Direktur Jenderal Pajak baru saja mengirimkan telegram kepada para kepala dinas pajak provinsi dan kota/kabupaten di tingkat pusat untuk mengarahkan percepatan penanganan berkas restitusi pajak pertambahan nilai (PPN).
Telegram tersebut memuat banyak konten yang ditujukan untuk menghilangkan hambatan pengembalian PPN yang telah terjadi selama dua tahun terakhir.
Menurut Departemen Umum Perpajakan, hampir 80% permintaan pengembalian PPN telah diklasifikasikan oleh sektor pajak sebagai pra-pengembalian, pasca-pemeriksaan dan diselesaikan dengan cepat dalam 6 hari kerja, berkontribusi dalam menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi bisnis untuk mengembangkan produksi, bisnis, dan mengekspor barang.
Namun demikian, masih terdapat keterlambatan di beberapa daerah dalam pengecekan dan verifikasi permohonan restitusi PPN oleh perusahaan eksportir.
Oleh karena itu, Direktur Jenderal Pajak meminta agar permohonan restitusi PPN yang telah melalui proses pemeriksaan dan dinyatakan layak untuk direstitusi oleh otoritas pajak, segera diproses.
Badan ini juga mengusulkan solusi untuk situasi permohonan pengembalian pajak yang melewati batas waktu pemrosesan.
Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak meninjau klasifikasi berkas permohonan restitusi PPN untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan. Direktur Jenderal Pajak secara langsung dan menugaskan wakil direktur untuk meninjau setiap berkas permohonan restitusi pajak, terutama berkas yang telah diklasifikasikan untuk pra-pemeriksaan dan pasca-restitusi, guna mempercepat pemeriksaan dan verifikasi ketentuan restitusi pajak.
Khusus untuk berkas permohonan restitusi PPN yang telah melalui proses pemeriksaan dan dinyatakan layak untuk direstitusi oleh otoritas pajak, maka proses restitusi akan segera dilakukan.
Terhadap permohonan pengembalian pajak perusahaan pengekspor yang sedang diperiksa dan diverifikasi namun telah melampaui batas waktu penyelesaian yang ditentukan, apabila hasil pemeriksaan dan verifikasi hingga saat ini tidak ditemukan adanya pelanggaran perpajakan, maka otoritas pajak menetapkan besarnya jumlah pajak yang dapat dikembalikan berdasarkan permohonan dan dokumen pelengkap yang diajukan perusahaan, serta menangani pengembalian pajak tersebut sesuai ketentuan.
Direktorat Jenderal Pajak juga mengarahkan: Apabila setelah melakukan pengurusan pengembalian pajak, ternyata Kantor Pelayanan Pajak menemukan perusahaan membuat pernyataan yang tidak benar mengenai jumlah pajak yang diminta untuk dikembalikan, maka perusahaan wajib mengembalikan kelebihan jumlah pajak yang dikembalikan dan denda keterlambatan sesuai ketentuan, dan perusahaan bertanggung jawab penuh di hadapan hukum atas pelanggaran tersebut.
Bagi instansi perpajakan yang mengetahui adanya perbuatan melawan hukum dan/atau tanda-tanda yang bertujuan untuk mengambil keuntungan dari penerimaan pajak dari APBN, maka akan menggabungkan data tersebut untuk diserahkan kepada kepolisian guna dilakukan penyidikan, sekaligus memberitahukan kepada perusahaan secara tertulis dan berdasarkan kesimpulan instansi yang berwenang untuk dilakukan penanganan sesuai ketentuan yang berlaku.
Pengembalian PPN telah lama menjadi masalah bagi para pelaku bisnis. Banyak bisnis mengalami keterlambatan pengembalian PPN, yang mencapai ribuan miliar VND, sehingga menyebabkan kesulitan keuangan, terutama dalam konteks kurangnya pesanan dan arus kas yang terkuras. Banyak bisnis mengalami keterlambatan pengembalian PPN, yang mencapai ratusan miliar VND.
Menurut statistik awal dari Asosiasi Kayu dan Produk Hutan Vietnam, diperkirakan jumlah pengembalian PPN yang tertunda oleh bisnis industri kayu mencapai lebih dari 6.000 miliar VND, angka sebenarnya mungkin jauh lebih besar.
Hal ini telah menyebabkan kerugian besar bagi dunia usaha. Banyak perusahaan dan asosiasi telah meminta bantuan dari Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan , Pemerintah, dan Dewan Perwakilan Rakyat.
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)