Dengan banyaknya lukisan yang digambar sendiri oleh anak-anak tuna rungu, pameran "Memoirs" berharap dapat membantu anak-anak kurang mampu berbicara dan mengekspresikan impian mereka melalui seni.
Pada 17 Oktober 2024, pameran Memoir dibuka di Art & Auction Center, 75 Hang Bo, Hanoi . Pameran ini merupakan bagian dari rangkaian acara 52Hz dari organisasi sukarelawan Palette of Sound (POS) - sebuah klub yang didirikan oleh sekelompok siswa SMA dengan keinginan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan mendorong perkembangan psikologis anak-anak tuna rungu-bisu melalui seni.
Acara ini bertujuan untuk membantu anak-anak tunarungu bersuara dan mengekspresikan impian mereka secara bebas melalui seni. Selain memamerkan karya-karya anak-anak tunarungu, pameran ini juga menampilkan partisipasi sejumlah seniman muda yang ingin melelang lukisan mereka untuk menggalang dana bagi anak-anak tunarungu, sekaligus menyebarkan pesan-pesan positif tentang kaum yang kurang beruntung ini.
Sebelumnya, anak-anak tuna rungu berpartisipasi dalam program lokakarya 52Hz, di mana mereka bertukar dan dilatih dalam beberapa keterampilan untuk menciptakan produk dan karya dari bahan ramah lingkungan. Dengan berpartisipasi dalam lokakarya ini, anak-anak mendapatkan pengalaman menarik dan kesempatan untuk mengekspresikan emosi, pikiran, keinginan, dll. mereka melalui seni. Setiap lukisan mengandung keinginan dan impian anak-anak yang sangat nyata.
Ketua Panitia Pameran "Memoirs" adalah siswi kelas 12 Pham Gia Linh (berkacamata).
Pham Gia Linh, siswa SMA Berbakat Hanoi-Amsterdam yang juga Ketua Panitia Pelaksana, bercerita tentang pameran ini, "Saya seorang pencinta seni lukis. Ketika berkesempatan berinteraksi dengan teman-teman tuna rungu seusia saya, saya menyadari bahwa banyak dari mereka memiliki bakat dan keinginan, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk berkembang, tidak memiliki kesempatan untuk berekspresi. Hal ini memotivasi saya untuk membuat taman bermain guna mempopulerkan pengetahuan dasar tentang disabilitas wicara kepada masyarakat, agar semua orang dapat lebih memahami dan bersimpati kepada para tuna rungu."
"Alih-alih menganggap mereka penyandang disabilitas, kita dapat menyadari bahwa tuna rungu hanyalah sebuah komunitas dengan bahasa dan cara berkomunikasi yang berbeda. Melalui lukisan-lukisan ini, pameran "Reciting Words" berharap masyarakat dapat memiliki pandangan yang komprehensif dan positif terhadap tuna rungu, serta bersimpati dan menerima mereka," ujar Pham Gia Linh.
Menurut Pham Gia Linh, ketika pertama kali bertemu teman-teman tuna rungu, ia harus meminta penerjemah. Kemudian ia mencari informasi daring tentang bahasa tubuh teman-teman tuna rungu, dan mempelajari alfabet timbul agar ia dapat berbicara dan berkomunikasi dengan mereka.
" Refleksi berarti 'menanggapi suara-suara'. Suara-suara di sini adalah suara anak-anak tunarungu, yang, karena disabilitas fisik, belum dipahami atau diterima oleh masyarakat sekitar. Saya berharap suara, pikiran, dan yang lebih penting, mimpi-mimpi yang diungkapkan anak-anak tunarungu pada gambar-gambar berhiaskan kerang ini didengarkan, dihormati, dan ditanggapi," ungkap siswa kelas 12 tersebut.
Lukisan karya anak-anak tuna rungu
Pham Gia Linh juga menambahkan bahwa dengan gambar kerang pada lukisan, Panitia Pameran Memoir ingin menyampaikan pesan: Dengarkan dan pelajari suara-suara tak bernama, "mutiara" yang tersembunyi jauh di dalam diri setiap orang. Khususnya bagi para tuna rungu, untuk memahami, mencintai, melindungi mereka, dan mengenali keindahan jiwa yang tersembunyi di balik disabilitas fisik.
Pameran Memoir berlangsung selama 2 hari, 17 dan 18 Oktober 2024. Diketahui, semua lukisan dalam pameran ini dilengkapi kode QR agar para pencinta seni dapat lebih memahami makna lukisan sekaligus mengenal sang pelukis.
[iklan_2]
Sumber: https://phunuvietnam.vn/tre-khiem-thinh-ve-uoc-mo-voi-trien-lam-hoi-ngon-20241017192019409.htm
Komentar (0)