menyatakan bahwa menghitung surat suara yang diterima setelah Hari Pemilu adalah tindakan ilegal bagi negara bagian.
Panel tiga hakim dari Pengadilan Banding Sirkuit ke-5 di New Orleans memutuskan pada tanggal 25 Oktober bahwa ilegal bagi negara bagian untuk menghitung surat suara yang diterima setelah Hari Pemilihan, sebuah kemenangan bagi Partai Republik, menurut Reuters.
Menurut Reuters, Komite Nasional Partai Republik, Partai Republik Mississippi dan dua pemilih Republik mengajukan gugatan pada bulan Januari, menantang hukum Mississippi yang memberikan waktu tambahan lima hari setelah Hari Pemilihan untuk menerima dan menghitung surat suara.
Pengadilan tidak membatalkan undang-undang tersebut, melainkan memutuskan bahwa praktik tersebut ilegal dan menyerahkan keputusan kepada pengadilan tingkat pertama untuk mengambil langkah selanjutnya. Keputusan ini hanya berlaku untuk tiga negara bagian di bawah yurisdiksi Pengadilan Banding Sirkuit ke-5: Mississippi, Texas, dan Louisiana.
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/tin-tac-tan-cong-dien-thoai-ung-vien-tong-thong-my-185241026225657688.htm
Komentar (0)