Perusahaan datang untuk bertransaksi di Kantor Pajak Tay Ninh . (Foto ilustrasi: Minh Phu/VNA)
Sejalan dengan itu, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, akhir-akhir ini marak praktik penipuan berkedok pajak di dunia maya dengan tujuan untuk mengelabui dan mengambil uang masyarakat maupun pelaku usaha dengan berbagai tipu daya dan cara yang semakin canggih.
Untuk memberikan peringatan kepada masyarakat dan pelaku usaha agar selalu waspada terhadap berbagai tipu daya dan rencana jahat oknum aparat perpajakan yang berkedok penipuan dan penggelapan harta, akhir-akhir ini (khususnya sejak tanggal 15 Juli sampai dengan sekarang), instansi perpajakan secara serentak telah melaksanakan berbagai upaya komunikasi secara meluas melalui media massa; sekaligus melaksanakan komunikasi secara terarah di seluruh sistem perpajakan.
Secara khusus, Direktorat Jenderal Pajak telah mengirimkan surat edaran resmi kepada Dinas Pajak provinsi dan kabupaten/kota untuk mengarahkan pelaksanaan Kampanye "Bulan Aksi Penyebaran, Identifikasi, dan Pencegahan Penipuan Daring".
Selain itu, Departemen Umum Perpajakan telah mengembangkan serangkaian dokumen dengan konten propaganda tentang pencegahan dan pemberantasan penipuan lembaga pajak di internet dan mengirimkannya ke kantor berita dan Departemen Pajak provinsi dan kota untuk mempromosikan propaganda di media massa.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Pajak juga memberikan peringatan kepada dunia usaha dan wajib pajak bahwa akhir-akhir ini marak sekali kasus penipuan melalui pesan singkat (SMS), situs web/aplikasi yang mengatasnamakan wajib pajak, dengan tujuan mengelabui petugas pajak dengan tujuan untuk mengelabui kuasa perpajakan, memperjualbelikan faktur pajak, dan lain sebagainya.
Menurut Direktorat Jenderal Pajak, saat ini di platform media sosial terdapat iklan layanan daring tentang domain dan aplikasi otoritas pajak palsu yang dibuat dan digunakan oleh orang jahat untuk menipu otorisasi pajak... Bapak Luu Nguyen Tri, Wakil Direktur Departemen Teknologi Informasi, Direktorat Jenderal Pajak, mengatakan bahwa bentuk penipuan yang umum adalah berpura-pura menjadi petugas pajak untuk menyediakan dan memandu wajib pajak memasang perangkat lunak dan aplikasi. Khususnya, pelaku juga menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti deepfake, deep voice, untuk membuat video palsu petugas pajak, kerabat, dan teman untuk menipu.
Selain itu, membuat situs web yang terlihat seperti kantor pajak dan jika pengguna memberikan informasi pada situs web palsu tersebut, informasi mereka akan dicuri; sekaligus menggunakan nama merek SMS palsu dari Departemen Jenderal Pajak untuk menyebarkan pesan palsu.
Khususnya, menyamar sebagai otoritas pajak, lembaga kepolisian, dan jaksa untuk membuat panggilan telepon yang mengancam dan menggunakan trik penipuan untuk menguras aset pembayar pajak.
Untuk menghindari penipuan, Direktorat Jenderal Pajak mengimbau pelaku usaha dan masyarakat untuk tidak menerima kiriman pos berbayar yang disebut "Dokumen Hukum Pajak". Jika ragu, wajib pajak dapat menghubungi Direktorat Jenderal Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak di wilayah tersebut untuk mendapatkan bantuan.
(Sumber: Surat Kabar Tin Tuc)
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)